LEMBATA,SELATANINDONESIA.COM – Sebuah video berdurasi 5,51 detik yang diduga memiliki korelasi dengan kematian alamahrum Kanisius Tupen, warga Desa Watodiri, Kecamatan Ile Ape, yang ditemukan tewas di perairan desa Watodiri, (24/4/2020) lalu membuat geger keluarga korban dan sebagian besar warga.
Diperoleh media ini, Kamis (10/09/2020) siang, video yang direkam menggunakan camera handphone ini selain beredar di kalangan wartawan, keluarga almahrum juga rupanya telah menerima video yang sama.
Yos Deke, keluarga almarhum Kanisius Tupen, yang dihubungi wartawan, Kamis (10/9/2020), mengungkapkan, pihaknya juga sudah mendapat video rekaman handphone tersebut.
“Apa yang ada dalam video itu, persis sama dengan pengakuan arwah almarhum yang bloding dan disaksikan sendiri oleh anak kandung almarhum dari istri pertamanya,” ujarnya.
Informasi yang diperoleh wartawan menyebutkan bahwa polisi masih terus mengumpulkan keterangan dari para saksi. Namun sampai sekarang masih belum ada keterangan soal kejelasan kasus kematian Kanisius Tupen yang ditemukan tengah malam di perairan laut desa Watodiri.
Sementara itu, Penyidik Polres Lembata sempat menjemput seorang saksi di Batam, Provinsi Kepulauan Riau untuk dimintai keterangannya. Sayangnya, Adrianus Natanael sudah berada di Batam jauh sebelum penemuan mayat Kanisius Tupen.
Karena dia sudah berada di Batam sejak bulan Februari 2020, sedangkan Kanisius Tupen ditemukan sudah tak bernyawa pada tanggal 24 April 2020.
Keluarga Adrianus sempat mengamuk di Mapolres Lembata. Pasalnya, Adrianus mengaku sempat dianiayai, agar mengungkap nama seseorang sebagai pelaku pembunuhan. Namun Adrianus tidak bersedia, karena mengaku tidak tahu menahu dengan peristiwa kematian Kanisius Tupen. Dia merasa dirinya dijebak. “Dan, yang menjebak Adrianus juga sudah datang mengaku sambil menangis,” ungkap Yos Deke.
Menurut Yos Deke, arwah almarhum Kanisius Tupen mengungkapkan bahwa ia baru sekali datang menemui anak sulungnya.
“Sehingga kami juga heran, kalau ada yang mengaku bloding almarhum Kanis Tupen. Kami juga sudah minta dukun untuk mencari tahu apakah benar yang bloding-bloding itu?”, ujarnya kesal.
Dia berharap agar polisi bisa memintai keterangan orang dalam video itu. “Itu saksi yang paling bisa membuka misteri kematian orang tua kami,” ujarnya.
Dikatakan, ada juga saksi yang mengetahui peristiwa kematian almarhum Kanisius Tupen.
“Sebetulnya, ada juga saksi-saksi lain, tapi mereka sedang berada di bawah tekanan kelompok tertentu. Keterangan mereka di polisi, kami ragukan kebenarannya. Kami minta agar polisi mempertemukan saksi itu dengan kami, tapi masih belum bisa sampai sekarang. Entahlah apa pertimbangan penyidik,” terangnya.
Dikatakan, pihaknya akan terus berupaya membantu penyidik Polres Lembata dalam menyingkap peristiwa kematian Kanisius Tupen.
“Tapi penyidik masih pakai logika para pelapor, sehingga masih belum bisa menyingkap misteri ini. Padahal, fakta-fakta yang kami temukan sudah terang benderang, termasuk petunjuk bloding dan dukun serta informasi lainnya,” ungkap Yos Deke.
Dia menegaskan bahwa dirinya tidak sedang berusaha untuk melindungi seseorang. “Tapi, saya mau agar kasus ini terbuka, soal apa yang menjadi motif dan bagaimana modus terjadi peristiwa yang menghilangkan nyawa almarhum,” tegasnya.*)Teddi Lagamaking
Editor: Laurens Leba Tukan