Dari Kefa ke Atambua, roda berputar melintasi batas, tanjakan, dan sejarah baru bagi NTT.
ATAMBUA,SELATANINDONESIA.COM – Hamparan bukit batu, pantai utara Timor, hingga jalan berliku tajam menjadi saksi kala Emile Van Niekerk melesat paling depan. Rider asal Aljazair itu melintasi dua Pos Lintas Batas Negara, Wini dan Mota Ain, sebelum menjejak garis finis di Lapangan Mako Brimob Belu, Kamis, (11/9/2025).
Mengendarai sepeda layaknya mesin tak kenal lelah, Emile menjadi orang pertama yang menyentuh garis finis dengan catatan waktu terbaik. Dari Tim Madar Pro Cycling, ia dinobatkan sebagai juara etape kedua Tour de EnTeTe dan berhak atas Green Jersey. “Terima kasih untuk seluruh tim. Rute hari ini penuh tantangan, banyak tanjakan dan turunan curam, tetapi kami bisa melewatinya dengan baik,” ujar Emile dalam bahasa Inggris.
Emile juga menyapu bersih gelar juara sprint sekaligus rider terbaik. Di belakangnya, Mattheus Philip Wifje asal Belanda dan Abiva Pascual dari Filipina masing-masing merebut podium kedua dan ketiga dengan catatan waktu 3 jam 53 menit 09 detik.
Lintasan Berpeluh, Ribuan Warga Tumpah Ruah
Etape kedua, sepanjang 144,7 kilometer dari Kefamenanu menuju Atambua, menghadirkan drama sejak awal. Wakil Bupati Timor Tengah Utara, Kamilus Elu, yang melepas peserta dari halaman Kantor Bupati TTU, menyebut ajang ini “bukan sekadar roda sepeda berputar di jalan, tapi torehan sejarah yang dikenang.”
Perjalanan riders melintasi tanjakan Runpene hingga turunan curam Manamas meninggalkan kisah jatuh-bangun. Beberapa pembalap tersungkur di aspal, bahkan tiga di antaranya dilarikan ke Puskesmas Wini. Dua rider lain dari Timor Leste dan Mesir memilih absen karena kelelahan setelah etape pertama Kupang–Kefa.
Namun, sorak-sorai tak pernah padam. Ribuan warga tumpah ruah di sepanjang jalan hingga garis finis Atambua. “Ini pembalap bule dong memang jago-jago. Macam balap motor saja cepatnya,” ujar Magdalena Seran, warga yang menonton bersama anaknya.
Pesan dari Rai Belu
Bupati Belu, Willybrodus Lay, yang menyambut para juara di garis finis, tak kuasa menyembunyikan kebanggaan. “Kami berterima kasih kepada Pak Gubernur dan jajaran yang memilih Belu sebagai tuan rumah etape II. Semoga event ini terus berlanjut,” katanya.
Ia berharap para pembalap menjadi duta tak resmi, mewartakan keindahan dan keramahan masyarakat Belu ke negara masing-masing. “Biarlah mereka kembali, bukan hanya untuk lomba, tapi juga menikmati wisata dan budaya kami,” tambah Bupati Wili.
Ketika sorak penonton mereda dan para pembalap beristirahat, etape kedua Tour de EnTeTe meninggalkan jejak lebih dari sekadar kemenangan. Ia melukis cerita persaudaraan lintas bangsa, di jalan berliku yang menghubungkan batas negeri. Roda-roda itu tak hanya memacu keringat, tapi juga menuliskan babak baru Nusa Tenggara Timur di peta olahraga dunia.*/Gem/Laurens Leba Tukan



Komentar