Gibran di Liliba: Saat Negara Menyeka Air Mata Keluarga Lema dan Sarong

725
Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka didampingi Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena ketika mengunjungi rumah duka Almh. Yustina Lema di Liliba, Kota Kupang, Selasa (6/5/2025). Foto: SelatanIndonesia.com/Laurens Leba Tukan

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM –  Di bawah langit malam Liliba yang mendung, sesekali rinai gerimis tipis jatuh di atas batu karang, iring-iringan kendaraan berhenti pelan di depan sebuah rumah bercat putih. Di halaman rumah duka di bawah naungan tenda, ratusan umat sedang bersiap untuk merayakan misa. Doa sesaat lagi bergema lembut. Lilin putih tertata rapih di atas meja altra depan teras rumah. Dan dari balik pagar, seorang tamu penting melangkah masuk, Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka.

Dalam kunjungan kerjanya ke Nusa Tenggara Timur, Gibran menyempatkan diri hadir di rumah duka almarhumah Yustina Lema, istri dari jurnalis senior Frans Sarong dan ibu dari Mario Sarong—wartawan Istana Wakil Presiden. Gibran diselempangkan kain tenun Manggarai oleh tokoh NTT Mundus Lema, kaka kandung dari Almh. Yustina Lema. Dan, dikenakan topi Manggarai oleh Frans Sarong, suami dari Almh, Yustina Lema. Tak ada seremoni khusus. Gibran disambut langsung Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena dan Mario Sarong. Tapi kehadiran orang nomor dua di republik ini seolah menyulam satu simpul bahwa politik, persahabatan, dan penghormatan terhadap tokoh lokal.

“Saya datang sebagai sahabat keluarga,” kata Gibran pelan, sembari menyalami Frans Sarong yang tampak tegar.

Suasana berubah syahdu. Di antara umat yang hendak mengikuti misa syukur, Gibran berdiri hening beberapa saat, lalu menyampaikan duka secara pribadi. Ia mengenal Mario Sarong sejak masa kampanye Pilpres 2024. Kini Mario adalah bagian penting dalam tim peliputan resmi Wapres.

“Pertama-tama, secara pribadi saya menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya mama Yustina Lema. Saya mendapat kabar duka ini dari wartawan Kompas, Ibu Rosi,” ungkap Gibran.

Kunjungan Gibran ke rumah duka di Kupang itu bukan hanya urusan pribadi. Di mata banyak tokoh lokal, kehadiran Wapres menjadi semacam pengakuan atas jasa seorang perempuan NTT yang mengabdikan diri di bidang hukum, organisasi perempuan, dan politik.

Yustina Lema bukan nama asing. Ia pernah aktif di Kementerian Hukum dan HAM, terlibat dalam organisasi Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), dan mendampingi aktivitas politik suaminya di Golkar NTT. Ia wafat Kamis malam, 1 Mei 2025, di RS Siloam Kupang. Berita duka itu langsung mengundang arus pelayat dari berbagai penjuru.

Gubernur NTT Melki Laka Lena menyebut Yustina sebagai simbol keteladanan. “Kaka Tina Lema mengabdikan hidupnya untuk pelayanan dan kemajuan perempuan NTT,” ujarnya.

Kehadiran Gibran melengkapi deretan tokoh nasional dan daerah yang menyambangi rumah duka. Dari utusan Panglima TNI, Mayjen Gabriel Lema yang juga adik kandung Almh. Yustina Lema, anggota DPR RI Umbu Rudi Kabunang, Walikota Kupang Christian Widodo, Ketua DPRD NTT Emliana Nomleni, Romo Leo Mali, hingga akademisi dan aktivis perempuan NTT, semua datang mengiringi kepergian Mama Tina, begitu ia biasa disapa.

Tak hanya berduka, malam itu rumah duka berubah menjadi ruang percakapan yang hangat. Gibran berbincang sejenak dengan tokoh-tokoh NTT yang hadir. Di sela duka, ada diskusi soal pembangunan daerah, kondisi pertanian, hingga distribusi pupuk dan bantuan Pendidikan dan hal-hal yang tengah dibawanya selama kunjungan kerja ke NTT.

“Besok saya akan ke Bendungan Manikin,” kata Gibran. “Kami pastikan semua program pertanian berjalan baik di NTT.”

Kepergian Mama Tina tak hanya menyatukan keluarga dan sahabat. Ia juga mempertemukan negara dan rakyat dalam momen yang tak direncanakan, tapi begitu berarti.*/laurens leba tukan

Center Align Buttons in Bootstrap