Letusan Tertinggi Sejak Status Awas Ditetapkan, Debu Menyelimuti Wilayah Timur Pulau Flores
LARANATUKA,SELATANINDONESIA.COM — Langit di atas puncak Gunung Lewotobi Laki-laki menghitam pada Senin malam, (7/7/20205) pukul 19.32 WITA. Gunung yang terletak di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, itu kembali memuntahkan material vulkanik dengan kolom abu membumbung setinggi ±13.000 meter di atas puncak (±14.584 m dpl). Warna kelabu pekat hingga hitam menyelimuti langit malam, dengan arah sebaran condong ke barat dan barat laut.
Suara dentuman keras menggema dari lereng Wulanggitang. Dari Pos Pemantauan di Desa Pululera, letusan terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 47,3 mm dan durasi hampir dua menit. Meski spektakuler, Badan Geologi menyebut erupsi kali ini tidak menimbulkan korban jiwa. Status gunung tetap berada di Level IV (Awas).
“Masyarakat sekitar sudah cukup terbiasa. Semua yang tinggal di zona rawan sudah dievakuasi sejak lama. Tidak ada korban jiwa,” kata Wakil Bupati Flores Timur, Ignas Uran, saat dihubungi SelatanIndonesia.com usai meninjau lokasi. Ia menyebut abu cukup tebal namun mulai menurun intensitasnya.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau agar masyarakat, wisatawan, maupun pendaki tidak beraktivitas dalam radius 6 kilometer dan 7 kilometer sektor barat daya hingga timur laut dari kawah. Risiko bahaya sekunder seperti banjir lahar hujan juga menjadi perhatian, terutama di wilayah-wilayah hilir seperti Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Nurabelen, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, dan Nawakote.
Mereka yang terpapar hujan abu disarankan memakai masker untuk menghindari gangguan saluran pernapasan. Pemerintah daerah diminta terus berkoordinasi dengan Pos PGA Lewotobi dan PVMBG pusat di Bandung.
Letusan kali ini menjadi salah satu yang tertinggi sejak Lewotobi dinaikkan statusnya ke Awas awal tahun ini. Gunung kembar ini—Lewotobi Laki-laki dan Lewotobi Perempuan—memang dikenal aktif, namun pola letusan yang kerap terjadi justru membentuk kewaspadaan kolektif yang tangguh di tengah masyarakat lokal.
“Karena sudah sering meletus, warga di KRB (Kawasan Rawan Bencana) sudah paham harus bagaimana. Tapi kami terus monitor,” kata Wabup Ignas Uran.
Gunung Lewotobi Laki-laki terus menunjukkan aktivitas tinggi sejak awal 2024. Letusan hari ini menjadi pengingat bahwa meskipun masyarakat telah “terbiasa”, bencana alam tetap menyimpan ketidakpastian yang harus ditanggapi dengan kewaspadaan, bukan kelengahan.*/ML/Laurens Leba Tukan



Komentar