KOTAKUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Lembaga Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menetapkan tanggal 18 – 24 November sebagai Pekan Peduli Antimikroba Sedunia. Pekan Peduli Antibiotik Sedunia ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian akan resistensi antimikroba.
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), kini gencar melakukan edukasi kepada publik Kota Kupang tentang Antimikroba. Istilah antimikroba lebih dipilih daripada antibiotik untuk merepresentasikan cakupan obat yang lebih luas.
Meski setiap tahun Pekan Peduli Antimikroba Sedunia dilaksanakan namun belum semua masyarakat paham soal resistensi antimikroba. Mikroba penyebab infeksi dapat menular pada manusia melalui makanan yang kita makan, air yang kita minum dan untuk mandi, benda yang kita sentuh dan bersin.
Ketua Bidang Pendidikan Pelatihan dan Resertifikasi PC IAI Kota Kabupaten Kupang dan Sabu Raijua, Apt. Antonia Ari Susanti menyebut, mikroba adalah makhluk hidup terkecil di bumi sehingga hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop. “Mikroba terdiri dari tiga jenis yakni bakteri (contoh; Tuberkulosis, Thypus, Peneumonia), virus (contoh; influenza, HIV, Covid-19),dan jamu (contoh; panu, kutu air),” sebutnya dilansir dari victorynews.id, Kamis (24/11/2022).
Dijelaskan Ari Susanti, cara efektif untuk mencegah penularan infeksi dan mikroba adalah adalah cuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir.
Sementara Antimikroba merupakan zat-zat kimia yang memiliki khasiat atau kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroba.
Antimikroba termasuk obat keras yang digunakan untuk mengobati penyakit infeksi pada manusia, hewan dan tumbuhan dan perolehannya harus berdasarkan resep dokter.
Golongan antimikroba mencakup obat-obat antibiotik/antibakteri, contoh amoksisilin, ciprofloxacin, antivirus, contohnya Acyclovir, antijamur, contohnya Ketoconazole, dan antiparasit, contohnya Albendazole.
Resistensi Antimikroba / Antimicrobial Resistance (AMR) terjadi ketika bakteri, virus, jamur dan parasit tidak lagi merespon obat-obatan atau menjadi kebal atau tidak mempan lagi diobati dengan antimikroba.
Resistensi ini menyebabkan infeksi lebih sulit untuk diobati, bertambah parah, meningkatkan resiko penyebaran hingga menyebabkan kematian. Lama perawatanpun menjadi lebih lama sehingga meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan.
Berikut pemicu terjadinya resistensi antimikroba :
- Penggunaan antimikroba yang tidak sesuai indikasi, yaitu tidak sesuai dengan penyebab penyakitnya. Misalnya, pasien mengalami diare yang disebabkan karena intoleransi makanan tetapi mendapatkan terapi antibiotik.
- Tidak menyelesaikan pengobatan atau tidak menghabiskan antimikroba yang diresepkan dokter, sebagai contoh Amoksisilin diresepkan selama 5 hari dan diminum setiap 8 jam namun karena pasien merasa sudah sembuh, obat hanya diminum selama 3 hari, bahkan waktu minumnya tidak teratur, misalnya hanya diminum saat setelah makan atau bila ingat.
- Penggunaan antimikroba berlebihan pada sektor pertanian dan peternakan
- Kurangnya menjaga kebersihan
Cara Pengendalian dan Pencegahan terjadinya resistensi antimikroba?
- Memastikan penggunaan antibiotik secara rasional
- Memperkuat pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan, peternakan dan tempat industri makanan
- Memastikan akses ke air bersih, sanitasi dan kebersihan
- Memastikan akses ke vaksinasi untuk penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin
- Menerapkan praktik terbaik dalam produksi pangan, perikanan dan pertanian
Ia mengajak masyarakat untuk lebih peduli dan bersama mencegah resistensi antimikroba dengan perilaku ‘BIJAK’ yakni:
- Beli antibiotik hanya dengan resep dokter
- Ikuti aturan pakai dan dosis sesuai petunjuk, jangan hentikan pemakaian sebelum habis,
- Jangan berbagi antibiotik dengan orang lain,
- Awasi dan simpan antibiotik di tempat aman, dan
- Konsultasikan dengan Apoteker tentang cara menggunakan dan menyimpan antibiotik. Jika ada efek samping hubungi dokter atau apoteker.
Disebutkannya, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Cabang Kupang juga sudah melakukan sejumpah kegiatan dalam Pekan Peduli Antimokroba Sedunia salah satunya lewat pemberian edukasi bagi remaja di sekolah-sekolah yang ada di Kota Kupang.***Laurens Leba Tukan