Sekjen PBB Guterres dan Menko Airlangga Sepakat, GCRG Penting untuk Mitigasi Dampak Krisis Global

56
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mewakili Presiden Joko Widodo menghadiri pertemuan tingkat Kepala Negara/ Pemerintahan, Champions Group of the GCRG (Global Crisis Response Group) on Food, Energy, and Finance yang diselenggarakan secara virtual pada hari Jumat malam, (21/7/2023). Foto: ekon.co.id

JAKARTA,SELATANINDONESIA.COM – Memasuki paruh kedua tahun 2023, negara-negara berkembang masih menghadapi sejumlah tantangan global yang bermunculan, pasca pandemi Covid-19. Dampak dari perang di Ukraina yang masih berlanjut, ditambah dengan inflasi yang masih cukup tinggi, tingginya suku bunga pinjaman, disrupsi rantai pasok global, menjadi peringatan nyata bahwa krisis ekonomi global masih belum berakhir. Alhasil, target-target pembangunan  dalam Sustainable Development Goals  (SDGs) di tahun 2030 pun semakin sulit dicapai.

Untuk mengatasi tantangan global tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mewakili Presiden Joko Widodo menghadiri pertemuan tingkat Kepala Negara/ Pemerintahan, Champions Group of the GCRG (Global Crisis Response Group) on Food, Energy, and Finance yang diselenggarakan secara virtual pada hari Jum’at malam, 21 Juli 2023. Presiden RI Joko Widodo merupakan anggota Champions Group of the GCRG. Saat ini terdapat 9 Kepala Negara dan Pemerintahan yang menjadi anggota Champion GCRG, termasuk di dalamnya pro tempore chairs dari G7 (Jepang), G20 (India) dan Uni Afrika (Komoro).

Sebagaimana diketahui, Sekretaris Jenderal PBB Pada tanggal 14 Maret 2022 telah mengumumkan pembentukan Global Crisis Response Group (GCRG) on Food, Energy and Finance pada Sekretariat PBB. Untuk memastikan kepemimpinan dan koordinasi politik tingkat dunia, Sekretaris Jenderal PBB memimpin Champions Group of Heads of State or Government untuk memperjuangkan dan memfasilitasi konsensus global dalam merespons dampak krisis pada bidang Pangan, Energi, dan Keuangan, terutama di negara-negara yang rentan terhadap krisis. 

Selama satu tahun terakhir, GCRG berhasil menyusun solusi konkret untuk mengatasi keamanan pangan global melalui Black Sea Initiative (BSI) dan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Federasi Rusia tentang fasilitasi ekspor pangan dan pupuk ke pasar dunia. GCRG juga telah mengeluarkan tiga Brief atau laporan rekomendasi perihal krisis dan solusi dalam bidang Finansial, Energi dan Pangan, yang disusun bersama oleh berbagai agensi PBB.

Rebeca Grynspan, Sekretaris Jenderal UNCTAD dan juga koordinator GCRG Task Team, memaparkan bahwa keberadaan GCRG masih diperlukan dalam merespon tantangan global saat ini, terutama di bidang Pangan, Energi dan Keuangan. “Sekarang kita melihat kondisi global berubah dari fast developing crisis menuju slow moving developing crisis”, ujar Sekjen UNCTAD Rebeca.

Selain laporan perihal krisis hutang global berjudul “A World of Debt”, GCRG juga telah mengeluarkan Global Vulnerability Assessment, di mana 30 negara menjadi lebih rentan daripada sebelumnya, dan hanya 10 negara yang keluar dari kategori rentan Sementara dalam parameter Human Development Index (HDI), serta 111 negara telah mengalami penurunan nilai dibandingkan tahun lalu.

Harga komoditas pangan dan pupuk telah turun, namun banyak negara berkembang yang tidak merasakan dampaknya, akibat inflasi dan depresiasi nilai tukar mata uang. Terhentinya Black Sea Initiatives juga membuat harga komoditi gandum dan jagung naik signifikan. Sekjen UNCTAD Rebeca juga mengingatkan bahwa harga pupuk masih 48 persen di atas harga rata-rata pasar sebelum perang di Ukraina. Alhasil, angka kemiskinan dan angka kelaparan pun meningkat dibandingkan tahun lalu berdasarkan laporan FAO.

Harga energi dunia mengalami penurunan, namun masih tinggi dan memberikan dampak luas di mana masih sangat besar penduduk dunia yang terancam tidak dapat membayar biaya listrik. Masih tingginya harga energi juga memberikan dampak proses rantai pasok dunia, seperti di transportasi dan logistik.

Dalam bidang keuangan, terdapat 3,3 Milyar orang kini tinggal di negara-negara di mana pembayaran bunga utang melebihi belanja mereka untuk Kesehatan dan Pendidikan. Mengatasi hal ini, Sekjen UNCTAD Rebeca menekankan pentingnya restrukturisasi hutang, terutama bagi 52 negara yang tengah mengalami kondisi keuangan yang sulit sebagaimana dalam laporan GCRG.

Pada sesi pernyataan Champions, Menko Airlangga menyampaikan tekad pemerintah Indonesia untuk mempercepat penerapan Common Framework for Debt Treatments dan mendukung G20 Note on the Global Debt Landscape. Pemerintah Indonesia juga menyambut baik Global Sovereign Debt Roundtable untuk memperkuat komunikasi dan saling pengertian di antara para pemangku kepentingan. Sebagai Ketua ASEAN tahun ini, Indonesia juga menyadari dampak dari ketidakpastian global bagi negara-negara anggota ASEAN. “Memperkuat ketahanan ASEAN dalam menghadapi future shocks merupakan langkah paling penting” tegas Menko Airlangga.

Sementara itu Presiden Senegal, Macky Sall, mendukung komitmen India perihal akses universal terhadap listrik dan transisi energi dalam agenda Presidensi G20 tahun ini. Senegal mengucapkan selamat kepada KTT Paris atas kesepakatan keuangan global yang baru dan mengadvokasi reformasi sistem keuangan internasional, termasuk akses lebih luas pada Special Drawing Rights (SDR).

Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, menegaskan perlunya reformasi arsitektur keuangan internasional yang menyediakan ruang fiskal bagi negara-negara terbelakang (LDC), mengatasi faktor-faktor yang mempengaruhi harga pangan, serta pengelolaan energi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke sumber energi terbarukan. PM Hasina menyampaikan apresiasi atas bantuan teknis untuk merancang dan meluncurkan obligasi hijaunya sendiri.

Menteri Ekonomi dan Pembangunan Jerman, Jochen Flasbarth, mengapresiasi Black Sea Grains Initiatives yang secara politis menurunkan harga pangan dunia. Pada kepresidenan G7 tahun lalu dan setelahnya, Jerman sangat aktif di bidang ketahanan pangan global. Jerman mengalokasikan dana sejumlah 5 miliar euro untuk memerangi kelaparan dunia tahun lalu. Negara ini meluncurkan Global Alliance on Food Security, mendukung jalur solidaritas Uni Eropa, inisiatif biji-bijian dari Ukraina, memberikan dukungan kepada sejumlah negara mitra untuk produksi pupuk terutama untuk mengubahnya menjadi pupuk hijau berdasarkan energi terbarukan, serta mendukung penguatan kerangka kerja bersama G20 mengingat negara ini merupakan advokat yang kuat untuk bank dunia.

Menutup pertemuan Champions Group GCRG kali ini, Sekjen PBB Guterres mengingatkan bahwa kepemimpinan GCRG sangat penting untuk memitigasi dampak global dari krisis Pangan, Energi dan Keuangan. Komunitas global perlu mendukung reformasi keuangan, di mana negara-negara berkembang membutuhkan mekanisme penangguhan pembayaran dan pembayaran suku bunga yang lebih  rendah. Sekjen Guterres juga mengajak negara maju untuk membantu pembiayaan negara-negara lain dan serta pentingnya keterlibatan sektor swasta melalui pembiayaan campuran (blended finance) demi tercapainya UN Sustainable Development Goals (UN SDGs). */)dep7/dft/fsr/ekon.co.id

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap