KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Lebih dari setahun Bank NTT berjalan dengan nakhoda sementara. Kini, publik menahan napas menunggu kehadiran direksi definitif yang dijanjikan akan membawa bank daerah ini keluar dari bayang-bayang kepentingan politik menuju pengelolaan profesional.
Proses seleksi direksi Bank NTT yang dimulai sejak Mei hingga Juni 2025 masih belum melahirkan pemimpin definitif. Padahal, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) pada 13 Mei 2025 lalu, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena bersama para pemegang saham telah menetapkan sejumlah nama untuk diajukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Dua nama calon Direktur Utama diajukan: Charlie Paulus dan Yohanis Landu Praing yang kini masih menjabat Plt Direktur Utama. Selain itu, Rahmat Saleh Bobby dicalonkan sebagai Direktur Umum dan SDM, Alo Geong sebagai Direktur Kredit, Sonny Pelokila sebagai Direktur Informatika dan Teknologi, Heru dari Bank Artha Graha sebagai Direktur Treasury dan Keuangan, serta Siti Aksa sebagai Direktur Dana.
Namun, OJK belum juga mengeluarkan keputusan. “Setelah direksi baru diputuskan OJK, mereka segera bertemu dengan kami untuk membahas rencana bisnis bank bersama para pemegang saham,” kata Melki Laka Lena usai RUPS LB.
Dalam beberapa forum, Gubernur Melki bahkan menyoroti dividen Bank NTT yang disebutnya terlalu kecil, meski aset bank sudah mencapai Rp16 triliun. Ia menuding adanya praktik bagi-bagi posisi untuk tim sukses di tubuh bank daerah itu. “Lebih baik kita serahkan ke profesional perbankan dan ekonom, nanti kami ambil di dividen,” ujarnya dalam rapat dengan Komisi II DPR RI belum lama ini.
Komite Remunerasi Nasional Bank NTT, Frans Gana, memastikan semua nama calon direksi dan komisaris sudah diajukan ke OJK sejak Juni. “Secara aturan, pertengahan Agustus sudah fit and proper test. Kita tunggu saja,” ujarnya.
Masa jabatan direksi baru ini akan berlaku 2025–2029, periode yang disebut-sebut krusial bagi transformasi digital dan ekspansi Bank NTT di tengah persaingan ketat industri perbankan.
Masyarakat pun kini tak hanya menunggu nama, tapi juga arah baru. Apakah Bank NTT benar-benar bisa keluar dari bayang-bayang kepentingan politik menuju bank daerah modern yang menopang ekonomi rakyat Nusa Tenggara Timur?
Kepala OJK NTT, Japarmen Manalu yang dihubungi belum lama ini mengaku proses penetapan pengurus Bank NTT masih dalam proses. ”Masih dalam proses di kantor pusat OJK,” tulisnya melalui peswan WhatsApp.
Kini, semua mata tertuju pada OJK, layaknya pelabuhan terakhir yang menentukan siapa nakhoda sah Bank NTT. Sebab, kapal besar bernama Bank NTT tak bisa terus berlayar dengan kompas sementara. Di hadapannya, ombak ekonomi Flobamora kian meninggi, menuntut kendali yang tangguh dan haluan yang jelas. Publik berharap, ketika layar sudah terkembang dan nakhoda definitif berdiri di anjungan, Bank NTT tak lagi terseret arus kepentingan, melainkan berlayar lurus menuju samudra kesejahteraan bagi rakyat Nusa Tenggara Timur.*/AB/Laurens Leba Tukan
Komentar