GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Ekonomi Gubernur NTT
Beranda / Gubernur NTT / NTT Bagaya 2025: Panggung Pembangunan, Kirab Budaya, dan Goyang Tabola Bale

NTT Bagaya 2025: Panggung Pembangunan, Kirab Budaya, dan Goyang Tabola Bale

Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena dalam momentum pembukaan pameran pembangunan dan kirab budaya menyambut HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di depan Hotel Harper Kota Kupang, Senin (11/8/2025). Foto: Radit

Gubernur Melki Laka Lena mengemas pembukaan pameran pembangunan dan kirab budaya sebagai etalase capaian daerah, ruang kreativitas, dan pesta rakyat yang berujung joget massal bersama Juan Reza.

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Senja baru saja jatuh di Kupang, tapi jalan di depan Hotel Harper sudah seperti denyut nadi sebuah pesta. Lampu sorot menembak langit, memantul di tenun ikat yang berkibar di pundak penari. Aroma jagung bose dan kopi Flores yang panas bercampur dengan harum keringat penonton yang berdesakan di depan panggung. Gubernur Nusa Tenggara Timur Emanuel Melkiades Laka Lena berdiri di tengah cahaya, pidatonya meluncur tegas tentang pembangunan, kreativitas, dan masa depan NTT.

Namun riuh itu mencapai puncaknya ketika dentum musik Tabola Bale meledak dari speaker. Juan Reza, penyanyi muda yang sedang mendaki puncak ketenaran nasional, melambai ke arah penonton, lalu menggandeng Gubernur, Wakil Gubernur Johni Asadoma, Ketua DPRD NTT Emi Nomleni, hingga rombongan DPR RI untuk bergoyang bersama. Di bawah gemerlap lampu dan sorak sorai, panggung pembangunan pun menjelma menjadi lantai hiburan rakyat.

Senin sore, (11/8/2025), tanah kosong milik Senator Abraham Paul Lianto  di depan Hotel Harper Kupang disulap menjadi jalur khusus. Stand-stand pameran berjejer, memamerkan kain tenun, garam, madu, kopi, dan kerajinan tangan dari ujung Alor hingga Rote. Riuh teriakan pedagang bercampur alunan gong dan tarian daerah. Semua itu menjadi pembuka Pameran Pembangunan dan Kirab Budaya NTT BaGaYa 2025, ajang yang kali ini bertepatan dengan peringatan 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.

Dalam sambutannya, Gubernur Melki membingkai acara ini bukan sekadar seremonial. Mengusung subtema “Bangun Generasi, Angkat Kreativitas, Yakin Berkarya”, ia menegaskan pameran ini adalah ruang edukasi sekaligus pasar ekonomi lokal. “Kalau setiap malam sampai 20 Agustus lokasi ini penuh, kita perpanjang sampai akhir bulan. Kalau kurang, kita tutup. Jadi mari kita rayakan kemerdekaan ke-80 ini bersama-sama,” ujarnya, memancing sorak penonton.

Empat Nyali, Satu Arah: Umbu, Amandio, Danny Ferdito, dan Kingstone Menggeliatkan Indonesia di Arena Drift Dunia

Gubernur Melki menyinggung program Makan Bergizi Gratis (MBG), One Village One Product (OVOP), dan Koperasi Merah Putih sebagai pintu masuk kewirausahaan masyarakat. Hilirisasi komoditas non-tambang, katanya, menjadi prioritas agar nilai tambah tak lagi keluar dari NTT. Selain menggandeng diaspora untuk mempromosikan produk lokal, ia menjanjikan peluncuran NTT Mart dan Dapur Flobamorata, gerai permanen bagi pelaku UMKM. “Kita ingin UMKM naik kelas, menjadi pilar kemandirian ekonomi,” tegasnya.

Di sela agenda, Gubernur Melki menyebut buku Menenun Masa Depan Indonesia dari Bumi Pancasila sedang dipersiapakan. Buku ini memuat gagasan lintas tokoh tentang pembangunan yang berpijak pada nilai-nilai Pancasila, sekaligus undangan terbuka bagi warga NTT di mana pun untuk ikut merumuskan arah pembangunan daerah.

Malam mulai merangkak, panggung pameran berubah menjadi arena konser rakyat. Juan Reza, penyanyi asal NTT yang namanya kini berkibar di kancah nasional, membawakan lagu Tabola Bale. Penonton merapat, kamera ponsel mengarah ke panggung. Gubernur Melki, Wakil Gubernur Johni Asadoma, Ketua DPRD NTT Emi Nomleni, Senator Abraham Paul Lyanto, hingga rombongan Komisi IX DPR RI ikut bergoyang. “Juan Reza adalah salah satu produk unggul NTT yang kini berkibar di nasional. Dulu ada Amnseh Kamalaeng, Marion Jola, Mario Klau, dan sekarang Juan Reza. Semua membuktikan NTT punya talenta yang bisa bersinar,” kata Melki sambil tersenyum.

Lampu sorot menari di atas kain tenun dan wajah-wajah yang tersenyum. Malam itu, pameran bukan hanya etalase capaian pembangunan, tapi juga panggung yang mengikat sejarah, kreativitas, dan harapan, dari ruang rapat pemerintah hingga lantai dansa rakyat.*/Laurens Leba Tukan

Dari Peluh Umat, Berdirilah Rumah Bunda Selalu Menolong di Kambajawa

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement