Gelar Raker di Waingapu, Gubernur Laiskodat Tantang Komitmen Para Kada Turunkan Stunting Hingga 10 Persen

169
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat ketika berbicara dalam acara rapat kerja (raker) Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Nusa Tenggara Timur di Aula Puru Kambera, Hotel Kambaniru, Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Senin (4/7/2022). Foto:TimMediaVBL

WAINGAPU,SELATANINDONESIA.COM – Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bingtilu Laiskodat menantang komitmen para kepala daerah (Kada) untuk melakukan inovasi percepatan penurunan stunting hingga 10 persen.

“Pada Raker seri ketiga di Kabupaten Timor Tengah Selatan pada Oktober 2022 nanti, stunting di semua daerah harus turun hingga 10 persen,” sebut Gubernur Laiskodat ketika membuka rapat kerja (raker) Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Nusa Tenggara Timur di Aula Puru Kambera, Hotel Kambaniru, Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Senin hingga Selasa (4-5/7/2022).

Momentum itu, Gubernur Laiskodat menandatangani dan mengesahkan Rencana Aksi Daerah Penurunan Stunting, Angka Kematian Ibu dan Anak serta menyerahkan Roadmap Rencana Aksi Daerah Penurunan Stunting, Angka Kematian Ibu dan Anak kepada Bupati Sumba Timur Khristofel Praing dan Bupati Belu dr. Agustinus Taolin.

Pemerintah Provinsi NTT telah menetapkan prevalensi stunting sebagai bagian indeks pembangunan manusia sebesar 12-10 persen pada akhir periode RPJMD 2018-2023. Demi pencapaian tersebut, pemerintah provinsi NTT telah menetapkan kebijakan angka prevalensi stunting menjadi bagian dari indeks kinerja utama para bupati se-NTT.

Kendati termasuk provinsi dengan angka stunting tertinggi di Indonesia, NTT menorehkan hasil positif penurunan persentase stunting, pada tiga tahun kepemimpinan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakilnya Josef Nae Soi.

Untuk diketahui, pada tahun 2019, prosentase angka stunting NTT sebesar 30 persen, tahun 2020 turun menjadi 24,2 persen dan tahun 2021 menjadi 20,9 persen. Namun demikian pada periode penimbangan Februari 2022, angka stunting NTT mengalami kenaikan menjadi 22 persen.

Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) lima kabupaten di NTT menjadi lima kabupaten dengan angka stunting tertinggi secara nasional. Kelima daerah itu terdiri dari Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Alor, Sumba Barat Daya, dan Manggarai Timur.

Secara khusus, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara menempati urutan pertama dan kedua yang memiliki prevalensi stunting tertinggi di Indonesia karena berada di atas 46 persen.

Pembukaan dan Raker sesi pertama diikuti para Bupati, para kepala Bappeda, para Kepala Dinas Kesehatan serta para Kepala BKKBN se Nusa Tenggara Timur secara hybrid. Sementara Gubernur Viktor Laiskodat didampingi Plt Sekda NTT Yohana Lisapaly dan Kepala Dinas Kesehatan dan Kependudukan NTT Ruth Laiskodat.

Hadir langsung saat itu Bupati Sumba Timur Drs. Khristofel Praing, Bupati Sumba Barat Daya dr. Kornelis Kodi Mete, Bupati Sabu Raijua Nikodemus Rihi Heke, Walikota Kupang Jefri Riwu Kore, Bupati TTU Juandi David dan  Bupati Belu dr. Agustinus Taolin. Hadir juga Wakil Bupati Sikka Romanus Woga, Wakil Bupati Sumba Barat Daya Marthen Christian Taka serta Wakil Bupati Sumba Tengah Daniel Landa. Raker hari kedua akan diikuti SKPD teknis terdiri dari Bappeda, Dinas Kesehatan serta PKK bersama staf.*/)RambuMel

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap