Jusuf Kalla, Sang Pejuang Komodo Minta Harga Tiket ke TNK Diturunkan

325
Mantan wakil Presiden RI, Jusuf Kalla ketika dalam sebuah kesempatan di Pulau Komodo. Foto: TribunBatam

JAKARTA,SELATANINDONESIA.COM – Tokoh kunci dibalik pengakuan dunia terhadap Komodo adalah Mantan Wakil Presiden RI, M. Jusuf Kalla. Tokoh Golkar berdarah Sulawesi ini mengaku prihatin dengan kondisi Labuan Bajo, khususnya Pulau Komodo, yang saat ini tengah menjadi sorotan akibat kenaikan harga tiket Rp 3,75 juta.

Dia pun menyarankan agar harga tiket yang sudah berlaku sejak 1 Agustus kemarin itu diturunkan menjadi Rp1 Juta, dengan dibarengi skema pengaturan pengunjung yang dibatasi.

“Jadi itu kita turunkan tarif Rp 1 juta dan kita batasi jumlah pengunjung sampai 500 tiap hari,” sebut Jusuf Kalla yang akrab disapa JK itu melalui keterangan tertulis, Sabtu (6/8/2022) dilansir dari cnnindonesia.com.

JK sendiri mengaku prihatin. Sebab, akibat kenaikan tiket masuk itu, ketenangan wisatawan untuk menikmati keindahan Pulau Komodo terusik. Ini juga berkaitan dengan munculnya aksi demonstrasi para pelaku wisata di wilayah tersebut.

Menurut JK, yang pernah menjadi Duta Pemenangan Komodo sebagai tujuh keajaiban dunia yang baru The New Seven Wonders 2012-2013, pemberlakuan tarif baru yang tinggi secara signifikan dapat memengaruhi jumlah kunjungan wisata ke Labuan Bajo. Padahal, saat ini Pulau Komodo telah mendunia. “Yang terkena imbasnya adalah dunia wisata,” katanya.

Tentunya ini juga berdampak langsung pada masyarakat. Mengingat pada sektor inilah masyarakat di Pulau Komodo menggantungkan hidupnya.

Mulai dari bisnis perhotelan, kuliner, pelayaran, unit usaha kecil masyarakat hingga nelayan penangkap ikan yang membantu memenuhi kebutuhan warga sekitar ikut terkena imbasnya. Demikian halnya dengan penerbangan yang sebelumnya ramai, juga terancam kehilangan penumpang.

“Karena itu tarif ini perlu dievaluasi. Dan saya usulkan tarifnya diturunkan, katakanlah Rp1 juta dan pengunjung dibatasi dengan kuota, misalnya 500 orang per hari. Jadi angka tersebut terukur dapat 500 juta tiap hari, dan sebulan bisa 15 milyar. Lebih pasti,” kata JK.

Jika hal ini diterapkan, tentunya masyarakat masih bisa meraup keuntungan. Sebab, bisnis mereka masih berjalan misalnya hotel tetap hidup, restoran hidup, kota Labuan Bajo pun bisa hidup kembali. “Kalau orang wisata seperti komodo itu orang datangnya mungkin hanya sekali seumur hidupnya. Yang penting sudah pernah lihat. Jadi wisata itu harus memberikan ketenangan. Kalau di daerah wisata tidak tenang, ramai aksi demo, maka wisatawan tidak akan datang,” katanya.*/)tst/asr)

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap