LEMBATA,SELATANINDONESIA.COM-Kebakaran melanda rumah adat Lewo Napaulun milik masyarakat desa Bungamuda dan Napasabok di Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, Minggu (30/8/2020) siang.
Kepala Desa Bungamuda, Bernardus Parlete Lagamaking mengaku kesulitan menghubungi Mobil Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Lembata karena nomor telpon yang dihubungi tidak aktif. “Kita sempat kontak pemadam kebakaran tapi nomor kontak tidak aktif. Kita juga sempat komunikasi dengan Polres Lembata tetapi dari Polres Lembata hanya turunkan tim dari Polsek, sebab mobil damkar milik Pemda sangat sulit dihubungi,” sebut Kepala Desa Bungamuda.
Saat ini, aparat Kepolisian dan Dinas teknis Pemda Lembata sedang menelusuri penyebab awal munculnya titik api yang meluluhlantahkan 28 rumah adat di Lewo Napaulun tersebut.
Kebakaran yang terjadi sekitar pukul 13.30 WITA tersebut menghabiskan 28 rumah adat dari total 36 rumah adat dan menyisahkan 8 rumah adat lainnya yang berhasil diselamatkan dari amukan si jago merah.
Pantauan SelatanIndonesia.com, ratusan warga di tiga desa yakni, desa Bungamuda, Napasabok dan Lamawara berusaha memadamkan api yang menyebar begitu cepat ke dalam kompleks rumah adat.
Masyarakat tiga desa tersebut hanya menggunakan peralatan seadannya untuk memadamkan api seperti, daun kelapa, pisang, dan beberapa ember air serta peralatan lainnya.
Namun usaha itu nihil, pasalnya api merambat sangat cepat ditambah angin kencang sehingga sebagian besar rumah adat terpaksa rata dengan tanah, dan menyisahkan puing.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata, Petrus Kanisius Making kepada media ini menjelaskan, kebakaran ini musibah, baik karena kejadian alam atau kalalaian manusia.
Kanis Making yang tiba di Bungamuda berselang enam jam setelah kebakaran tersebut berlangsung juga mengatakan, pemerintah kabupaten pasti mengambil kebijakan atas pristiwa tersebut.
“Namun kejadian kebakaran ini pada rumah adat, yang secara komunal banyak orang punya, sehingga kita tidak bisa memprediksikan dan melihat besaran kerugian dari kronologis pristiwa, langkah-langkah apa yang mau di ambil,” ujar Kanis Making.
Selain itu Kanis menyebutkan, kebakaran rumah adat ini merupakan bagian dari urusan adat dari warga masyarakat dua desa sehingga ini kembali ke para pemangku adat dari semua suku.
Tapi pada intinya pemerintah daerah pasti akan melihat ini sebagai musibah yang melanda kabupaten Lembata dan pasti disikapi serius melalui dinas teknis, tuturnya.
Lanjutnya, Kanis Making menghimbau, para ketua adat suku dan masyarakat di dua desa tetap menjaga kondisi kampung agar tetap kondusif, sambil terus memantau apabila ada titik api baru yang muncul.
“Para orang tua, kepala adat dan suku dengan warga dua desa harus tetap kondusif. Ini rumah adat leluhur, jadi perlu ketenangan. Jika sumber api berasal dari kelalaian orang dan ada unsur sengaja maka nanti pasti terbuka sendiri. Apalagi ini rumah adat”, tandasnya.
Terkait dengan penyebaran api yang sudah menjalar ke bagian barat Ile Ape dia pun mengatakan, pihaknya terus memantau dan secepatnya mengerahkan sumberdaya bersama dinas terkait lainnya untuk mencegah kebakaran yang lebih luas lagi.
Camat Ile Ape, Simon Emi Langoday mengatakan, ini merupakan kejadian luar biasa yang terjadi di Ile Ape secara menyeluruh. Sebagai perpanjangan tangan pemda kabupaten, Simon Langoday juga mengatakan, pemerintah kecamatan sudah memberi laporan ke pimpinan yang lebih tinggi di kabupaten untuk mendapat petunjuk lebih jauh terkait kebijakan apa yang perlu dilakukan dalam waktu dekat.
Dia berharap masyarakat tetap tenang, jangan panik karena dilain sisi ini menjadi pekerjaan rumah para ketua adat di kampung, tapi pemerintah daerah pasti tidak akan tinggal diam.
Sementara itu, kepala desa Bungamuda melalui sambungan telepon, Minggu (30/8/2020) malam, mengatakan, kerugian materil dari pristiwa tersebut mencapai ratusan juta rupiah, belum lagi pernak pernik adat dan barang pusaka rumah adat, papar Bernadus Parlete Lagamaking.
Dalam pristiwa ini tidak ada korban jiwa, yang ada hanya puing-puing bekas terbakarnya 28 rumah adat tersebut.*)Teddi Lagamaking
Editor: Laurens Leba Tukan