KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Angin musim kering belum sepenuhnya mengeringkan harapan di Taman Kantor Sinode GMIT, Kamis (26/6/2025). Di antara barisan pohon flamboyan dan kursi plastik yang tertata rapi, sebuah toko mungil dengan papan nama bertuliskan GG Mart berdiri tegak. Toko itu menjadi simbol dari gagasan besar yang tengah tumbuh. Gereja bukan lagi hanya tempat ibadah, tapi juga motor penggerak ekonomi rakyat.
Gubernur Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena, berdiri di sisi Ketua Sinode GMIT, Pdt. Samuel Pandie. Di hadapan undangan dari berbagai instansi, keduanya meluncurkan dua program berbasis ekonomi umat: Toko Pangan GG Mart dan UMKM Garam Bumi Cendana. Bukan sekadar seremoni. Ini adalah sinyal kuat bahwa negara dan gereja tengah merintis jalan baru, membangun ekonomi dari bawah, dari jemaat.
“Saya belum pernah melihat lembaga agama yang bergerak seberani ini. GG Mart bahkan mendahului program NTT Mart milik Pemprov,” kata Gubernur Melki dengan nada kagum.
Ekonomi dari Mimbar
Sinode GMIT, gereja Protestan terbesar di wilayah ini, mencoba melampaui perannya sebagai penjaga spiritual umat. Melalui pendekatan “Satu Gereja, Satu Produk,” GMIT membangun basis produksi dan distribusi pangan lokal dengan semangat One Village One Product (OVOP).
Produk garam dari UMKM Garam Bumi Cendana, salah satu binaan Sinode, menjadi ikon awal. Produksi yang selama ini terhambat pemasaran dan pengemasan, kini didorong lebih maju melalui bantuan motor, mesin produksi, dan fasilitas lainnya dari Bank Indonesia Perwakilan NTT. “Ini bukan sekadar garam, ini simbol pemberdayaan ekonomi yang dimulai dari dapur gereja,” ujar Pdt. Samuel Pandie.
Gereja Menyatu dengan Pasar
Gubernur Melki mengajak semua pihak untuk melihat potensi lokal secara strategis. “UMKM menyerap 90 persen tenaga kerja kita. Di tengah situasi global yang tak menentu, inilah tiang penyangga utama,” katanya. Ia bahkan mendorong agar GG Mart tidak berhenti di etalase fisik. “Platform online harus dibangun agar GG Mart menjadi tuan rumah di rumah sendiri,” ujarnya, merujuk pada potensi pasar daring dan ekonomi digital NTT.
Lebih dari sekadar ekonomi, kolaborasi ini memperlihatkan wajah baru gereja: hadir di ladang garam, kios pasar, dan ruang produksi. Dalam satu momen simbolik, Ketua Sinode menyerahkan produk lokal kepada Gubernur sebagai tanda cinta kasih. Tak lama setelah itu, keduanya berjalan bersama meninjau toko pangan, membeli produk lokal, dan menyapa pengusaha UMKM dengan senyum penuh harapan.
Koalisi Baru: Pemerintah dan Gereja
Acara ini juga ditandai penandatanganan nota kerja sama antara GMIT dan sejumlah kelompok tani. Dari sinilah narasi besar dirajut: koalisi antara negara dan gereja bukan lagi sebatas urusan moral dan pembangunan sosial, tapi juga pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas. “Inilah jendela ekonomi baru,” kata Gubernur Melki.
Di tengah kritik terhadap banyaknya program pembangunan yang hanya berhenti di tataran konsep, inisiatif seperti GG Mart dan UMKM Garam Bumi Cendana adalah bukti bahwa perubahan bisa dimulai dari rak-rak toko kecil di halaman gereja.
Sebuah terobosan ekonomi rakyat sedang lahir. Bukan dari gedung tinggi atau ruang rapat elite. Tapi dari pelataran gereja, dari jemaat yang bekerja, dari tangan-tangan yang mengolah garam. */)Fara Therik/Laurens Leba Tukan
Komentar