Selamat Datang: Program Hilirisasi Satu Desa Satu Produk Olahan Non Pertambangan

194
Dr. Thomas Ola Langoday, SE.,M.Si.

Oleh: Dr. Thomas Ola Langoday, SE.,M.Si.

Dosen STIE OEMATHONIS Kupang

PENGANTAR

Selamat dan proficiat kepada Gubernur  dan Wakil Gubernur NTT terpilih, Emanuel Melkiades Laka Lena (MLL) dan Jonny Asadoma (JA). Tuhan sudah menulis indah, bahwa Provinsi 466 pulau ini dipimpin oleh MLL & JA sepanjang lima tahun ke depan 2025-2030. Selamat memimpin 5,7 juta jiwa penduduk NTT. Selamat menahkodai 22 kabupaten kota. Selamat mengawali pengelolaan APBD NTT sebesar 5,2 triliun tahun 2025.

PROGRAM HILIRISASI PRODUK OLAHAN

Salah satu praktek baik dan cerdas yang dibuat oleh Presiden Indonesia ke tujuh, Jokowi adalah program hilirisasi produk mineral dan bahan tambang lainnya (Minerba). Program hilirisasi ini telah mengubah wajah ekonomi Indonesia dari impor bahan olahan produk tambang menjadi penghasil dan pengekspor bahan setengah jadi dan barang jadi produk minerba. Nilai tambah yang tinggi dengan multiplier effect ekonomi yang tinggi, telah membuat banyak negara meniru program hilirisasi produk minerba ini. Bayangkan saja, dengan program hilirisasi ini, multilier effect nilai tambah untuk barang setengah jadi sebesar lima kali lipat; sementara untuk barang jadi mencapai 15 kali lipat. Suatu nilai tambah yang besar yang dinikmati negara Indonesia dan tidak lagi dinikmati oleh negara pengimpor minerba dari Indonesia.

Praktek cerdas hilirisasi produk minerba ini, saat ini ditiru oleh beberapa negara berkembang di Asia dan Afrika. Untuk Indonesia sendiri, praktek baik dan cerdas ini mulai digaungkan oleh Gubernur NTT teripih MLL. Bedanya MLL memulai bukan dari hilirisasi produk tambang, tetapi hilirisasi produk olahan non tambang. Ide ini termasuk cerdas dan cemerlang, mengingat negeri 466 pulau ini adalah penghasil utama produk primer seperti pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan.

Seperti halnya hilirisasi produk minerba yang membawa kenikmatan nilai tambah barang setengah jadi dengan multiplier effect lima kali lipat dan multiplier effect untuk produk jadi sebesar 15 kali lipat, maka hal yang sama bisa terjadi pada hilirisasi satu desa satu produk olahan non tambang di NTT dengan kisaran multiplier effect yang sama. Suatu lompatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat banyak akan benar-benar terwujud jika program hilirisasi satu desa satu produk olahan non tambang ini benar-benar dilaksanakan selama lima tahun ke depan. Apalagi, focus Gubernur NTT ini adalah satu desa, satu produk olahan. Ide ini mengingatkan kita pada program Gubernur Provinsi Oita di Jepang, Morihiko Hiramatsu tahun 1979 tentang one village one product (OVOP) di mana program ini sudah ditiru banyak negara di dunia dan tergolong berhasil.

MENCIPTAKAN DAERAH UNGGUL DIMULAI DARI MENCIPTAKAN PRODUK UNGGUL

Dalam buku Ekonomi Pembangunan: Membangun Negeri Unggul dan Berperadaban, (Langoday, T.O., 2024) dikemukakan bahwa untuk membangun sebuah negara dan atau daerah menjadi negara dan atau daerah unggul, maka dimulai dari membangun komoditi unggul yang ada di negara atau daerah tersebut. Suatu komoditi unggul yang dihasilkan oleh beberapa desa dan atau Kawasan, maka para entrepreneur akan tertarik untuk mengembangkan Perusahaan unggul yang memproduksi dan atau mendistribusi produk-produk unggul tersebut. Perusahaan-perusahaan unggul tersebut akan mendirikan industi yang mengubah nilai tambah lebih tinggi sehingga industri-industri itu akan menjadi industri-industri unggul. Industri-industri unggul ini pada akhirnya akan membentuk negara dan atau daerah itu menjadi unggul.

Jadi, jika NTT mau jadi daerah unggul, maka gagasan gubernur MLL ini mesti disambut positip dan focus dikerjakan selama lima tahun ke depan. Dengan demikian, apa yang dicita-citakan sebagai daerah unggul dengan pendapatan masyarakat yang meningkat dan merata benar-benar tercapai karena fokusnya jelas, yaitu satu desa, satu produk olahan; dan produk olahan itu adalah produk unggul di desa dan daerahnya.

Yang dimaksudkan produk ini bukan saja barang tetapi bisa juga jasa. Dengan demikian maka ada desa yang focus dengan olahan barang dan ada desa yang focus dengan olahan jasa. Dalam program ini, para penduduk lokal mengembangkan sebuah produk yang akan menjadi produk khas dan kebanggaan desanya dan memiliki nilai kompetitif baik di pasar local, regional, nasional maupun global. Para penduduk bekerja sama dengan pihak pengusaha lokal dan dengan bantuan asistensi teknis dari pemerintah mengembangkan produk ini, yang kemudian dipasarkan secara lokal, regional, nasional, dan internasional.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah satu desa bisa mengembangkan dua produk atau lebih? Pada negara-negara dan atau daerah-daerah sedang berkembang, kecenderungannya adalah mau mengusahakan semua produk yang ada di desa dan atau daerahnya. Kecenderungan seperti ini sering membawa malapetaka karena tidak ada satupun usaha yang sukses. Oleh karena itu, pada tahap awal pelaksanaan program ini, sebaiknya focus dulu pada satu produk olahan pada setiap desa.

Ada beberapa manfaat dengan melakukan hilirisasi satu desa satu produk olahan, diantaranya adalah:    Pertama, Local yet Global, merupakan prinsip yang mendasari dalam mengembangkan gagasan ini yaitu, produk yang diciptakan tidak hanya harus merefleksikan kebanggaan budaya lokal tetapi juga dapat diterima secara regional, nasional dan global oleh masyarakat internasional (produk local berkualitas global). Dengan begitu, maka pasar dari produk ini dapat dikembangkan tidak hanya pada tingkat local, regional atau nasional saja, tetapi hingga internasional. Kedua, Self-reliance and creativity, melalui prinsip ini, gerakan satu desa satu produk olahan non tambang juga hendak menekankan kemandirian para aktor lokal dalam mengelola usahanya. Artinya, para penduduk lokal lah yang secara aktif mengelola secara mandiri usaha mereka ini, sedangkan pemerintah hanya berperan menyediakan asistensi yang dibutuhkan untuk mengembangkan usaha ini. Ketiga, Human resource development, juga harus dikembangkan oleh para aktor lokal yang mengelola gerakan ini, tidak hanya kemandirian saja. Dengan demikian, maka setiap produk local yang unggul di desa dan daerah akan menciptakan Perusahaan unggul di desa dan atau daerah tersebut; dan Perusahaan unggul tersebut membentuk industri-industri unggul dan pada akhirnya industri-industri unggul tersebut membentuk daerah atau provinsi menjadi daerah atau provinsi unggul.

TANTANGAN PENGEMBANGAN HILIRISASI SATU DESA SATU PRODUK OLAHAN

Tantangan terbesar dalam setiap bisnis, termasuk hilirisasi satu desa satu produk olahan adalah bagaimana menciptakan matarantai yang kuat antara berbagai pelaku ekonomi, produsen, distributor dan konsumen yang dalam dunia ekonomi sering disebut sebagai supply chain management. Manajemen rantai pasokan mengikat semua pelaku ekonomi dan stakeholder untuk bekerja dalam system yang terintegasi, saling percaya dengan komitmen tinggi dan siap menanggung resiko untuk semua kelalaian yang mungkin terjadi di luar kendali, force majeure.

Sampai sejauh ini, tidak ada satupun industri yang tumbuh dan berkembang serta bertahan lama di NTT karena tidak pernah menciptakan supply chain management antara para pemasok bahan mentah, pemasok bahan setengah jadi, proses industri pabrikasi dan pengguna produk akhir. Kita tidak pernah melakukannya secara baik dengan menyiapkan sumberdaya ekonominya, berbagai sarana prasarananya, pabrikasinya, pergudangannya, transportasinya, keamanannya dan bahkan institusinya. Supply chain management menghendaki pemasok produk bahan mentah dan atau setengah jadi dengan keunggulan terstandarisasi: kualitas (quality) tertentu, jumlah (quantity) tertentu dan keberlanjutannya (continuity). Seluruh bahan terstandarisasi diproses dalam pabrikasi untuk menghasilkan produk akhir terstandarisasi pula.

Dalam buku Transformasi Ekonomi Subsisten ke Model Ekonomi Kerakyatan di Timor Leste: Konsep, Alternatif Kebijakan dan Sinergi; Langoday, T. O.; Jose Agostinho, Stanis Man dan Avelino Coelho (2023) mengemukakan bahwa ada tiga tantangan terbesar dalam menciptakan produk unggul, yaitu terkait dengan daya tarik, daya tahan dan daya saing.   Pertama, produk yang mempunyai daya tarik dengan kemasan, bentuk dan varian rasa yang berbeda dari produk yang sama di industri lainnya. Kelemahan di negara dan atau daerah berkembang adalah kemasan yang terlalu sederhana  dan desain atau bentuk produk yang tidak menarik, serta varian rasa yang sama dan tidak bervariasi.

Kedua, produk yang memenuhi daya tahan tertentu, berwujud, tahan lama dan rasa serta kualitas yang tidak mudah berubah. Kelemahan di negara dan atau daerah yang sedang berkembang adalah daya tahan produk tidak lama dan mudah rusak, kualitas rendah dan mudah berubah.

Ketiga, produk yang mempunyai daya saing dengan produk yang sama dari industri lain yang meliputi: kuantitas, kualitas, kontinyuitas, estetika, harga dan pelayanan prima. Kelemahan di negara dan atau daerah yang sedang berkembang adalah kuantitasnya terbatas, kualitas rendah dan kontinuitas tergantung iklim. Belum ada Upaya untuk menciptakan produk yang tersedia sepanjang dibutuhkan.

Jika Gubernur NTT, MLL focus dengan program hilirisasi satu desa satu produk olahan maka kendala-kendala seperti ini disiapkan lebih awal sebelum peluncuran program ini dilaksanakan beserta anggarannya.

PENUTUP

Setiap program yang sukses butuh beberapa syarat. Beberapa diantaranya merupakan masalah manajemen sumberdaya manusia. Dibutuhkan SDM yang trampil dan disiplin. Dibutuhkan pendampingan yang kontinyu untuk planning, do, controlling and act (PDCA). Dibutuhkan sinergi antara berbagai stakeholder, pemerintah, dunia usaha dan dunia kampus. Sinergi triple helix ini menjamin keberhasilan bersama sehingga tidak ada pihak yang menganggp diri paling super dalam pelaksanaan program hilirisasi satu desa satu produk olahan.*****

 

Center Align Buttons in Bootstrap