SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daerah
Beranda / Daerah / Lorong Sikumana, Panggung Darurat Menteri Wihaji dan Gubernur Melki Melawan Stunting

Lorong Sikumana, Panggung Darurat Menteri Wihaji dan Gubernur Melki Melawan Stunting

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) yang juga Kepala BKKBN RI, Dr. Wihaji, didampingi Gubernur Nusa Tenggara Timur Emanuel Melkiades Laka Lena, dan Wakil Walikota Kupang, Serena C. Francis ketikamengunjungi balita stunting di Sikumana, Kota Kupang, Selasa (24/6/2025). Foto: Radith

Kunjungan mendadak Mendukbangga ke Kota Kupang menggambarkan tantangan dan harapan penanganan stunting di NTT.

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM — Matahari sudah meninggi ketika iring-iringan kendaraan berpelat merah berhenti di lorong sempit Kelurahan Sikumana, Kota Kupang. Di antara rombongan itu, tampak Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) yang juga Kepala BKKBN RI, Dr. Wihaji, turun dari mobil, diikuti Gubernur Nusa Tenggara Timur Emanuel Melkiades Laka Lena, juga Wakil Walikota Kupang, Serena Francis. Mereka tidak sedang menghadiri seremoni besar. Kunjungan itu bersifat mendadak. Tujuannya: menemui keluarga berisiko stunting, salah satunya milik Jeni Humsibu.

“Saya seharusnya hari ini di Lembata,” kata Menteri Wihaji. “Tapi erupsi Gunung Ile Lewotolok bikin pesawat gak bisa mendarat. Akhirnya saya dan Pak Gubernur putuskan langsung turun ke lapangan di Kupang.”

Keluarga Jeni termasuk dalam daftar Keluarga Risiko Stunting (KRS). Anaknya mengalami gangguan tumbuh kembang. Di hadapan awak media dan warga sekitar, Menteri Wihaji mengecek tinggi dan berat badan si anak sambil berdiskusi dengan tenaga kesehatan.

“Secara fakta, antara tinggi badan, berat badan dan usia memang tidak sesuai,” ujar Menteri Wihaji. “Ini bukti bahwa intervensi masih harus diperkuat.”

Dari Garam Hingga Mart: Gereja dan Negara Bertemu di Meja Ekonomi Rakyat

Stunting masih jadi PR besar di NTT. Berdasarkan data BKKBN, prevalensi stunting di provinsi ini masih di atas rata-rata nasional. Namun, Menteri Wihaji menyatakan keyakinannya bahwa dengan sinergi pusat dan daerah, angka ini bisa ditekan secara bertahap.

“Kunci kita adalah edukasi, pemantauan dan kesinambungan bantuan,” katanya. “Stunting bukan cuma soal ekonomi, tapi juga budaya, pola asuh dan pemahaman.”

Kunjungan ini adalah bagian dari rangkaian kerja Menteri Wihaji di NTT. Sehari sebelumnya, ia sempat berada di Rote Ndao, wilayah paling selatan Indonesia. Gubernur Melki Laka Lena yang mendampingi sejak dari Rote, menyebut perhatian pusat ini sebagai dorongan moral dan politik bagi jajaran daerah untuk bekerja lebih serius.

“Kami akan tindak lanjuti seluruh catatan Pak Menteri,” ujar Gubernur Melki. “Selesai kunjungan ini, kita akan koordinasi dengan semua kepala daerah se-NTT untuk menyusun langkah konkrit.”

Wakil Wali Kota Kupang Serena C. Francis yang ikut dalam kunjungan itu menyampaikan bahwa angka stunting di Kota Kupang memang cenderung menurun, tetapi masih perlu konsolidasi lintas sektor dan dukungan pusat.

Gizi di Garis Depan: Wagub NTT, Rektor Unhan, dan Komandan Gegana Satukan Barisan

“Kita butuh edukasi yang tajam dan intervensi yang cepat. Monitoring juga harus diperkuat,” kata Serena. “Kunjungan ini penting agar semua pihak tetap sadar bahwa ini masalah nyata.”

Di akhir kunjungannya, Menteri Wihaji menyerahkan paket sembako kepada keluarga Jeni. Tak banyak kata. Tapi simbol itu penting: negara hadir, bukan hanya dengan data dan program, tapi dengan empati langsung.

Dalam suasana yang penuh keprihatinan namun juga harapan, Mendukbangga dan Gubernur berjalan meninggalkan lorong sempit Sikumana. Masih banyak rumah seperti milik Jeni. Masih banyak anak seperti si kecil yang tak disebut namanya. Tapi pagi itu, setidaknya satu keluarga tak merasa sendiri.*/Baldus Sae/Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement