KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Di tengah geliat transformasi ekonomi lokal yang digerakkan dari desa dan kampung, satu nama tampil dengan gagasan segar dan komitmen kuat: Restu Herdani Baptista Dupa, calon tunggal Ketua Umum BPD HIPMI NTT 2025–2028. Pemuda yang akrab disapa Restu Dupe itu tak sekadar memperebutkan kursi organisasi, melainkan membawa sebuah misi besar, menjadikan HIPMI sebagai lokomotif penggerak ekonomi kerakyatan di bawah bayang-bayang agenda besar Gubernur Melki Laka Lena.
Dalam pemaparan visinya, Minggu (6/7/2025) di Kupang, Restu menyampaikan bahwa HIPMI NTT harus berdiri di garis depan untuk menyukseskan dua program strategis Gubernur NTT: One Village One Product (OVOP) dan Gerakan Beli NTT. Dua jargon yang perlahan menjelma menjadi gerakan nyata di bawah pemerintahan Melki Laka Lena yang dikenal dengan pendekatan NTT-Sentrisnya.
“Kami tidak sekadar mendukung. HIPMI harus menjadi bagian dari mesin pelaksana Gerakan Beli NTT. Inilah saatnya pengusaha muda NTT naik kelas bersama produk lokalnya,” tegas Restu dalam sesi pemaparan visi dan misi di hadapan kader HIPMI dan pelaku usaha.
Menjahit Kolaborasi, Mendorong Afirmasi Ekonomi Lokal
Restu membawa enam misi utama dalam kepemimpinannya nanti, dengan satu benang merah, menggerakkan pengusaha muda untuk menjadi pelaku perubahan ekonomi berbasis potensi lokal. Visi yang ia usung pun selaras dengan mimpi besar Pemprov NTT, membangun ekosistem ekonomi daerah yang tahan uji, kreatif, dan berdampak sosial.
Di antara misi-misi itu, dua yang paling strategis adalah mendorong inovasi dalam pemberdayaan potensi lokal dan menjadikan HIPMI sebagai mitra strategis Pemprov dalam menyukseskan program OVOP dan Gerakan Beli NTT.
Program OVOP, yang diluncurkan Gubernur Melki, bertumpu pada gagasan bahwa setiap desa di NTT bisa melahirkan produk unggulan berbasis potensi lokal—baik garam dari Malaka, tenun dari Sumba, jagung dari Belu, hingga kopi dari Flores. Sementara Gerakan Beli NTT mengajak semua pihak, dari pemerintah hingga masyarakat umum, untuk memilih dan mencintai produk lokal dalam keseharian mereka.
Restu melihat peran HIPMI sebagai penghubung antara potensi itu dan dunia pasar: membina UMKM desa, membuka akses logistik dan digitalisasi, serta menciptakan merek dagang lokal yang bisa bersaing di luar NTT.
“Kita sudah masuk ke babak baru. Produk NTT bukan lagi produk pinggiran. Tugas HIPMI adalah membangun jalannya agar produk itu bisa sampai ke kota besar, bahkan pasar internasional,” ujar Restu Dupe.
Misi HIPMI, Ekspansi Gagasan Gubernur
Dalam kacamata politik ekonomi lokal, kehadiran figur seperti Restu Dupe membuka ruang baru bagi HIPMI untuk tak lagi sekadar menjadi organisasi pelat merah pencetak proposal. Ia ingin HIPMI NTT menjadi organisasi yang hidup dari gagasan, bekerja lewat aksi, dan tumbuh bersama rakyat kecil.
Langkah Restu mendapat sorotan banyak pihak karena muncul di saat Gubernur Melki Laka Lena tengah mendorong NTT menjadi provinsi mandiri lewat sektor ekonomi kreatif dan berbasis sumber daya lokal. Jika gerakan ini bisa bersinergi dengan organisasi wirausaha muda seperti HIPMI, maka lahirlah simpul ekonomi baru yang kuat.
Musda XIV HIPMI NTT, yang bakal digelar akhir Juli 2025, menjadi momentum pembuktian: apakah semangat kolaboratif yang diusung Restu benar-benar menjelma dalam wujud gerakan, atau hanya berhenti di panggung pidato.
Namun setidaknya, sinyal sudah dikirim: HIPMI tak lagi hanya mengurusi seminar dan kartu nama. Di tangan pengusaha muda seperti Restu Dupe, ia bisa menjadi jembatan antara desa dan dunia.*/Krova/Laurens Leba Tukan
Komentar