GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Pendidikan
Beranda / Pendidikan / Menjaga Bara di Kawah Candradimuka

Menjaga Bara di Kawah Candradimuka

Ratusan Calon Perwira Remaja (Capaja) Akademi TNI dan Akpol 2025 ketika memberikan penghormatan terhadap Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin di GOR Ahmad Yani, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Sabtu (19/7/2025). Foto: Laman-Kemenhan

Sjafrie Sjamsoeddin di Hadapan Capaja TNI dan Akpol 2025: Dari Taruna Hingga Menhan Pilihan Presiden Prabowo

JAKARTA,SELATANINDONESIA.COM – Sabtu pagi, (19/7/2025), di GOR Ahmad Yani, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, udara penuh semangat muda. Ratusan pasang mata Calon Perwira Remaja (Capaja) Akademi TNI dan Akpol 2025 menatap lurus ke panggung utama. Di sana, berdiri seorang lelaki berusia 72 tahun dengan sorot mata tajam dan suara berat yang tak kehilangan wibawanya. Ia bukan sekadar Menteri Pertahanan Republik Indonesia. Ia adalah Sjafrie Sjamsoeddin, seorang purnawirawan jenderal yang kembali ke pangkuan militer, kini dalam kapasitas sipil terhormat, atas kepercayaan Presiden Prabowo Subianto.

“Sudah 51 tahun berlalu sejak saya berdiri di tempat yang sama seperti kalian. Di sinilah saya ditempa. Di sinilah saya belajar arti loyalitas,” ujar Sjafrie, membuka pembekalan kepada Capaja 2025 dengan nada yang tak hanya membangkitkan kenangan, tapi juga memantik inspirasi.

Sjafrie bukan orang baru di dunia militer. Lulusan Akademi Militer tahun 1974 ini meniti karier dari bawah, teruji dalam operasi militer di Timor Timur, menjabat Danrem di Jakarta saat gejolak Reformasi 1998, hingga dipercaya menjadi Panglima Kodam Jaya. Namanya mencuat saat menjabat sebagai Kepala Pusat Penerangan TNI dan kemudian Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan. Ia dikenal sebagai perwira intelektual yang piawai membangun narasi strategis pertahanan.

Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sjafrie dipercaya menjadi Wakil Menteri Pertahanan. Namun tak ada yang menyangka, satu dekade kemudian, Presiden Prabowo Subianto, yang dulunya rekan seperjuangan dalam korps baret merah, menariknya kembali ke gelanggang. Di tengah ketegangan geopolitik kawasan dan urgensi pembaruan sistem pertahanan nasional, Sjafrie didapuk menjadi Menteri Pertahanan.

Empat Legislator NTT Bawa Suara ke Mabes Polri, Demi Keadilan untuk Kompol Cosmas

“Beliau adalah jembatan antara generasi tua dan baru, memiliki pandangan strategis dan pengalaman lapangan yang sangat dalam,” ujar seorang pejabat senior di Kementerian Pertahanan.

Dalam pembekalan itu, Sjafrie tak sekadar berbicara soal taktik militer atau strategi tempur. Ia menekankan pentingnya persatuan dalam keberagaman. “Tak ada lagi suku, agama, atau golongan. Kita adalah Bhinneka Tunggal Ika. Melebur dalam satu identitas sebagai penjaga harapan bangsa,” katanya, lantang.

Ia pun menyinggung realitas dunia yang berubah cepat, ancaman tidak lagi selalu datang dalam bentuk senjata. “Ancaman siber, perang kognitif, manipulasi informasi, menjadi medan baru yang tak kalah berbahaya,” ujarnya. Karena itu, ia berpesan agar para Capaja tak hanya membangun otot, tapi juga wawasan dan karakter.

Di akhir pembekalannya, Sjafrie menutup dengan tiga pilar kepemimpinan yang menurutnya tak boleh ditawar: integritas, loyalitas, dan kompetensi.

“Jadilah pelindung dan pengayom rakyat. Yang terbaik untuk rakyat adalah perhatian terbaikmu,” katanya dengan suara menggetarkan. Sejenak, ruangan hening. Lalu tepuk tangan menggema dari Capaja yang tampaknya mulai memahami: bahwa menjadi perwira bukan sekadar soal pangkat dan jabatan, tapi tentang komitmen seumur hidup pada tanah air.

Bupati Anton Doni Dorong Koperasi Merah Putih Flotim Menuju Digitalisasi

Ketika para Capaja berdiri dan memberi hormat, sejenak mata Sjafrie terlihat basah. “Saya titip bangsa ini kepada kalian,” ujarnya pelan, seperti berbicara kepada dirinya sendiri setengah abad lalu.*/Laman-Kemenhan/Laurens Leba Tukan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement