GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Gubernur NTT Internasional Nusantara
Beranda / Nusantara / Sapaan Multibahasa Josef Nae Soi untuk Rider Tour De EnTeTe di Bajawa

Sapaan Multibahasa Josef Nae Soi untuk Rider Tour De EnTeTe di Bajawa

Ketua KONI NTT, Josef A. Nae Soi bersama Bupati Ngada, Raymundus Bena dan Ketua DPRD Ngada Romy Juji saat emnyyerahkan hadia kepada para juara Etape Delapan Tour De EnTeTe di Lapangan Kartini, Bajawa, kabupaten Ngada, Jumat (19/9/2025). Foto: Librik

BAJAWA,SELATANINDONESIA.COM – Hawa dingin khas dataran tinggi Bajawa menusuk hingga ke tulang. Namun, Lapangan Kartini yang menjadi jantung Kota Bajawa, Kabupaten Ngada, Jumat (19/9/2025) sore itu justru terasa hangat. Ribuan orang berjubel di pinggir lapangan, sebagian bersorak, sebagian sibuk mengangkat ponsel untuk mengabadikan momen. Di tengah riuh itu, dentum musik dan derap kaki ribuan penari Ja’i membahana, menandai kedatangan para rider Tour de EnTeTe 2025 yang baru saja menuntaskan etape Ende–Bajawa.

Sorak penonton kian memuncak ketika seorang pria berambut kriting dengan suara lantang menyapa para pembalap internasional, bukan dengan bahasa Indonesia, melainkan dalam bahasa asal mereka. “Ahlan wa sahlan untuk rider dari Aljazair. Bienvenue untuk rider dari Prancis, welcome untuk rider dari Belanda, mabuhay untuk rider dari Filipina, dan yōkoso untuk peserta dari Jepang,” ucap Josef A. Nae Soi, Ketua Umum KONI NTT sekaligus Wakil Gubernur NTT periode 2018–2023.

Sapaan multibahasa itu sontak mengundang decak kagum. Beberapa rider tersenyum lega, merasa disambut dengan keramahan yang akrab. Josef bahkan sempat bercakap dalam bahasa Belanda dengan atlet asal Negeri Kincir Angin, beralih ke bahasa Prancis dengan pembalap Prancis, hingga berbincang dalam bahasa Tagalog dengan rider Filipina. Di bawah hawa dingin Bajawa yang menusuk, kehangatan komunikasi lintas bahasa itu menegaskan satu hal: Tour de EnTeTe tak hanya soal kecepatan mengayuh sepeda, melainkan juga pertemuan antarbudaya.

Pesta rakyat di jantung kota

Kehadiran peloton disambut dengan sorak-sorai bercampur alunan musik tradisional. Di tengah lapangan, formasi Ja’i akbar melibatkan 1.001 penari dari Stiper Flores Bajawa dan SMA Regina Pacis. Warga tumpah ruah, sebagian bertepuk tangan mengikuti irama, sebagian lain larut menari bersama. “Kehadiran para pembalap internasional ini sudah lama dinantikan masyarakat. Semoga mereka merasa betah di Ngada,” kata Bupati Ngada, Raymundus Bena.

Melki Laka Lena dari Ledalero: Menyalakan Terang OVOP di Tanah Filsafat

Tour de EnTeTe 2025 menjadi momentum langka bagi masyarakat Flores bagian tengah. Balap sepeda internasional yang melintasi jalan-jalan menanjak dan berliku ini tak sekadar menghadirkan kompetisi, tetapi juga membuka ruang bagi warga untuk memperlihatkan budaya dan keramahtamahan mereka.

Etape dimenangkan pembalap Filipina

Etape kedelapan yang menempuh rute Ende–Bajawa sejauh lebih dari 110 kilometer dimenangkan John Patrick Sarmiento Pagtaluna dari tim 7Eleven Cliqq Roadbike Philippines dengan catatan waktu 3 jam 28 menit 58 detik. Rekan setimnya, Joseph Babaan Javiniar, membuntuti hanya tiga detik di belakang. Adapun pembalap Indonesia, Muhammad Abdurrohman dari Jakarta Pro Cycling, finis ketiga dengan selisih sebelas detik.

Meski hasil lomba menjadi sorotan, bagi masyarakat Ngada kemenangan sejati adalah pengalaman menyaksikan langsung ajang olahraga internasional di halaman rumah mereka sendiri. “Ini bukan hanya balapan, ini pesta bersama,” ujar Romilus Juji, Ketua DPRD Ngada yang ikut hadir bersama jajaran Forkopimda.

Sport tourism di dataran tinggi Flores

Melki Laka Lena di Panggung Wisuda UNIPA: Menanam Nilai, Menyemai Masa Depan Flores

Ajang Tour de EnTeTe menjadi panggung sport tourism yang mempertemukan olahraga, pariwisata, dan budaya lokal. Keindahan jalur Ende–Bajawa yang diwarnai pemandangan gunung, lembah, dan kampung adat, berpadu dengan sambutan masyarakat, memberi kesan mendalam bagi para peserta.

Malam ini, para rider beristirahat di Bajawa sebelum kembali melanjutkan etape kesembilan menuju Ruteng, Manggarai, pada Sabtu (20/9/2025). Perjalanan panjang itu akan berakhir di Labuan Bajo, pintu gerbang wisata superprioritas Indonesia. Bagi Flores, setiap kayuhan sepeda para atlet dunia adalah promosi tak tertulis tentang kekayaan alam dan budaya yang dimilikinya.*/Laurens Leba Tukan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement