Temuan Antivirus Covid-19
Kementerian Pertanian (Kementan) yang diklaim berkemampuan dahsyat memusnahkan penularan virus Covid-19, sepantasnya direspons gembira. Namun temuan itu sebaiknya dikoordinasikan dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) atau pihak berkompeten lainnya guna memastikan keabsahannya.
Sebagaimana ramai diberitakan berbagai media sosial, Mentan Syahrul Yasin Limpo di Jakarta, Jumat (8/5/2020) secara khusus meluncurkan temuan antivirus Covid-19 berbahan utama eucalyptus. Ia bakan berani mengklaim vaksin temuan kementeriannya itu mampu memusnahkan 80 – 100 persen virus Covid-19 (Kompas.com, republika.co.id dan sejumlah media daring lainnya, 9/5/2020).
Sejauh mengutip berbagai berita, dalam proses hingga peluncuran temuan itu tanpa pendampingan pihak Kemenkes atau pihak terkait lainnya yang berkompeten dalam urusan obatan apalagi level temuan baru antigenik sebagai antivirus Covid-19. Publik memahami Kementan berkompeten terkait temuan benih unggul baru atau urusan pangan umumnya. Apalagi penjelasan Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia, Dr dr Inggrid Tania MSi menegaskan antivirus temuan Kementan masih dengan kemampuan sebatas membunuh virus betacorona, bukan virus Covid-19 (Kompas.com, 9/5/2020). Penjelasan itu semakin memancing keraguan publik atas temuan Kementan tersebut.
Keabsahan temuan Kementan itu harus menjadi catatan serius. Alasannya karena jika terbukti benar secara medis, temuan tersebut bakal menjelma menjadi tanda kemenangan umat manusia di Indonesia bahkan dunia atas keganasan penularan Covid-19.
Belajar dari wabah cacar
Sebenarnya penularan wabah Covid-19 mirip wabah cacar. Wabah yang ditularkan oleh virus variola itu melanda dunia di waktu lampau. Model penularan dan keganasannya mirip Covid-19.
Rentang waktu penularan wabah cacar sangat lama, ribuan tahun dan merenggut jutaan jiwa manusia di bumi ini. Raja Mesir abad 12 sebelum masehi, Ramses V, diduga meninggal akibat serangan wabah cacar. Tercatat selama abad 20 saja atau hingga sekitar 60 tahun lalu, serangan wabah cacar menelan setidaknya 300 juta jiwa warga dunia (Kompas, 9/5/2020).
Virus variola atau wabah cacar belakangan dinyatakan musnah dari muka bumi. Kabar melegakan itu merujuk pengumuman resmi Badan Kesehatan Dunia atau WHO, Kamis, 8 Me 1980.
Pertanyaannya, upaya medis apakah yang berhasil menghentikan penularan virus variola atau wabah cacar itu? Ternyata penemuan vaksin khusus tahun 1796, menjadi faktor penting kemenangan umat manusia memerangi virus variola atau wabah cacar. Penemu vaksin khusus itu adalah Edward Jenner, seorang dokter asal Inggris.
Vaksin temuannya itu baru digunakan secara luas sejak awal abad 19 hingga berhasil secara total memusnahkan virus variola, 40 tahun lalu.
Inovasi Kementan hingga menemukan bahan antigenik yang disebut antivirus Covid-19, bukan tidak mungkin akan menjadi penyelamat manusia Indonesia bahkan seluruh dunia. Namun catatan pentingnya, tentu saja harus terbukti benar secara medis. Itu berarti harus didukung pengakuan dari Kemenkes dan pihak terkait lainnya hingga WHO.*) Penulis: (Warga NTT, domisili di Kota Kupang)