GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Gubernur NTT Pendidikan
Beranda / Pendidikan / Gereja dan Keluarga, Dua Sayap yang Mengangkat Generasi NTT

Gereja dan Keluarga, Dua Sayap yang Mengangkat Generasi NTT

Gubernur Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena dan Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Samuel Pandie, saat acara pengresmian dan penthabiisan Gedung Kebaktian Jemaat GMIT Lahairoi Oebifai, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, Minggu (26/10/2025). Foto: Nuel Here Wele

Gubernur Melki Laka Lena dorong kolaborasi iman dan pendidikan karakter dari Amarasi

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM — Suara paduan jemaat menggema di antara perbukitan Amarasi, Kabupaten Kupang, Minggu (26/10/2025), ketika Gubernur Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena, melangkah masuk ke Gedung Kebaktian Jemaat GMIT Lahairoi Oebifai yang baru ditahbiskan. Di ruang berlantai granit yang berkilau lembut itu, umat merayakan buah dari kerja iman lebih dari dua dekade, sebuah rumah Tuhan yang lahir dari kesabaran, gotong royong, dan harapan panjang.

Dalam sambutannya, Melki Laka Lena menyebut rumah ibadah ini bukan sekadar bangunan batu dan kayu, melainkan lambang kasih dan ketekunan jemaat yang percaya bahwa setiap kerja manusia menjadi berarti jika diletakkan dalam tangan Tuhan. Ia mengutip Mazmur 127:1, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya.”

“Keindahan gereja tidak hanya pada bangunannya, tetapi pada iman dan kasih jemaat yang hidup di tengah masyarakat,” ujar Gubernur Melki. “Tantangan kita kini bukan lagi membangun gedung, melainkan membangun Gereja yang hidup, yaitu keluarga dan pribadi kita sendiri.”

Sinergi Gereja dan Keluarga

Tanah yang Kembali ke Tangan Rakyat: Umbu Djoka dan Harapan Baru dari Makatakeri

Pesan itu seolah menjawab tantangan yang dihadapi NTT hari-hari ini: meningkatnya kasus HIV/AIDS di kalangan usia produktif, lemahnya kemampuan literasi dan numerasi pelajar, serta kerapuhan nilai moral akibat derasnya arus digital.

Gubernur Melki Laka Lena menegaskan, Gereja dan keluarga harus berjalan seiring sebagai dua pilar utama pembentukan karakter generasi muda. Karena itu, Pemerintah Provinsi NTT menyiapkan kebijakan Jam Belajar dan Jam Ibadah Keluarga setiap pukul 17.30–19.00 WITA (kecuali Sabtu) untuk menghidupkan kembali peran keluarga sebagai ruang pertama pendidikan iman dan moral.

“Kami siapkan tiga tungku penguatan: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Gereja dan tokoh agama menjadi mitra penting untuk menyalakan api karakter anak-anak NTT,” kata Gubernur.

Kebijakan ini, menurutnya, menjadi bagian dari gerakan sosial yang menempatkan nilai kasih, tanggung jawab, dan disiplin sebagai fondasi kemajuan daerah. “Semua harus bergerak bersama. Keluarga adalah benteng pertama dan terakhir,” tegasnya.

Pesan Gembala dari Sinode

Lipa Songke di Zaman Digital: Antara Adat, Pasar, dan Gengsi

Dalam kesempatan itu, Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Samuel Pandie, mengingatkan jemaat tentang panggilan Gereja di tengah dunia yang berubah cepat. Ia menyinggung kisah penciptaan dari Kitab Kejadian—tentang tujuh kali kata “baik” yang menandai keteraturan dan kebaikan ciptaan Tuhan.

“Di momen Bulan Keluarga ini, umat diajak untuk saling melengkapi sebagai ciptaan Tuhan,” ujarnya.

Ia menyoroti meningkatnya keterlibatan anak muda dalam berbagai kasus sosial dan moral, serta pentingnya figur teladan dalam keluarga. “Keluarga adalah pusat dari segala hal, sementara Gereja harus menjadi rumah yang terbuka bagi semua orang,” kata Pdt. Pandie.

Menjelang Bulan Lingkungan Hidup, Sinode GMIT juga meluncurkan program penanaman 50 ribu anakan asam dan kopi di Pulau Semau dan Kabupaten Timor Tengah Selatan. “Menanam pohon adalah ibadah yang hidup. Mari jaga bumi kita sebagai wujud syukur,” tuturnya.

Dari Amarasi untuk NTT

Dari Mauramba, Umbu Rudi Kabunang Menanam P5HAM di Hati Pemuda

Ibadah pentahbisan itu menjadi lebih dari sekadar seremoni keagamaan. Di hadapan jemaat, pemerintah, dan tokoh masyarakat, Amarasi menjadi saksi bahwa pembangunan rohani dan sosial bisa berjalan seiring.

Gedung Kebaktian Jemaat Lahairoi Oebifai kini bukan hanya tempat ibadah, melainkan simbol sinergi antara iman dan kerja. Sebagaimana disampaikan Gubernur Melki Laka Lena di akhir sambutannya, “Rumah Tuhan ini akan menjadi pusat pertumbuhan rohani dan pelayanan bagi jemaat serta masyarakat sekitar. Dari sini, kita bangun NTT yang berkarakter, beriman, dan berpengharapan.”

Turut hadir dalam perayaan itu Kepala Bapenda NTT Alexon Lumba, Kadis Perhubungan NTT Mahadin Sibarani, unsur Forkopimda Kabupaten Kupang, serta tokoh perempuan dan pemuda.*/Fara Therik/Laurens Leba Tukan

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement