Rintihan Pilu Pendeta di Pedalaman Sumba Barat Lewat Sayembara Golkar

878
Pdt. Veronika Adiningsi Dokopaty, S.Th salah satu peserta Sayembara Rakyat Bicara-Golkar Mendengar dari Kabupaten Sumba Barat.

WAIKABUBAK,SELATANINDONESIA.COM – Pendemi Covid-19 yang berkepanjangan menyisahkan pilu mendalam bagi para pelayan umat di pedalaman Kabupaten Sumba Barat. Melalui Sayembara Rakyat Bicara-Golker Mendengar, Pdt. Veronika Adiningsi Dokopaty, S.Th mengungkapkan kepedihan yang dialaminya bersama para jemaat di wilayah pelayanannya.

Covid-19 ini menjadi beban yang berkecamuk dalam hati dan pikiran kami juga para jemaat. Kami mulai berpikir bagaimana nanti kedepannya, jika pandemi ini terus ada. Hati kecil saya sebagai pelayan jemaat di pedesaan sangat terusik dan miris karena menjalani hari-hari pelayanan dalam situasi pandemi,” sebut Pdt. Veronika Adiningsi Dokopaty, S.Th salah satu peserta Sayembara Rakyat Bicara-Golkar Mendengar tingkat Kabupaten Sumba Barat kepada SelatanIndonesia.com, Kamis (11/3/2021).

Pdt. Veronika yang kesehariannya melayani di GKS Jemaat Poko Bina, desa Ubu Pede, Kecamatan Loli, Kabupaten Sumbah Barat ini mengatakan, bulan Maret 2020 adalah awal pandemi Covid-19 muncul yang diketahinya lewat berita media. Sebagai pelayan jemaat, Pdt. Veronika terus memberikan himbauan kepada umatnya.

Berbagai edaran sudah kami terima hingga tiba pada suatu masa Gereja dihimbau untuk ditutup. Ibadah disarankan dilakukan dari rumah jemaat masing-masing. Menjadi seorang pelayan, tentu ini menyedihkan, karena lantaran virus ini yang dikatakan mematikan dan belum ada obatnya, Gereja harus ditutup, pelayanan syukuran dan pelayanan lainnya harus dipending juga karena tidak boleh ada dalam keramaian. Seharusnya semua ini tidak terjadi,” sebutnya.

Pdt. Veronika mengungkapkan, dalam situasi pandemi Covid-19 seperti inilah ia sebagai pelayan umat harus terus memberikan pelayanan kepada masyarakat baik dalam khotbah di ibadah Minggu dalam Gereja dan ibadah rumah tangga, bahkan berjumpa langsung dengan umat. “Kami mestinya berjumpa dan mendoakan mereka tanpa harus ada pembatasan. Seharusnya situasi seperti ini Gereja tidak boleh ditutup karena di dalamnya ada persekutuan yang akan saling menopang, meneguhkan, dan mendoakan,” ujarnya.

Meski demikian, dikatakan Pdt. Veronika, seiring berjalannya waktu, ternyata virus ini sudah membawa dampak yang sangat memilukan. “Seperti bulu yang patah terkulai, demikian bisa dinyatakan keadaan ini, ketika menyaksikan ada yang meninggal karena kejamnya virus ini. Hati kami sangat sedih dan terpukul karena Gereja harus dari rumah. Ibadah secara lain, dengan Liturgi yang diberikan kepada jemaat. Iya memang tahun 2020 dan awal tahun 2021 menjadi tahun yang unik dan tahun yang memilukan dan banyak juga yang menjadi korban karena pandemi ini. Dan Gereja harus giat memperhatikan protokol kesehatan dengan ketat dan baik,” urainya.

Ia mengaku pilu lantaran Gereja yang menjadi tempat persekutuan yang pada sebelumnya bisa menjadi tempat berjabatan tangan, bisa saling bercengkrama, dan bercerita dengan waktu yang lama tanpa ada batas harus dibatasi. “Kursi diatur dengan jarak yang ditentukan, dilakukan pengecekan suhu, menggunakan masker dan selalu mencuci tangan dengan menggunakan hand sanitizer. Sungguh miris, tetapi dengan demikian Gereja harus tetap tumbuh walau seolah-olah seribu rebah di sisi kita, tetapi Allah selalu hadir lewat jemaatnya yang harus kuat, saling mendoakan walau di mana ada Mesbah doa dan ibadah keluarga yang terjadi di rumah, menjadi satu kekuatan untuk menumbuhkan iman dan percaya,” kata Pdt. Veronika.

Disebutkan Pdt. Veronika, di tengah pandemi ini, ada perhatian pemerintah yang begitu peduli menyalurkan bantuan masker dan alat penyemprot disinfektan. Namun ia yakin, satu yang pasti, sekalipun akibat dari virus ini begitu memilukan bagi hidup jemaat untuk segala kebutuhan hidup, perekonomian, rumah tangga, dan masa depan anak-anak, serta pergumulan lainnya, Tuhan masih tetap menjaminkan berkat dan dan kemurahan-Nya. “Keyakinan dan pengharapan kita kepada Tuhan sebagai sumber kekuatan bagi kita,” sebutnya.

Diakui Pdt. Veronika, awalnya mengertahui ada syamebara itu melalui anggota Fraksi Golkar DPRD Kabupaten Sumba Barat, David Belo. “Harapan saya sebagai pelayan jemaat sekaligus sebagai anggota masyarakat Sumba Barat, dengan kepercayaan dan tanggung jawab Partai Golkar ikut memberikan sumbangsih yang bermanfaat dan memiliki solidaritas. Juga, Golkar memiliki kepekaan dan kepedulian yang bukan saja mengemban amanat rakyat tetapi mau turut mengambil bagian dalam situasi Covid-19 dari masyarakat desa dan diperjuangkan hingga ke tingkat pusat, untuk direalisasikan demi kepentingan masyarakat,” sebutnya.

Dewan Juri Sayemabara Rakyat Bicara-Golkar Mendengar tingkat Kabupaten Sumba Barat ketika melakukan penilain terhadap karya para peserta di Kantor DPD II Golkar Sumba Barat, Selasa (9/3/2021).

Anggota Fraksi Partai Golkar DPRD Kabupaten Sumba Barat, David Beko menyebutkan, tahap demi tahapan Sayamebara Rakyat Bicara-Golkar Mendengar di Sumba Barat telah dilalui. “Terakhir yang kita lakukan adalah tahapan penjurian untuk memperoleh 10 besar tingkat Kecamatan dari enam kecamatan di Sumba Barat, dan jumlah video yang masuk sebanak 122 vidio. Setelah disortir untuk dimulainya penjurian diperoleh 100 vidio yang memenuhi syarat,” sebutnya.

Dikatakan, video yang lolos penjurian sebanyak 60 dan 6 video lainnya adalah kategori peserta diaspora. Sehingga totalnya 66 video yang lolos. David Beko menambahkan, berbagai isu menjadi topik aspirasi dari masyarakat peserta sayembara namun aspek pendidikan yang paling mendominasi. “Selain itu ada aspek kesehatan, sosial dan keagamaan. Juga kalangan muda milenial yang terdiri dari siswa/siswi dan mahasiswsa yang menjadi peserta sayembara,” katanya

Semua video yang lolos tersebut setelah dilakukan penjurian oleh Tim Juri yang terdiri dari Daniel Bili, Marthen Loekali, Jefri T. Ora, Christine Ndelo, Lasarus J. Wulla, dan David Beko.

David Beko memberikan apresiasi yang tinggi atas sayembara yang digagas DPD I Golkar NTT. “Kegiata ini luar biasa, mengumpulkan video ini tidak mudah, tetapi Partai Golkar mampu mengumpulkan 6.000an video dalam waktu singkat.
Dari kegiatan ini kita bisa mengetahui apa yag ada dalam hati dan pikiran masyarakat, dan sebagai wakil rakyat, kami dapat membaca hal-hal baru yang langsung disampaikan oleh masyarakat untuk selanjutnya kita perjuangkan,” ujar David Beko***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap