KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Letaknya persis di depan “muka hidung” Kota Kupang. Jauh sebelumnya, warga penghuni pulau itu hanya menggantungkan hidup lewat berdagang arang kusambi di Kota Kupang. Namun, setelah Bupati Kupang saat itu, Ibrahim Agustinus Medah mengajak warga Semau mengembangkan Rumput Laut, akhirnya ekonomi warga setempat mulai bangkit hingga kini.
Untuk menjangkau pulau Semau, hanya bisa dilakukan melalui jalur laut dari Kota Kupang yaitu di pelabuhan Tenau dengan menggunakan kapal kayu atau menggunakan kapal Fery dari pelabuhan Bolok, Kabupaten Kupang.
Pulau Semau, menyimpan sejuta kekayaan laut yang jika dimaksimlakan bakal membawa kesejahteraan bagi warganya. Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) seta Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTT telah mencanangkan Semau sebagai Kampung Budidaya.
Kampung Budidaya merupakan salah satu program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Dirjen Budidaya yang dialokasikan ke suluh Indonesia, salah satunya Provinsi NTT. Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang menjadi sentral pelaksanaan program Kampung Budidaya. “Program ini bakal berjalan pada tahun 2022, dan saat ini sedang dilakukan proses persiapan mulai dari identifikasi dan verifikasi terhadap kelompok, dan lahan serta fasilitas sarana prasarana yang akan digunakan,” sebut Plt. Kadis Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT, Gorge Hadjoh melalui Kabid Pengelolaan Ruang Laut dan Budidaya Perikanan DKP Provinsi NTT, Dr. Deselina M.W. Kaleka, S.Pi, M.Si kepada SelatanIndonesia.com, Selasa (26/10/2021).
Menurutnya, Kampung Budidaya adalah suatu bentuk upaya pemerintah untuk mendorong percepatan pembangunan kelautan dan perikanan melalui peningkatan produksi khususnya produksi perikanan budidaya laut. Disebutkan, melihat potensi perairan laut NTT yang sangat berpeluang dan memenuhi standar teknis budidaya laut, maka salah satu contohnya akan dilaksanakan di Kecamatan Semau.
“Diharapkan, dalam satu kawasan terdapat beberapa jenis usaha budidaya laut seperti Ikan Kerapu, Kakap ataupun Rumput Laut. Pelaksanaan pengembangan kampung budidaya ini akan di dampingi oleh KKP dan DKP Provinsi NTT,” sebut Dr. Deselina.
Doktor jebolan IPB Bogor dengan spesifikasi Teknologi Kelautan ini mengharapkan, masyarakat sekitar di Kecamatan Semau akan mengambil bagian dalam kegiatan usaha ini yang dibentuk dalam kelompok yang telah dikukuhkan dan sudah terdaftar dalam sistem aplikasi kusuka. “Ini juga adalah bagaimana kita mengoptimalkan potensi sumber daya perairan dengan menghasilkan produksi yang berkualitas dan memiliki nilai jual yang tinggi dan dilakukan seefektif mungkin dan berkelanjutan,” katanya.
Dr. Deselina yang disertasinya berjudul Analisis Pengembangan Armada Perikanan Tangkap di Kabupaten Kupang, NTT dengan IPK 3,81 ini mengatakan, jika upaya budidaya terus dilakukan maka diyakini akan terjadi perubahan dalam cara berpikir masyarakat untuk beralih kepada usaha budidaya laut. “Pola pikir masyarakat saat ini belum terbuka, dan perlu dilakukan pendampingan sehingga tugas KKP, DKP Provinsi NTT dan Kabupaten harus melakukan pendampingan teknis,” ujarnya.***Laurens Leba Tukan