Tanpa Hambatan NPL, Bank NTT Sudah Kucurkan Rp 26 M Biayai TJPS Pola Kemitraan

210
Dirut Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho ketika menyerahkan buku tabungan Bank NTT kepada wira usahawan mandiri (wiman) atau petani yang hasil panen jagung program TJPS Pola Kemitraan yang langsung ditabung di Bank NTT. Acara tersebut berlangsung ketika Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat melakukan kunjungan kerja dan panen jagung di Dusun IV Kampung Saimei, Desa Toineke Kecamatan Kualin, Kabupaten TTS, Sabtu (15/4/2023) Foto: SelatanIndonesia.com/Laurens Leba Tukan

KUALIN,SELATANINDONESIA.COM – Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) Pola Kemitraan yang digagasa Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wagub Josef A, Nae Soi mendapat sokongan penuh dari Bank NTT. Sejak diluncurkan, hingga kini bank yang kini dipimpin oleh Dirut Harry Alexander Riwu Kaho itu sudah menggelontorkan dana sebesar Rp 26 miliar dalam skema Kredit Merdeka untuk menopang para wira usahawan mandiri (wiman) atau petani  di NTT dalam menyukeseskan program TJPS Pola Kemitraan.

Disebut TJPS Pola Kemitraan lantaran melibatkan Pemda dalam hal ini Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Offtaker serta Bank NTT untuk mendukung pendanaan bagi wira usaha mandiri (wiman).

Dirut Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, kepada wartawan di sela-sela panen jagung bersama Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat di di Dusun IV Kampung Saimei, Desa Toineke Kecamatan Kualin, Kabupaten TTS, menegaskan, hingga saat ini pihaknya sudah mengcurkan anggaran sebesar Rp. 26 Miliar untuk  program TJPS.

“Untuk periode Oktober (2022)-Maret (2023), Bank NTT sudah mencapai Rp 26 M,” sebut Driut Alex Riwu Kaho. Disebutkan, dari total anggaran yang diberikan kepada para wiman, hingga sekarang proses pengembalannya lancar dan tidak bermasalah. “Sejauh ini tidak ada kredit macet, clear dari NPL (non performing loan/kredit macet). Kreditnya lancar,” tegas dia.

Dikatakan, berdasarkan amatannya terhadap pelaksanaan program TJPS Pola Kemitraan di sejumlah lokasi di NTT, termasuk TTS yang hari itu dipanen, dia melihat bahwa jerih lelah semua pihak sudah bisa dirasakan, dan menjadi sebuah kebanggaan besar.

“Apa yang sudah dikerjakan telah menjadi sesuatu yang luar biasa dan ini menjadi motivasi baik bagi pengembangan TJPS di kabupaten ini, maupun di seluruh NTT. Karena ada kepastian untuk menanam dan ditopang oleh ekosistem, kemudian ada kepastian pasar dan kepastian untuk memperoleh pebiayaan yang dilunasi dari hasil yang diperoeh,” katanya.

Di lokasi panen Dusun IV Kampung Saimei, Desa Toineke Kecamatan Kualin, TTS, Gubernur Laiskodat melakukan panen jagung Program TJPS Periode Tanam Oktober 2022 – Maret 2023 secara simbolis di atas area seluas 5 hektar dengan rincian luas lahan yang siap dipanen se-Kabupaten TTS seluas 73.490 Ha (dengan perkiraan hasil jagung 172.701 ton)

Pihak Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT melaporkan bahwa Realisasi Tanam Jagung NTT Tahun 2022 seluas 289.970 Ha dan untuk Kabupaten TTS yang terealisasi seluas 74.281 Ha. Untuk TJPS Pola Kemitraan Tahun 2022 dari target 105.000 Ha, realisasi tanamnya seluas 101.356 Ha melalui TJPS Pola Kemitraan berbasis Kredit Mikro Merdeka (KMM) Bank NTT dan yg berbasis non kredit dan Kab. TTS seluas 23.547 Ha.

Juga dilakukan pelepasan pembelian dan pengiriman jagung TJPS sebanyak 10 ton yang dibeli dari 3 orang petani/wirausahawan mandiri yaitu, Athoneta Nesimnasi dengan luas tanam 1 Ha, Ferdinan Nesimnasi dengan luas tanam 0,5 Ha dan Markus Nesimnasi dengan luas tanam 0,5 Ha dengan harga pembelian masing-masing dengan harga  Rp. 4.500/ kg.

Besaran kredit yang dipinjam petani tersebut adalah, Athoneta Nesimnasi Besaran KMM Rp.6.100.000 untuk luas 1 ha, Ferdinan Nesimnasi Besaran Kredit/KMM Rp.3.100.000 untuk luas 0,5 ha dan Markus Nesimnasi Besaran Kredit/KMM Rp.3.100.000 untuk luas 0,5 ha

Dari kredit pada Bank NTT tersebut, ketiga petani memperoleh pendapatan yg diperoleh setelah dikurangi pinjaman uang di bank NTT, Antoneta Nesimnasi: 5.000 kg X Rp 4.500 = Rp 22.500.000-6.100.000= 16.400.000; Ferdinan Nesimnasi: 2.500 kg X Rp 4.500 = Rp 11.250.000 – 3.100.000 = 8.150.00 dan Markus Nesimnasi: 2.500 kg X Rp 4.500 = Rp 11.250.000 – 3.100.000 = 8.150.000.

Menariknya, hasil panen tersebut langsung dibeli oleh offtaker dengan harga Rp 4.500 per kilogram, dan langsung dibayar di lokasi. Para wiman pun langsung bertransaksi dengan offtaker dan menerima uang yang jumlahnya variatif, mulai dari Rp 8 Juta hingga Rp 22 Juta dalam bentuk buku tabungan Bank NTT. Buku tabungan tersebut diserahkan langsung oleh Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho dalam kesempatan kunjungan tersebut.

Turut hadir Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT Lucky F. Koli, Kadis Pendidikan Provinsi NTT Linus Lusi, Kepala Badan Pengelola Perbatasan Daerah NTT, Paulus Seran Tahuk, Karo Administrasi Pimpinan Setda Provinsi NTT Prisila Parera, serta para staf khusus Gubernur NTT dan Staf Ahli Gubernur NTT. ***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap