GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Hukrim
Beranda / Hukrim / Melki–Johni di Panggung Bhayangkara

Melki–Johni di Panggung Bhayangkara

Atas; Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena berpidati di acara HUT ke 79 Bhayangkara di Lapangan Polda NTT, Selasa (1/7/2025). Bawah: Gubernur Melki Laka Lena dan Wagub Johni Asadoma pose bersama Forkopimda NTT. Foto: Dio Ceunfin

Gubernur Melki Laka Lena  dan Wakil Gubernur NTT Johni Asadoma yang dikenal dengan sandi politik Melki-Johni, hadiri HUT ke-79 Polri. Meneguhkan Sinergi untuk Flobamorata Aman dan Humanis.

 

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM — Hari masih pagi ketika bunyi drumband menggema dari Lapangan Bhayangkara Polda NTT, Selasa (1/7/2025). Seragam cokelat bersih berbaris rapi. Tamu-tamu undangan mulai memadati tribun. Di barisan paling depan, berdiri dua figur yang kini menjadi wajah kepemimpinan baru Nusa Tenggara Timur: Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena dan Wakil Gubernur Johni Asadoma.

Dua pemimpin daerah itu tampak kompak, Gubernur Melki dan Wagub Johni dengan tampilan serasi baju kemija putih lengan Panjang. Wagub Johni dengan wajah serius namun bersahabat, sesekali menyapa tamu. Mereka tidak hanya hadir sebagai simbol negara, tetapi juga sebagai mitra strategis Kepolisian dalam urusan keamanan dan ketertiban di tanah Flobamorata.

“Hari Bhayangkara bukan hanya ulang tahun institusi, tapi momentum mempererat sinergi,” ujar Gubernur Melki dalam sambutannya. Kalimat pembuka itu meluncur dengan tekanan hangat, disambut tepuk tangan dari barisan tokoh agama, pejabat sipil, TNI-Polri, tokoh pemuda, hingga kelompok perempuan.

Bupati Paulus dan Adri Sabaora Menanam Keteladanan di Tanah Palajara

Melki Laka Lena tak sekadar memberi ucapan selamat. Ia mengingatkan kembali bahwa tema “Polri untuk Masyarakat” bukan jargon kosong. “Ini adalah janji suci. Janji untuk hadir, melindungi, mengayomi, dan melayani dengan tulus,” katanya.

Bagi Gubernur Melki, Polri di usia ke-79 ibarat institusi yang terus tempa diri. Ia menekankan pentingnya adaptasi Polri terhadap tuntutan masyarakat yang semakin kritis. “Di era digital, transparansi dan akuntabilitas bukan pilihan, tapi kewajiban,” ujarnya. Ia menyinggung pula soal pembenahan internal dan penguatan kapasitas SDM Bhayangkara.

Wakil Gubernur Johni Asadoma, mantan jenderal polisi itu tampak menyimak sambutan itu dengan penuh perhatian. Ia tahu benar medan tugas para bhayangkara. Ia pula yang selama ini aktif menjembatani program sinergi keamanan antara Pemprov NTT dan institusi Polri di lapangan.

Sementara itu, Kapolda NTT Irjen Pol Rudi Darmoko menjawab pidato Gubernur Melki dengan nada rendah hati. “Polri tidak berdiri di atas masyarakat, tapi berdiri bersama mereka,” ujarnya. Baginya, pendekatan humanis bukan sekadar gaya baru, tapi keharusan untuk menjawab kompleksitas persoalan sosial saat ini.

Darmoko mengakui bahwa kunci keberhasilan Polri tak bisa dilepaskan dari partisipasi masyarakat dan media. “Kami terbuka terhadap kritik dan perbaikan. Kami ingin dicintai, bukan ditakuti,” ujarnya.

Sridewi Bersemi di Tanah Kering Sumba Tengah

Perayaan ulang tahun ke-79 Polri itu ditutup dengan pemotongan tumpeng oleh Forkopimda NTT. Sejumlah atraksi turut menyemarakkan suasana: mulai dari pertunjukan Polisi Cilik SD Inpres Merdeka Kabupaten Kupang yang memeragakan instruksi lalu lintas, hingga baris-berbaris pasukan kehormatan dan penyerahan penghargaan bagi anggota Polri berprestasi.

HUT Bhayangkara kali ini bukan sekadar seremoni. Di panggung Bhayangkara pagi itu, Melki–Johni dan jajaran Polri mengirim pesan bersama: keamanan adalah urusan semua orang. Dan Polri yang humanis, adaptif, dan profesional adalah pondasi bagi NTT yang aman dan damai.*/Baldus Sae/Laurens Leba Tukan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement