GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Eksbis
Beranda / Eksbis / Diundang KKP, Paulus Henuk Kawal Garam Rakyat Rote Ndao

Diundang KKP, Paulus Henuk Kawal Garam Rakyat Rote Ndao

Bupati Rote Ndao, Paulus Henuk (paling kanan) ketika menghadiri undangan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Hotel Harper Kupang, Rabu (23/7/2025). Foto: Dok.PH

Pertemuan di Kupang jadi ajang konsolidasi nasional melawan intervensi Senayan.

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Rabu siang (23/7/2025), di ballroom hotel Harper Kupang, Bupati Rote Ndao, Paulinus Henuk, duduk berdampingan dengan jajaran penting dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kanwil ATR/BPN Provinsi NTT, Kejaksaan Tinggi NTT, hingga jajaran keamanan dari Polres dan Kejari Rote Ndao. Pertemuan yang dinamai Sosialisasi Lanjutan Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) itu berlangsung konstruktif. Aura kemenangan kecil terasa menyelimuti ruangan.

Tapi tak banyak yang tahu: sepekan sebelumnya, program raksasa ini nyaris lenyap dari peta Indonesia, digoyang manuver senyap dari dalam Senayan.

Kisah bermula dari sebuah kabar yang diterima langsung oleh Bupati Paulus dari Menteri KKP. Dengan nada prihatin, sang menteri menyampaikan bahwa ada usulan dari anggota DPR RI Dapil II NTT untuk mengalihkan proyek strategis nasional itu ke daerah lain. Tanpa alasan teknis. Tanpa dasar kebijakan. Usulan itu datang dari politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Usman Husein.

“Saya terkejut. Rote Ndao sudah menyiapkan segalanya. Lalu kenapa harus dialihkan?” kata Paulus kepada SelatanIndonesia.com.

Konser Juan Reza Ditunda, Cinta Tetap Menggema: Rocky Winaryo dan Simfoni Kesetiaan untuk Sang Bupati

Pernyataan itu sontak menjadi bara. Di Jakarta, Soudi Lian, Ketua Umum Perkumpulan Gelombang Transformasi Rote Ndao, segera mengeluarkan pernyataan resmi. “Kami kecewa berat,” ujarnya, 17 Juli lalu. Ia menyebut tindakan Usman sebagai “batu sandungan” bagi kemajuan rakyat Rote. Dalam nada keras namun tertata, ia menyerukan agar rakyat tidak lupa ketika berada di bilik suara Pemilu mendatang.

Pertarungan Senyap di Jakarta

Apa yang terjadi setelah kabar itu menyebar? Bupati Rote tak tinggal diam. Ia langsung menghubungi Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, yang kemudian mengumpulkan timnya dan terbang ke Jakarta. Soudi yang sedang mendampingi calon investor garam di Rote, juga segera ikut. “Kami langsung menyertai Bupati satu pesawat,” katanya mengenang.

Di ibu kota, mereka duduk satu meja dengan jajaran KKP. Suasananya serius. Ada diplomasi. Ada ketegangan. Tapi satu tekad menyatukan: proyek harus tetap di Rote.

Dan akhirnya, kemenangan itu tiba. KKP memutuskan tidak akan memindahkan proyek K-SIGN dari Rote Ndao. “Ini kemenangan rakyat. Ini bukan cuma soal garam. Ini soal masa depan ekonomi, kedaulatan pangan, dan martabat daerah,” tegas Soudi.

Jalan Panjang Menuju Lintasan Dunia: Tour De EnTeTe dan Agenda Gizi di NTT

Menurutnya, keberhasilan ini membuka jalan bagi mimpi besar lain: investasi listrik industri, integrasi pertanian dan perikanan, hingga pariwisata yang menopang pendapatan daerah dan menekan kemiskinan serta stunting.

Wakil Bungkam, Rakyat Bicara

Sementara di Rote dan Kupang suara kegembiraan bergema, dari Jakarta justru muncul keheningan yang mencurigakan. Usman Husein, sang anggota DPR yang disebut-sebut mencoba menggagalkan proyek, memilih diam.

Dihubungi wartawan SelatanIndonesia.com pada 20 Juli 2025, ia hanya menjawab singkat via WhatsApp: “Malam Kaka, Biar Kaka.” Ketika ditanya kembali maksudnya, ia menimpali: “Tidak usah Kaka.”

Sikap bungkam itu membuat ruang publik mendidih. “Rakyat harus mencermati siapa yang betul-betul memperjuangkan mereka. Dan siapa yang diam ketika harapan besar hampir hilang,” ujar Soudi.

Dari Kalabahi, Vera Asadoma dan Lidya Siawan Winaryo Gelorakan Semangat PKK Desa

Narasi ini bukan hanya soal siapa yang bicara atau diam. Ini tentang kepercayaan. Tentang mandat rakyat yang disalahgunakan atau setidaknya tidak dimanfaatkan  saat dibutuhkan.

Jalan Terjal Kedaulatan Garam

Rote Ndao bukan pemain baru dalam industri garam. Tanahnya yang asin dan sinar matahari sepanjang tahun membuatnya menjadi lokasi ideal untuk garam industri berkualitas tinggi. Dalam peta KKP, Rote telah ditetapkan sebagai titik kunci dalam swasembada garam nasional 2027.

Jika program ini berhasil, Rote Ndao tak hanya menjadi pusat produksi. Tapi juga akan menjadi lokomotif pembangunan timur Indonesia. Dari meningkatnya PAD, berkurangnya pengangguran, hingga target ambisius menurunkan angka stunting semua ditumpukan pada keberhasilan K-SIGN.

Namun semua itu nyaris pupus karena satu manuver politik. Sebuah intervensi personal yang hampir merobek mimpi kolektif.

Menjaga Garam Tetap di Tanah Sendiri

Kini bola kembali ke masyarakat. Mereka telah melihat siapa yang berjuang dan siapa yang membisu. Garam memang tetap berpijak di tanah selatan Nusantara. Tapi sejarah mencatat, ia hampir tergelincir karena tangan sendiri.

“Dengan doa, kerja keras, dan kewaspadaan, kita akan kawal proyek ini sampai sukses,” kata Bupati Paulus dalam forum di Kupang.

Dan mungkin, seperti yang dikatakan Soudi, proyek garam ini kelak akan dikenang bukan hanya sebagai program industri. Tapi sebagai simbol perlawanan sebuah daerah kecil terhadap arogansi kekuasaan yang abai pada rakyatnya sendiri.*/Laurens Leba Tukan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement