Gubernur Melki dan Para Dokter Spesialis Kompak Menjahit Luka Pelayanan

51
Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena bersama para dokter spesialis di Rumah Jabatan Gubernur, Kamis (24/4/2025). Foto: Edy Naga

Setelah tragedi di RSUD TC Hillers Maumere, NTT membenahi wajah pelayanannya. Gubernur Melki Laka Lena menggandeng dokter spesialis untuk membalik wajah kelam rumah sakit menjadi tempat yang menyelamatkan.

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Kamis malam yang hangat di Kupang, (24/4/2025), Gubernur Nusa Tenggara Timur Emanuel Melkiades Laka Lena membuka pintu rumah jabatannya bagi sekelompok tamu istimewa. Mereka bukan pejabat pusat atau elite partai. Para tamu itu datang dengan stetoskop dan rekam jejak panjang di ruang operasi. Dokter-dokter spesialis dari berbagai bidang.

Tapi pertemuan itu bukan sekadar silaturahmi profesi. Ada kegelisahan yang menyatukan mereka. Bagaimana memastikan tak ada lagi pasien yang meninggal karena menunggu terlalu lama di ruang tunggu rumah sakit.

“Terima kasih, malam ini saya diajak diskusi oleh para dokter ahli. Kita sama-sama belajar dari kejadian terakhir di Maumere,” kata Gubernur Melki, merujuk pada kasus memilukan di RSUD TC Hillers, tempat seorang ibu muda dan bayinya meninggal dunia karena terlambat mendapat penanganan.

Kisah itu menyebar cepat di media sosial. Terselip di antara tagar dan kemarahan publik, muncul pertanyaan mendasar, mengapa rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat perlindungan terakhir justru berubah menjadi ruang duka?

Luka di Maumere, Obat di Kupang

Kematian ibu dan bayi di RSUD TC Hillers bukan kasus pertama, tapi menjadi titik balik. Gelombang kritik memaksa pemerintah provinsi meninjau ulang sistem rujukan, kesiapan tenaga medis, dan kultur birokrasi medis yang kerap tersumbat di meja administrasi.

Dalam pertemuan malam itu, Dr. Laurens David Paulus, SpOG (K) Onk, mewakili para dokter spesialis menyampaikan rencana penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan organisasi profesi pada 29 April mendatang. Tujuannya, memperkuat kolaborasi dan mempercepat pemerataan layanan kesehatan hingga ke pelosok.

“Kita ingin menjadikan pengalaman pahit sebagai alasan untuk bergerak. Jangan ada lagi pasien yang mati karena sistem yang lamban,” ujar Laurens, usai audiensi.

Gubernur Melki menyambut semangat itu. Mantan Ketua Panja UU Kesehatan di DPR RI itu menekankan pentingnya implementasi konkret di lapangan. “Jangan hanya berhenti di MoU. Kita harus memastikan pelayanan itu hadir, cepat, berkualitas, dan manusiawi,” katanya.

Menuju Sistem yang Berpihak

Rencana besar ini melibatkan penyusunan SOP baru, distribusi dokter spesialis secara berkala ke kabupaten-kabupaten, dan pelatihan lanjutan bagi tenaga medis. Pemprov NTT juga sedang menyiapkan jalur cepat untuk keluhan pasien yang kerap tercecer di meja tata usaha.

Yang ingin diperbaiki bukan hanya infrastruktur, melainkan rasa kepercayaan. “Masyarakat harus tahu, rumah sakit bukan tempat menyerah, tapi tempat untuk diselamatkan,” kata seorang dokter spesialis penyakit dalam yang hadir malam itu.

NTT masih tertatih dengan rasio dokter yang timpang dan fasilitas kesehatan yang belum merata. Tapi Gubernur Melki ingin memulai dari hal paling sederhana, mengembalikan nyawa pelayanan.

“Setelah Maumere, kita tak boleh lagi gagal,” ujarnya pelan, menatap para dokter yang malam itu memilih harapan ketimbang apatisme.

Di luar rumah jabatan, langit Kupang gelap sepenuhnya. Tapi di dalam, ada cahaya kecil yang tumbuh dari niat, dari trauma, dan dari tekad untuk menjadikan rumah sakit kembali seperti Namanya, rumah untuk yang sakit, bukan rumah bagi akhir hayat.*/)llt

 

Center Align Buttons in Bootstrap