
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Pengeringan rumput laut tanpa menggunakan bahan kimia di NTT, bakal menjadi masa depan ekonomi warga NTT yang mendunia. Kedepannya, hasil olahannya dapat menjadi produk yang membanggakan NTT di mata Nasional dan Internasional karena merupakan produk yang ramah terhadap lingkungan.
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan itu dalam kunjungannya ke pabrik pengolahan rumput laut milik CV. Agar Kembang di Dusun Amdoke, Desa Akle, Kecamatan Semau Selatan, Kabupaten Kupang, Jumat (1/10/2021). Kunjungan tersebut merupakan rangkaian Kunjungan Kerja Gubernur Laiskodat di Semau, Kabupaten Kupang, setelah menyerahkan sertifikat tanah kepada masyarakat di Desa Naikean, Kecamatan Semau Selatan.
Gubernur Laiskodat mengapresiasi langkah cerdas ini dan mendukung pengolahan rumput laut di pabrik tersebut agar kedepannya dapat memproduksi hasil olahan rumput laut sehingga NTT tidak hanya mengirimkan bahan mentah ke luar daerah.
“Ini merupakan sebuah langkah maju dan sebagai Gubernur, saya akan memberikan bantuan agar pabrik ini dapat berjalan dengan baik serta kita mendorong para petani rumput laut agar dapat mensuplai kebutuhan bahan baku di pabrik ini dan dapat kita lanjutkan ke industri-industri lain sehingga diharapkan kedepannya kita tidak hanya mengirim rumput laut dalam bentuk bahan mentah tetapi rumput laut yang sudah menjadi produk seperti kosmetik dan bahan pangan dapat kita produksi sendiri,” sebutnya.
Gubernur Laiskodat menegaskan, segala hal yang berkaitan dengan perijinan, agar segera disampaikan ke Pemerintah Provinsi untuk diproses secepatnya. “Perijinan yang berhubungan dengan Pemerintah Pusat, juga segera diajukan untuk kita kawal prosesnya hingga izin tersebut ditetapkan,” tegasnya.
Pendiri CV. Agar Kembang, Made menyampaikan komitmennya bukan saja berinvestasi di Semau untuk mendapatkan keuntungan, tetapi turut serta mensejahterakan masyarakat yang ada di Semau.
“Sejak Tahun 2001 saya masuk Semau, dan perusahan kami baru berjalan selama 4 bulan di Pulau Semau dan mempunyai karyawan sebanyak 40 orang yang berasal dari sekitaran pabrik rumput laut tersebut serta bahan dasar rumput laut di dapat dari petani rumput laut yang ada di Pulau Semau,” ujarnya
Disebutkan Made, model pengeringan yang dilakukan tanpa menggunakan bahan kimia dan hanya satu di dunia. “Hasilnya dalam bentuk produk Green Lable, selanjutnya kami membutuhkan ijin konsesi dari Kementrian untuk peningkatan produksi,” pintah Made.*)Frid/BiroAP
Editor: Laurens Leba Tukan