TAMBOLAKA,SELATANINDONESIA.COM – Di lahan seluas dua hektar di Desa Pada Eweta, Kecamatan Wewewa Timur, Eduard Lorens Fasius menanam harapan hijau. Bersama keluarganya, petani muda lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana itu mengembangkan 30 ribu pohon buncis yang tumbuh subur di tanah Sumba Barat Daya.
Ketertarikan Eduard pada pertanian sudah tumbuh sejak duduk di bangku SMK Negeri 1 Loli Waikabubak. Meski menempuh pendidikan di bidang kesehatan masyarakat, ia memilih kembali ke tanah kelahirannya untuk mengolah lahan dan mengembangkan usaha hortikultura.
“Saya meyakini sektor pertanian adalah sektor yang sangat potensial bila dikelola dengan baik. Dari sini bisa tercipta lapangan kerja baru dan menggerakkan ekonomi lokal,” ujar Eduard, Jumat (1/11/2025).
Menurutnya, budidaya buncis yang digarapnya sejalan dengan program Pemerintah Provinsi NTT, One Village One Product (OVOP). Melalui konsep ini, setiap desa dapat mengembangkan komoditas unggulan masing-masing sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasar secara berkelanjutan.
“Kalau tiap desa mempertahankan produk unggulannya, kita bisa menjawab kebutuhan pasar dan menciptakan stabilitas ekonomi. Produk lokal pun punya nilai jual yang kuat,” tambahnya.
Meski usahanya terus berkembang, Eduard mengakui masih menghadapi sejumlah kendala. Salah satunya keterbatasan alat pertanian seperti hand tractor, kultivator, dan mesin pompa air. Pompa yang digunakan saat ini belum mampu mengalirkan air secara optimal dari sungai ke kebun, sehingga memengaruhi efisiensi kerja di lahan.
Namun semangatnya tak surut. Ia percaya keberhasilan dalam pertanian tak hanya bergantung pada alat, tetapi juga pada ketulusan bekerja, semangat gotong royong, dan ketekunan. “Kalau kerja dengan hati dan tekun, hasilnya pasti mengikuti,” ujarnya.
Kini, kebun buncis di Desa Pada Eweta bukan sekadar lahan produksi. Ia menjadi bukti bahwa generasi muda bisa menjadi motor penggerak pertanian di daerah—sekaligus inspirasi bahwa masa depan NTT bisa tumbuh dari tangan-tangan petani muda yang tak takut bermimpi.*/Laurens Leba Tukan



Komentar