GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Internasional Olahraga
Beranda / Olahraga / Paris Cycling Team Menjejak Kupang: Dari Marseille ke Tour de EnTeTe

Paris Cycling Team Menjejak Kupang: Dari Marseille ke Tour de EnTeTe

Tim Paris Cycling tiba di Bandara El Tari, Kupang, Senin (8/9/2025) pagi. Pembalap Lois Buffin dan Sloan Horny didampingi manajer tim Lotfi Tchambaz siap menghadapi rute panjang Tour De Entete. Foto: Gatha Ginting/tourdeentete.com

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Senin pagi (8/9/2025), Bandara El Tari seperti jadi lintasan pertama sebelum balapan sesungguhnya dimulai. Di antara lalu-lalang penumpang domestik, tiga sosok dengan sepeda lipat dalam kotak kargo dan raut lelah perjalanan panjang muncul: Sloan Horny, Lois Buffin, dan manajer mereka, Lotfi Tchambaz. Mereka adalah Paris Cycling Team, kontestan awal yang menjejakkan kaki di Kupang untuk Tour De EnTeTe 2025.

Jam menunjukkan pukul 06.05 WITA ketika pintu Terminal 1 Domestik terbuka. Sloan dan Lois, dua pembalap asal Marseille, tersenyum tipis menyapa panitia yang menjemput. Perjalanan mereka tak singkat: empat kali berganti kereta menuju Paris, lalu terbang lintas benua dengan transit di Xiamen, hingga tiba di Jakarta sebelum melanjutkan penerbangan dini hari menuju Kupang. “Kami agak capek, tapi kondisi fit. Tinggal menyesuaikan diri dengan cuaca lembab di sini,” ujar Sloan.

Singgah sejenak di rumah dinas gubernur, mereka lalu menuju Hotel Kristal, markas sementara selama lomba. Sloan, yang dipercaya menjadi ruller atau penarik tim, menegaskan target sederhana namun penuh disiplin: finis bersama seluruh rekan setim. Sebelum ke Indonesia, mereka baru saja berlaga di sebuah kejuaraan di barat Prancis.

Tim Paris Cycling belum lengkap. Axel Habert dijadwalkan tiba esok, sementara dua pembalap Indonesia yang memperkuat tim, Luki Braga Pratma dan Feri Febi Saputra baru akan bergabung kemudian.

Bandara El Tari hari itu terus ramai. Setelah Paris Cycling, pukul 08.40 WITA giliran tim Go For Gold dari Filipina dan Pontianak Wijaya Racing yang mendarat. Gelombang besar pembalap internasional dari Inggris, Malaysia, Australia, hingga Aljazair datang siang hari. Menjelang sore, Jakarta Pro Cycling dan Nusantara BYC dijadwalkan tiba, menambah semarak kontingen.

Prof. Umbu Data: Rumah Mandiri, Laboratorium Masa Depan di Sumba Tengah

Tour de Entete 2025 bukan sekadar lomba. Bagi Sloan dan Lois, ini juga tentang pengalaman pertama mengayuh pedal di tanah yang asing, sekaligus kesempatan mencicipi potongan kehidupan baru. Di Jakarta, mereka sempat mencoba nasi dan ayam goreng. “Kami penasaran dengan kuliner lokal, tapi mungkin setelah lomba,” kata Sloan, menjaga ketat kondisi tubuhnya. Balapan panjang menanti, dan hari-hari pertama di Kupang hanyalah prolog sebelum rute NTT yang berliku mulai menguji mereka.

Panggung Dipolmasi NTT

Lebih dari sekadar balapan, Tour de EnTeTe 2025 adalah panggung diplomasi yang menghubungkan Nusa Tenggara Timur dengan dunia. Setiap kayuhan pedal, setiap tikungan yang dilalui, dan setiap hamparan sabana yang terekam kamera para pewarta asing adalah jendela promosi yang tak ternilai. NTT tak hanya ingin dikenal sebagai tanah kering di timur negeri, melainkan sebagai destinasi dengan keindahan alam yang menantang sekaligus memikat.

Ketika Sloan Horny dan Lois Buffin membawa cerita pulang ke Marseille, atau tim Go For Gold mengisahkan pengalaman mereka ke Manila, maka pariwisata NTT ikut menyeberangi batas negara. Di situlah olahraga menjadi bahasa universal: tanpa perlu terjemahan, dunia dapat mengerti pesona bukit-bukit Flores, pantai Labuan Bajo, dan sabana yang berlari bersama kuda Sumba.

Tour de EnTeTe adalah undangan terbuka. Sebuah pesan bahwa NTT bukan hanya lintasan balap, tetapi juga ruang perjumpaan budaya, persahabatan, dan pariwisata. Dan dari Kupang hingga ujung Flores, kayuhan pedal itu akan terus bergema sebagai bukti: pariwisata bisa berdenyut seirama dengan sportivitas.

Dr. Umbu Rudi Kabunang Minta Bentuk Tim Gabungan Pencari Fakta Selidiki Pelanggaran HAM PT Toba Pulp Lestari

Tour de EnTeTe 2025 bukan sekadar adu keringat dan kecepatan. Para pembalap akan diajak menaklukkan bentang alam Nusa Tenggara Timur yang nyaris tak tertandingi. Dari Kupang, lintasan bergerak melintasi sabana kering dengan pohon lontar berdiri sendiri-sendiri, seakan menjadi penonton sunyi perjalanan. Angin panas membawa aroma asin laut, berpadu dengan terik matahari yang tak segan membakar kulit.

Begitu masuk ke Pulau Flores, jalur berubah drastis. Lintasan berliku-liku mengikuti lekukan bukit dan jurang curam, dengan tikungan tajam yang menguji nyali sekaligus konsentrasi pembalap. Flores dikenal sebagai “pulau seribu tikungan”, dan di situlah daya tahan fisik akan bertemu dengan kecerdikan strategi. Dari Bajawa hingga Ruteng, hawa sejuk pegunungan berpadu dengan aroma kopi arabika yang menyusup dari ladang warga di tepi jalan.

Di sisi lain, jalur juga menyuguhkan panorama pantai berpasir putih dan biru laut yang jernih. Di Ende, ombak berkejaran di bawah langit biru, seakan ikut memberi ritme kayuhan pedal. Sementara di Labuan Bajo, pelabuhan yang kini jadi ikon pariwisata Indonesia, garis finish sebagian etape dirancang dekat laut, menghadirkan kontras antara peluh yang menetes dan pemandangan yang memanjakan mata.

Para pembalap tak hanya mengadu cepat, tetapi juga ditantang untuk berdamai dengan alam yang keras sekaligus indah. “Rute ini seperti museum terbuka: setiap etape menghadirkan lanskap berbeda,” kata seorang panitia lomba. Di balik setiap sabana, bukit, pantai, dan tikungan tajam Flores, tersimpan kisah yang akan melekat pada setiap kayuhan. Tour de EnTeTe bukan semata soal siapa tercepat di garis akhir, tapi juga tentang bagaimana dunia berkenalan lebih dekat dengan wajah NTT.*/Gem/Laurens Leba Tukan

 

Gubernur Melki Tegas, Perusahaan Geotermal Tak Masuk Lintasan Sponsor

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement