Sumba Timur Siap Menorehkan Nama di Peta Balap Dunia
JAKARTA,SELATANINDONESIA.COM – Anggota Fraksi Golkar DPR RI, Umbu Rudi Kabunang, menaruh perhatian serius pada gelaran Tour de EnTeTe 2025. Sejak dimulai pada 10 September lalu, event balap sepeda internasional itu dinilainya bukan sekadar pesta olahraga, melainkan motor penggerak ekonomi rakyat dan promosi wisata Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Dampak ekonominya sangat luas, terutama bagi pelaku UMKM dan kuliner lokal yang langsung merasakan lonjakan permintaan. Selain itu, wisata alam dan budaya NTT, khususnya di Sumba, akan semakin terangkat ke panggung internasional,” ujar Umbu Rudi di Jakarta, Jumat (12/9/2025).
Ia juga memberikan apresiasi khusus kepada Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, yang dianggap punya visi besar dalam mengangkat martabat daerah. “Angkat dua jempol buat Pak Gubernur NTT, yang dalam dirinya mengalir darah Payeti, Sumba Timur. Beliau punya gagasan inovatif menggelar event internasional ini untuk memajukan NTT. Kami kagum dengan Pak Gubernur yang telah dinobatkan namanya menjadi Umbu Melki Laka Lena, kebanggaan masyarakat NTT khususnya Sumba,” kata Umbu Rudi.
Sumba Timur Bersiap Sambut Pesepeda Dunia
Saat ia menyampaikan apresiasi itu, para pebalap tengah melaju dari Kabupaten Belu menuju Kupang, sebelum menyeberang ke Pulau Sumba. Di ujung selatan NTT, suasana kian hangat. Bupati Sumba Timur Umbu Lili Pekuwali bersama wakilnya, Yonathan Hani, memimpin langsung simulasi Tour de EnTeTe, memastikan kesiapan daerahnya menjadi tuan rumah tambahan.
Dari Pasar Merdeka hingga Bukit Piarakuku, sepanjang 4,3 kilometer, rombongan pesepeda melaju. Bupati Umbu Lili dan Wakilnya ikut mengayuh pedal, ditemani Sekretaris Daerah, Ketua PN Waingapu, hingga pimpinan Bank NTT Waingapu, Yusuf Hanggar Mawolu. Komunitas sepeda dari Sumba Timur dan Sumba Barat juga ambil bagian.
“Jalannya sudah siap, tinggal bagaimana masyarakat ikut menjaga, terutama jangan sampai ternak masuk ke lintasan,” kata Umbu Lili usai finis di Piarakuku Hills, Kecamatan Matawai La Pawu.
Kisah dari Desa Merdeka Tanahrara
Bagi masyarakat di sepanjang lintasan, Tour de EnTeTe adalah peluang baru. Maria Nggaba, pengrajin tenun ikat dari Desa Merdeka Tanahrara, melihat momentum ini sebagai pintu rezeki. Sejak mendengar kabar Sumba Timur menjadi tuan rumah tambahan, ia bersama kelompok tenun desanya menyiapkan stok kain bermotif khas Marapu.
“Biasanya kami menjual tenun hanya di pasar mingguan. Tapi kali ini, pembeli dari luar negeri bisa langsung lihat dan beli. Kami juga ingin tunjukkan cara menenun di depan turis,” katanya dengan mata berbinar.
Di desa yang sama, Ama Tamu Nipa, petani kopi, bergegas menyiapkan biji kopi hasil panen terakhir. Ia percaya, aroma kopi Sumba akan jadi magnet bagi penonton dan ofisial yang singgah. “Kalau tamu coba sekali, pasti mereka bawa pulang,” ujarnya.
Tak ketinggalan, warung-warung kecil mulai menyiapkan kuliner khas Sumba Timur seperti jagung bose, kapoke, hingga kue-kue tradisional. Bagi mereka, deru pedal pesepeda dunia sama artinya dengan roda ekonomi yang berputar lebih cepat.
Etape Tambahan, Dampak Lebih Besar
Perubahan rute akibat gangguan abu vulkanik Gunung Lewotobi di Flores justru menjadi peluang bagi Sumba. Etape tambahan dibuka, memberi ruang bagi Sumba Timur dan kabupaten sekitarnya untuk menampung perpanjangan ajang internasional ini.
“Peserta akan berada empat hari di Sumba. Dengan begitu, pergerakan ekonomi tentu akan bertambah. Hotel, restoran, pedagang kuliner, hingga transportasi lokal akan ikut merasakan dampaknya,” ujar Umbu Lili.
Harapan di Balik Deru Pedal
Umbu Rudi Kabunang menegaskan, gaung Tour de EnTeTe akan melampaui lintasan balap. Ia percaya bahwa ajang ini membuka ruang baru bagi masyarakat kecil untuk tumbuh bersama. “UMKM, kuliner tradisional, hingga atraksi budaya seperti tarian dan musik daerah mendapat panggung yang lebih besar. Wisata alam Sumba yang eksotis akan semakin dikenal dunia,” ujarnya.
Di lintasan Piarakuku hingga Tanahrara, tanjakan dan turunan menorehkan lekukan tajam yang menyerupai puisi di tubuh tanah Sumba. Jejak roda pesepeda menjadi garis-garis harapan, bahwa dari setiap pedal yang dikayuh, ada denyut baru bagi ekonomi lokal, ada promosi bagi budaya, dan ada kebanggaan yang tumbuh di dada masyarakat.
Hari itu, simulasi bukan hanya latihan balap. Ia adalah ikrar diam-diam: bahwa Sumba Timur siap menorehkan namanya di peta besar Tour de EnTeTe. Dari bebukitan Piarakuku hingga Tanahrara, NTT mempersembahkan rute yang bukan hanya menantang pesepeda dunia, tetapi juga menggoda dunia untuk singgah lebih lama.*/Laurens Leba Tukan
Komentar