10 Provinsi dengan Kasus HIV Terbanyak, Temuan Terbaru Ratusan Mahasiswa Terinfeksi

717
Para mahasiswa menunjukan pita merah saat kampanye pencegahan HIV di Surabaya. Foto: Tribunnews.com/Ahmad Zaimul Haq

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Kasus penularan HIV di Indonesia masih terus mengalami kenaikan. Baru-baru ini heboh kasus HIV di Bandung dengan kelompok usia produktif termasuk mahasiswa yang terinfeksi penyakit tersebut.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, di tahun ini saja ada ratusan ribu kasus HIV yang tercatat sampai periode Juni 2022. Dari data tersebut, daerah Jawa Barat menempati posisi ketiga kasus HIV terbanyak dan DKI menjadi wilayah yang mencatat kasus tertinggi.

Berikut data kasus HIV di Indonesia per Juni 2022 dilansir dari detikhealth.com, Minggu (28/8/2022).

DKI Jakarta: 90.958 kasus

Jawa Timur: 78.238 kasus

Jawa Barat: 57.426 kasus

Jawa Tengah: 47.417 kasus

Papua: 45.638 kasus

Bali: 28.376 kasus

Sumatera Utara: 27.850 kasus

Banten: 15.167 kasus

Sulawesi Selatan: 14.810 kasus

Kepulauan Riau: 12.943 kasus

Selain itu hubungan heteroseksual, homoseksual, dan penggunaan jarum Napza suntik masih menjadi penyebab terbesar penularan HIV di Indonesia. Hubungan heteroseksual menjadi penyebab 28,1 persen dari total kasus HIV di Indonesia disusul hubungan homoseksual sebanyak 18,7 persen.

Kasus HIV di Indonesia bak gunung es. Seringkali pengidap tidak mengetahui dirinya tertular sampai muncul gejala yang fatal. Gejala awal HIV bisa terasa seperti kasus flu atau COVID-19 yang parah, namun biasanya terjadi beberapa minggu setelah infeksi. Pada banyak orang, tanda dan gejala awal HIV termasuk Demam, Sakit kepala, Kelelahan, Pembengkakan kelenjar getah bening, Ruam, Nyeri sendi atau otot, dan Sakit tenggorokan.

Fase awal HIV akut ini adalah respons alami tubuh terhadap infeksi HIV. Gejala biasanya hilang dalam satu sampai empat minggu, oleh karena itu sering disalahartikan sebagai kasus flu.

Infeksi virus ini memang tak akan langsung merusak organ tubuh. Sebab, virus tersebut perlahan berkembang biak dan menyerang sistem kekebalan tubuh, hingga melemahkannya secara bertahap. Fase ini bisa disebut sebagai gejala latensi klinis.

Seseorang yang terinfeksi HIV pada tahap ini mungkin merasa sehat dan terlihat baik-baik saja. Apabila tidak ditangani dengan sejumlah perawatan yang tepat, HIV bisa berkembang menjadi kondisi kronis yang berpotensi mengancam nyawa, yaitu Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). AIDS sendiri merupakan perkembangan dari infeksi HIV stadium 3.

Adapun orag terinveksi akan merasakan gejala, seperti Mual,
Muntah, Diare persisten, Kelelahan kronis, Penurunan berat badan yang cepat, Batuk, Sesak napas, Demam berulang, menggigil, dan berkeringat di malam hari, Ruam, luka, atau lesi di mulut atau hidung, pada alat kelamin, atau di bawah kulit. Juga pembengkakan kelenjar getah bening yang berkepanjangan di ketiak, selangkangan, atau Leher
Kehilangan memori, kebingungan, atau gangguan neurologis.

Ratusan Mahasiswa Tertular

Belakangan ini masyarakat digegerkan dengan temuan 12.358 kasus HIV di Bandung pada media sosial. Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bandung, Sis Silvia Dewi, menjelaskan bahwa hal tersebut ternyata akumulasi data milik Dinkes Bandung dari tahun 1991-2021. Selain itu, dari keseluruhan 12.358 data yang ditemukan, 5.943 adalah warga Bandung.

“12 ribu data tes HIV di layanan kota Bandung, itu adalah semua orang yang mengakses tes HIV di puskesmas, rumah sakit swasta atau negeri, dan klinik swasta. Dari data tersebut, 5.800-nya adalah warga Bandung dan akumulasi dari tahun 1991-2021,” jelas Silvia di sesi e-Life detikcom, Jumat (26/8/2022).

Hasil tes itu pula dibedakan berdasarkan pekerjaan, usia, dan faktor risiko penularan. Walaupun 6,9 persen atau 414 kasus terjadi pada mahasiswa, nyatanya temuan paling banyak ada pada pekerja swasta, yakni 30 persen. Data lainnya menunjukan 15 persen terjadi pada wiraswasta dan 11 persen pada Ibu Rumah Tangga (IRT).

“Mahasiswa termasuk pekerjaan sebanyak 6,9 persen, jadi di bawah sebetulnya. Tapi yang menjadi perhatian adalah mahasiswa, karena termasuk usia produktif dan pemuda harapan bangsa, mungkin seperti itu. Namun, berdasarkan data yang kami punya, kategori paling tinggi adalah pekerja swasta,” tambah Silvia.

Selain itu, faktor risiko yang menyebabkan HIV juga termasuk dalam data kasus tersebut. Sebanyak 30 persen karena narkoba suntik yang dipakai secara bergantian dan 39 persen di antaranya akibat seks bebas. Maka dari itu, faktor ini menjadi penyebab utama penularan HIV di Bandung karena nilainya paling tinggi, hampir 40 persen.*/)dtk

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap