Gubernur Laiskodat Menginap di Laob, Kampung Terisolir Gudangnya Perempuan Timor yang Cerdas

828
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat ketika menerima aspirasi masyarakat di desa Laob, Kecamatan Polen, Kabupaten TTS, Jumat (21/1/2022). Foto: SelatanIndonesia.com/Laurens Leba Tukan

SOE,SELATANINDONESIA.COM – Dua sungai besar tanpa jembatan yaitu Sungai Noebesi dan Sungai Laob menjadi pengapit bagi Desa Laob, Kecamatan Polen, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Posisinya yang terhimpit dua sungai ini menjadikan Laob seakan berada dalam kubangan alam. Dia sangat terisolir lantaran akses jalan menuju Laob sangat sulit.

Fakta lain yang membaptis Laob, salah satu dari 278 desa/kelurahan di Kabupaten TTS ini menjadi sangat terisolir adalah listrik dan sinyal telpon seluler serta internet yang sulit diakses. Padahal, Laob merupakan salah satu penghasil komiditi asam terbesar di Kabupaten TTS. Juga komoditi seperti cabe, pisang dan lainnya. Tidak hanya itu, Laob menyimpan potensi sumber daya manusia khususnya perempuan yang sangat cerdas.

Pdt. Billa Koilher, S.Si, Ketua Majelis Jemaat GMIT Ora Et Labora, Baob, Klasis Molo Timur yang sudah 12 tahun melayani jemaat di Desa Laob menjadi salah satu contoh kecerdasan perempuan suku Timor di pedalaman Laob. Juga ada mantan Kepala Desa Laob yang juga perempuan yaitu Yura Bahan. Kecerdasan dan keberanian para perempuan Laob ini nampak ketika terjadi dialog antara warga dengan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat yang melakukan kunjungan kerja di wilayah itu, Jumat (21/1/2022. Bahkan, Gubernur Laiskodat memilih menginap dengan warga Desa Laob dalam agenda kunjungan kerjanya selama lima hari di daratan Timor.

Potensi kami di sini berlimpah dan yang menjadi andalan kami adalah asam. Jika dijual mentah maka hanya dengan harga Rp 6.000/Kg, tetapi jika diolah lagi menjadi bahan olahan dengan kemasan yang bagus didukung dengan listrik dan infrastruktur jalan yang memadai maka penghasilan masyarakat kami di sini luar biasa. Kami bisa membangun jembatan untuk melintasi dua sungai besar ini tanpa uang dari pemerintah,” sebut Pdt. Billa dengan suara lantang.

Ia menitipkan keterbelakangan dan keterisolasian wilayah Laob itu kepada Gubernur Laiskodat untuk diperhatikan. Menurut Pdt. Billa, jika infrstruktur dasar terbuka maka ekonomi masyarakat dengan sendirinya akan bangkit. “Kami semua di desa ini pekerja keras, mengandalkan hasil bumi yang ada di sini. Kami harapkan kehadiran pembangunan di sini agar ekonomi kami bisa lebih maju,” ujarnya.

Ketika pemandu acara Herszon membuka kesempatan dialog kepada masyarakat, seorang wanita paruh baya dengan berani bangkit berdiri menyampaikan pendapatnya. “Nama saya Yura Bahan, mantan Kepala Desa Laob,” sebutnya sontak membuat Gubernur Laiskodat dan para rombongan kaget.

Para rombongan Gubernur Laiskodat kian terkesima ketika mantan Kades Yura Bahan memaparkan tentang potensi lain yang dimiki warga Laob serta kendala yang dihadapi ketika warga hendak memasarkan hasil komoditinya. “Selain asam, kami juga penghasil cabe dan pisang, tetapi kami kesulitan dalam memasarkan hasil komoditi kami. Dua sungai tanpa jembatan ini mempersulit kami ketika hendak memasarkan komoditi. Kalau ke Soe berarti melewati sungai Noebesi dan satu sungai lagi yaitu Subgai Laob yang menuju ke Desa Sainoni, Balu, Konbaki, dan terus ke Polen,” ujarnya.

Ia mengaku bangga karena baru kali ini pejabat sekelas Gubernur mau tidur bersama warga di desanya yang terpencil. “Sejak malam tadi sampai jam 2 dini hari, kami diskusi kenapa sampai Pak Gubernur Laiskodat mau tidur di sini. Baru teringat rupanya desa Laob pernah disinggahi Pak Laiskodat saat kampanye dan masih menjadi Calon Gubernur NTT. Harapan kami semoga banyak permohonan yang disampaikan malam ini bisa segera teratasi karena Bapak Gubernur melihat dan merasakan langsung kondisi kehidupan kami di sini,” ujarnya.

Gubernur Laiskodat mengaku kagum dengan kecerdasan para perempuan Timor di pedalaman desa Laob. “Saya kagum dengan kecerdasan mama-mama di Laob. Mereka tau jalannya rusak dan tidak ada listrik baru undang Gubernur ke sini dan menginap lagi. Ini politiknya orang Timor paling jago sudah,” ujar Gubernur Laiskodat disambut sorak riang para warga yang memenuhi Gedung GMIT Ora Et Labora Baob, Klasis Molo Timur desa Laob, Kecamatan Polen, Kabupaten TTS.

Tentang keluhan warga berkaitan dengan infrastruktur jalan dan jembatan menuju Laob, politisi NasDem itu meminta Kadis PUPR Provinsi NTT yang turut ikut dalam pertemuan tersebut untuk menyiapkan dokumennya dengan bail. “Siapkan dokumennya dengan baik sehingga saya akan minta ke Kementrian PUPR agar dijadikan jalan Nasional supaya bisa jadi. Tetapi nanti saya akan pantau, jika dalam perjalanan nanti di Provinsi ada uang lebih, maka jalur jalan ke Laob ini saya kasih masuk. Karena saat ini sejak menjabat Gubernur, sudah 1100 Km jalan provinsi dibangun dan tahun ini kita menyelesaikannya. Itu sama halnya dengan membangun jalan dari ujung Barat pulau Jawa dan ujung Timur Jawa. Itu kita bangun selama 3 tahun,” sebut Gubernur Laiskodat.

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat ketika berbicara dalam pertemuan dengan masyarakat Laob di Gedung GMIT Ora Et Labora, Baob, Klasis Molo Timur, desa Laob, Kecamatan Polen, Kabupaten TTS, Jumat (21/1/2022). Foto: SelatanIndonesia.com/Laurens Leba Tukan

Tentang listrik dan jaringan telkomsel, Gubernur Laiskodat juga berkomitmen untuk membangun koordinasi secepatnya dengan Manager PLN Wilayah NTT dan Telkomsel untuk segera membangun listrik dan jaringan Telkomsel ke wilayah itu. “Listrik ini menjadi prioritas karena dengan listrik maka segala macam kegiatan untuk membangkitkan ekonomi kita akan bisa dilakukan. Dan, saya merasa bangga sekali saat ini berada di sebuah desa yang terpencil tetapi memiliki orang-orang cerdas terutama para perempuannya,” sebut Gubernur Laiskodat.

Saking bangganya terhadap kecerdasan keberanian para warga Laob, Gubernur Laiskodat memerintahkan kadis Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Linus Lusi yang saat itu juga hadir agar membangun sebuah Sekolah Menengah Kejuaruan (SMK) di Laob. “Karena kalian di sini banyak orang pintar, saya sudah minta Kadis Pendidikan dan Kebudayaan NTT untuk bangun satu SMK disini. Harus SMK, jangan SMA. Karena kalau SMA itu sekolah belum selesai, kalau SMK maka sekolah tamat langsung selesai dan siap kerja dan buka lapangan pekerjaan,” tegas Gubernur Laiskodat.

Saat itu juga, Gubernur Laiskodat memberikan sumbangan untuk pembangunan lantai dan plafond gedung GMIT Ora Et Labora, Baob sebesar Rp. 250 juta. Tidak hanya itu, Gubernur Laiskodat juga menyerahkan bantuan berupa alat timbang dan alat ukur bayi serta sumbangan makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita untuk menekan angka stunting.

Turut mendampingi Gubernur Laiskodat, Wakil Bupati TTS Army Konay, Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi NTT, Samuel Halundaka, Kadis PUPR NTT Maxi Nenabu, Kadis Pertanian Tanaman Pangan Lecky F. Koli, Kadis Pendidikan Linus Lusi, Kadis Kesehatan dan Kependudukan dr. Mese Ataupah, Kadis Perindag M. Nazir, Kepala Badan Keuangan Daerah Zakarias Moruk, Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda NTT Pricilia Parera, serta Staf Khusus Gubernur Bidang Perindustrian dan Perdagangan Esau Kune, juga Badan Pengawas Rumah Sakit dr. Deby Baineno, dan Ketua Pokja Stunting Sarah Lerry Mboeik.***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap