Bupati Sumba Timur Umbu Lili Pekuwali dan Wakilnya Yonathan Hani (ULP-YH) memimpin simulasi Tour de EnTeTe. Sumba Timur siap jadi tuan rumah etape tambahan, membuka peluang bagi pariwisata dan ekonomi lokal.
WAINGAPU,SELATANINDONESIA.COM – Dari Pasar Merdeka menuju Bukit Piarakuku, deretan pesepeda melaju menembus jalur sepanjang 4,3 kilometer. Di antara mereka, tampak Bupati Sumba Timur Umbu Lili Pekuwali, ST., MT., yang mengayuh pedal bersama Wakil Bupati Yonathan Hani, S.Kom., M.Ap., Sekretaris Daerah, hingga Ketua Pengadilan Negeri Waingapu. Rute singkat ini bukan sekadar gowes santai, melainkan simulasi resmi persiapan Tour de EnTeTe 2025.
Tes rute pada Kamis siang (11/9/2025) itu melibatkan berbagai unsur: pimpinan OPD, camat Matawai Lapawu, Pimpinan Cabang Bank NTT Waingapu, Yusuf Hanggar Mawolu, hingga komunitas sepeda dari Sumba Timur dan Sumba Barat. Tujuannya jelas: memastikan kesiapan teknis, keamanan, serta operasional sebelum perhelatan balap sepeda internasional itu singgah di tanah marapu.
“Jalannya sudah siap, tinggal bagaimana masyarakat ikut menjaga, terutama jangan sampai ternak masuk ke lintasan,” ujar Bupati Umbu Lili usai finis di Piarakuku Hills, Desa Persiapan Hawurut, Kecamatan Matawai La Pawu.
Simulasi ini bukan sekadar soal jalur balap. Pemerintah Kabupaten Sumba Timur ingin memastikan momentum ini menjadi promosi wisata sekaligus menggerakkan roda ekonomi lokal. “Tour de EnTeTe harus berjalan aman, tertib, dan sukses, sekaligus memperkenalkan keindahan Sumba Timur kepada dunia,” kata Umbu Lili.
Etape Tambahan di Sumba
Tambahan etape di Pulau Sumba, imbas gangguan abu vulkanik Gunung Lewotobi di Flores ditanggapi sebagai peluang. Sumba Timur bersama tiga kabupaten tetangganya siap menampung perpanjangan hari balapan. “Peserta akan empat hari di Sumba. Dengan begitu, pergerakan ekonomi tentu akan bertambah,” kata Umbu Lili.
Bukit Piarakuku hingga Tahahrara menghadirkan lekukan-lekukan tajam yang seolah menulis puisi di atas tanah Sumba. Di sanalah roda sepeda meninggalkan jejak, seperti garis-garis harapan yang melingkar di tubuh perbukitan. Setiap tanjakan dan turunan menyerupai denyut kehidupan masyarakat Sumba Timur yang keras tapi indah, berat namun menjanjikan.
Dalam lengkung jalan itu, pemerintah dan rakyat bersepakat menyiapkan diri untuk menjaga lintasan, menertibkan ternak, hingga menyambut tamu dari seberang benua. Sebab di balik deru pedal dan peluit wasit, tersimpan harapan agar ekonomi berputar seperti roda, dan pariwisata menanjak seperti bukit-bukit Piarakuku–Tahahrara.
Simulasi hari itu bukan hanya latihan balap, melainkan ikrar diam-diam, bahwa Sumba Timur siap menorehkan namanya dalam peta besar Tour de EnTeTe, dengan bebukitan yang tak hanya menantang pesepeda, tapi juga menggoda dunia untuk singgah lebih lama.*/Jumal/ProtokolST/Laurens Leba Tukan
Komentar