Lautan Manusia di Kupang: Panggung Harapan dari Pameran Pembangunan NTT. Malam yang Meledak di Kupang
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Sabtu malam (23/8/2025, Kota Kupang berubah jadi lautan manusia. Ribuan orang berdesak-desakan di arena Pameran Pembangunan NTT 2025, di depan Hotel Harper. Lampu panggung menyapu kerumunan, denting gitar Alfred Gare bersama Pax Group mengalun mengiringi “Dikideng” dan “Ikan Nae di Pante”. Dari anak-anak kecil yang ikut bergoyang hingga orang tua yang duduk di kursi plastik sambil mengangguk mengikuti irama, semua larut dalam euforia.
Bagi banyak warga, pameran ini lebih mirip pesta rakyat ketimbang acara resmi pemerintah. Sejak dibuka 11 Agustus lalu, kerumunan tak pernah surut. Panitia mencatat 88.600 pengunjung, angka yang belum menghitung mereka yang tak sempat menuliskan nama di buku tamu. Tingginya animo publik memaksa pemerintah memperpanjang masa pameran dari sepuluh menjadi tiga belas hari.
Di atas panggung utama, Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena berdiri di hadapan kerumunan. Suaranya tenang, lebih banyak mengajak merenung ketimbang berapi-api. “Pameran ini bukan sekadar pesta, tapi ruang belajar untuk melihat wajah pembangunan kita,” katanya.
Gubernur Melki menyadari, pembangunan hanya punya makna jika berjalan seiring dengan budaya. “Pembangunan tanpa budaya itu hampa. Budaya tanpa pembangunan akan kehilangan daya hidupnya.”
Ia lalu melukiskan NTT sebagai rumah besar: dindingnya kerja keras pembangunan, atapnya semangat kebersamaan, tiangnya budaya yang kokoh. “Yang kita rajut bukan sekadar angka dalam laporan, tapi wajah manusia dan kesejahteraan rakyat,” ujarnya.
Rupiah yang Berputar, Harapan yang Menyala
Di balik hingar-bingar panggung hiburan, roda ekonomi juga berputar. Stan-stan UMKM dan kerajinan tangan tak pernah sepi pembeli. Dari tenun ikat Sumba, kopi Flores, madu Timor, hingga olahan rumput laut dari Rote, semuanya laris manis.
Frederik C.P. Koenunu, Kepala Dinas Kominfo NTT yang juga ketua panitia, mencatat nilai transaksi mencapai Rp 3,1 miliar. “Bukan sekadar angka. Lebih penting, optimisme tumbuh di semua lini masyarakat,” ujarnya.
Warga Bicara: Hiburan Sekaligus Pendidikan
Kartona Zero, pengunjung asal Kupang, tersenyum lebar ketika ditanya kesannya. “Pemprov keren. Kalau bisa tiap tahun harus ada lagi,” katanya.
Elvin Rhepe, mahasiswa Universitas Nusa Cendana, melihat pameran ini lebih dari sekadar tontonan. “Meriah, tapi juga edukatif. Kami bisa belajar langsung soal pembangunan,” ujarnya.
Omar Abineno, pekerja swasta, datang bersama keluarganya hampir setiap malam. Baginya, pameran ini punya dua nilai. “Anak-anak senang hiburannya, kami juga bisa melihat dari dekat progres pembangunan. Jadi bukan hanya dengar cerita.”
Dari Kupang untuk Seluruh NTT
Di penghujung acara, Gubernur Melki kembali menekankan arah kebijakan pemerintahannya. Ia menyebut pameran sebagai wujud keterbukaan, sekaligus ruang partisipasi rakyat dalam pembangunan. Ia juga menegaskan dukungan terhadap program Presiden Prabowo Subianto: makan bergizi gratis, koperasi desa Merah Putih, dan cek kesehatan gratis.
Tingginya antusiasme masyarakat membuat pemerintah merencanakan pameran serupa di sepuluh kabupaten/kota lain dalam rangka HUT NTT tahun ini.
Ketika lampu panggung perlahan meredup, orang-orang belum beranjak. Sebagian masih duduk di tanah lapang, menikmati sisa denting musik. Seakan enggan meninggalkan suasana, mereka pulang membawa lebih dari sekadar kenangan. Dari Kupang, mereka membawa pulang rasa percaya: bahwa pembangunan NTT bukan lagi janji, melainkan sesuatu yang hidup dan bisa disentuh dari dekat.*/Baldus Sae/Laurens Leba Tukan
Komentar