GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Berita Hari Ini NTT Daerah Eksbis
Beranda / Eksbis / Bangun Rumah Bangun Harapan, CSR Rp 7 M Bank NTT

Bangun Rumah Bangun Harapan, CSR Rp 7 M Bank NTT

Plt Dirut Bank NTT, Yohanis Landu Praing

Dari rumah layak huni di pelosok Sumba hingga kampung Inggris di Kupang, Bank NTT membuktikan bahwa tanggung jawab sosial bukan ekadar jargon perusahaan.

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Di ujung barat Sumba Tengah, suara palu dan cetok masih terdengar dari pekarangan rumah warga. Di salah satu sudut Kota Kupang, lima keluarga mencicipi pagi di dalam rumah berdinding bata dan beratap seng yang baru dibangun. Semua itu hasil dari program ‘Bank NTT Peduli’, inisiatif Corporate Social Responsibility (CSR) dari Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur.

Tahun 2024, Bank NTT membangun 13 unit rumah layak huni: delapan di Sumba Tengah, lima di Kota Kupang. Tahun ini, lembaga keuangan milik pemerintah daerah itu kembali menggelontorkan Rp 7 miliar untuk berbagai program CSR, mulai dari perumahan, kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi.

“Bank daerah bukan cuma bicara kredit dan bunga. Kami bicara tanggung jawab dan dampak sosial,” kata Yohanis Landu Praing, Plt Direktur Utama Bank NTT, saat ditemui di Kupang, awal Mei.

Program bertajuk ‘Bank NTT Peduli’ itu terbagi dua: CSR Plan, berdasarkan permintaan pemerintah daerah, dan CSR Unplan, yang lahir dari kebutuhan mendesak warga. Skema ini membuat bantuan tak selalu kaku, namun tetap dalam kerangka pertanggungjawaban.

Sentuhan Kecil, Arti Besar: Wagub Johni Asadoma Serahkan Paket Sembako Bersubsidi di Sabu Raijua

Dalam bidang pendidikan, Bank NTT membiayai Kampung Inggris di Kabupaten Kupang. Di sektor kesehatan, mereka menyalurkan dana untuk penanganan stunting—persoalan lama NTT yang masih jadi prioritas nasional.

Bank NTT juga jadi satu-satunya bank daerah dari kawasan timur yang masuk kandidat TOP CSR Awards 2025. Presentasi mereka, menurut sumber Tempo di panitia, mencuri perhatian karena pendekatannya yang kontekstual dan berbasis kebutuhan warga kepulauan.

Frans Boli Tobi, Kepala Divisi Corporate Secretary Bank NTT, menyebut CSR sebagai “jalan tengah” antara bisnis dan keadilan sosial. “Kami dengar suara masyarakat lewat para pemegang saham, yaitu kepala daerah,” katanya.

Dengan jaringan di 22 kabupaten/kota di NTT, program CSR Bank NTT bukan hanya menyebar, tapi juga masuk hingga ke desa-desa di pulau kecil. “Kami tidak ingin CSR ini hanya menjadi pencitraan,” ujar Yohanis.

Warga di rumah-rumah baru itu mungkin tak tahu istilah CSR. Tapi mereka tahu satu hal: ada rumah yang lebih layak untuk ditinggali, dan harapan yang lebih kokoh untuk masa depan.*/ab/llt

Dari Pekarangan ke Kedaulatan Pangan: Paulus Limu dan Gerak Bela Rasa di Wendewa Selatan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement