GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Gubernur NTT Pendidikan
Beranda / Pendidikan / Menapak Merah Putih dari Desa Bahagia, Gubernur NTT Tinjau Latihan Paskibraka

Menapak Merah Putih dari Desa Bahagia, Gubernur NTT Tinjau Latihan Paskibraka

Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena didampingi sejumlah Bupati dan anggota DPRD NTT Debora Lende ketika meninjau pelatihan Paskibraka Provinsi NTT tahun 2025 di alun-alun Rumah Jabatan Gubernur NTT, Rabu (5/8/2025)Foto: Dok. MLL

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Langkah mereka tegap. Sorot mata tajam, bukan karena marah, tapi lantaran tekad yang menyala. Empat puluh empat putra-putri terbaik Nusa Tenggara Timur sedang ditempa di sebuah tempat yang tak biasa: Desa Bahagia, nama lain dari Balai Diklat Provinsi NTT di Kolhua, Kupang. Tempat ini, selama dua pekan terakhir, menjelma menjadi kawah candradimuka bagi generasi pembawa bendera pusaka. Di alun-alun Rumah Jabatan Gubernur NTT, mereka berlatih.

Pada Rabu petang, (6/8/2025), Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena datang langsung menyapa mereka. Ia menyaksikan dari dekat bagaimana semangat nasionalisme tumbuh dalam disiplin latihan yang ketat, tetapi tetap diselimuti nuansa kekeluargaan. Tak hanya meninjau pelatihan Paskibraka, Gubernur juga membuka lomba Gerak Jalan Indah, Drumband, dan Paduan Suara antar SMA/SMK se-NTT, yang digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT dalam rangka menyemarakkan HUT ke-80 Republik Indonesia.

“Saya sampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para pelatih, guru, orang tua, dan pendamping yang membimbing anak-anak kita. Mereka sedang membangun fondasi penting bagi masa depan daerah dan bangsa,” ujar Melki, usai menyematkan semangat kepada para peserta.

Di Balik Gerbang Desa Bahagia

Gapura sederhana di halaman Balai Diklat itu bukan sekadar dekorasi. Dihiasi kelapa, jagung, dan daun pisang, gerbang itu menjadi simbol dimulainya perjalanan spiritual para calon Paskibraka. Tiga lambang terpatri di atasnya: Garuda Pancasila, logo Paskibraka, dan lambang Pemerintah Provinsi NTT. Begitu memasuki area itu, 44 pelajar dari 21 kabupaten dan kota (minus Lembata) tahu bahwa mereka bukan lagi sekadar siswa—mereka adalah wakil tanah kelahiran yang siap menapak jalan pengabdian.

Dari Peluh Umat, Berdirilah Rumah Bunda Selalu Menolong di Kambajawa

Nama-nama mereka mewakili warna-warni NTT. Dari Indra Welem Maro di SMK Kokar, Alor; Margaretha Husen dari SMAN 2 Atambua, Belu; hingga Jovan De Ferento Doore Gega dari SMA Santo Arnoldus Janssen, Kupang. Mereka datang dari lereng gunung di Ngada, pesisir Malaka, lembah Manggarai, hingga padang Sumba.

Sebelum mulai pelatihan, para peserta mengikuti upacara tantingan. “Ini bukan pemaksaan. Yang merasa belum siap, silakan mundur dengan hormat,” ujar Kanisius Mau, Plt. Asisten I Setda NTT, yang mewakili Gubernur saat apel pembukaan. Tak satu pun bergeming. Mereka berdiri tegak, menjawab serempak: “Saya bersedia!”

Jiwa Indonesia

Pelatihan di Desa Bahagia bukan sekadar baris-berbaris. Para peserta bangun sebelum fajar, membersihkan kamar sendiri, menjalani latihan fisik, hingga malam hari. Tidak ada layanan istimewa. Mereka makan bersama, saling berbagi air minum, berbagi cerita, juga semangat. Yang tumbuh bukan hanya stamina, tapi juga rasa kebersamaan dan gotong royong.

“Ini bukan pelatihan seremonial,” ujar Regina Manbait, Plt. Kepala Badan Kesbangpol NTT. “Kami ingin mencetak pribadi berkarakter yang hidup dalam nilai-nilai Pancasila, bukan hanya hafal sila-silanya.”

Gubernur NTT Dorong Digitalisasi untuk Tingkatkan Kualitas Layanan Publik

Para peserta tinggal di asrama yang bersahaja. Tapi justru dalam kesederhanaan itu, mereka belajar arti pengorbanan dan tanggung jawab. “Jiwa mereka adalah jiwa Indonesia,” tegas Kanisius.

Panggung Kreativitas Pelajar

Selepas meninjau latihan Paskibraka, Gubernur Melki membuka rangkaian lomba pelajar antar SMA/SMK tingkat provinsi. Dari gerak jalan indah, drumband, hingga paduan suara, para siswa menunjukkan talenta sekaligus nasionalisme.

“Ini bukan sekadar lomba, tapi panggung bagi generasi muda untuk menunjukkan bahwa semangat Indonesia hidup di dada mereka,” kata Linus Lusi, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT.

Puluhan sekolah dari berbagai kabupaten hadir. Warna-warni seragam, irama drum dan suara lantang pekik “Merdeka!” menghiasi jalanan Kota Kupang. Warga pun tumpah ruah di pinggir jalan, menyaksikan pesta rakyat ini.

Satu Nafas dari Perbatasan, Satu Nama untuk KONI NTT: Melki Laka Lena

Merah Putih Tak Pernah Pudar

Desa Bahagia hanya akan mereka tinggali sebentar. Namun nilai-nilai yang ditanamkan di sana akan mereka bawa selamanya. Di pundak mereka Sang Merah Putih akan berkibar bukan hanya pada 17 Agustus, tapi juga dalam profesi dan kehidupan mereka kelak—entah sebagai dokter di Sabu, guru di Bajawa, atau aparat negara di Atambua.

Mereka adalah wajah masa depan NTT. Dan dari Desa Bahagia, semangat Indonesia itu kembali disemai.*/Laurens Leba Tukan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement