GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Sumba Tengah
Beranda / Berita Hari Ini NTT / Sumba Tengah / Dari Ulayat ke Sertifikat: Langkah Paulus S. K Limu Menata Sumba Tengah

Dari Ulayat ke Sertifikat: Langkah Paulus S. K Limu Menata Sumba Tengah

Bupati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu ketika menerima kunjungan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Sumba Tengah, Abel Ada Mau di ruang kerjanya, Senin (11/8/2025). Foto: ProkopimSTeng

Mengurai Simpul Lahan Sumba Tengah: Dari tanah ulayat, RDTR, hingga program strategis, Bupati dan Kantor Pertanahan merangkai peta solusi.

WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Senin pagi itu (11/8/2025), cahaya matahari menyelinap melalui kisi-kisi jendela ruang kerja Bupati Sumba Tengah di Waibakul. Di balik meja kayu besar, Drs. Paulus S. K. Limu menyambut tamunya dengan senyum ramah. Abel Ada Mau, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Sumba Tengah, datang bukan sekadar bersilaturahmi, melainkan membawa setumpuk catatan yang akan menentukan arah pengelolaan lahan di kabupaten yang sebagian besar wilayahnya masih berpeluk dengan tanah ulayat.

Pertemuan itu menjadi arena diskusi strategis. Di meja yang sama, masalah demi masalah dibuka, mulai dari tumpang tindih klaim tanah adat hingga rencana besar Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) tahun 2026 yang menargetkan 30 desa. “Kita ingin semua tertata rapi. Tidak ada lagi sengketa yang memakan waktu dan energi,” ujar Abel.

Bupati Paulus menekankan satu prioritas: sertifikasi lahan sekolah, terutama di pelosok. Dari ratusan sekolah di Sumba Tengah, baru sekitar 30 persen yang memiliki sertifikat. “Pendidikan tidak boleh terhambat hanya karena status lahan. Ini harus menjadi perhatian,” tegasnya.

Topik mengalir ke Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) wilayah pantai utara dan selatan. Saat ini, sebagian besar kawasan itu masuk dalam Balai Taman Nasional Matalawa. Pemerintah daerah berencana mengalihkannya untuk pengembangan pariwisata. Tak sekadar membuka peluang investasi, Bupati juga menyiapkan Peraturan Daerah yang menetapkan tarif pajak tinggi bagi penguasaan lahan ilegal. “Ini bukan hanya soal efek jera, tapi menciptakan iklim investasi yang sehat,” katanya.

Empat Nyali, Satu Arah: Umbu, Amandio, Danny Ferdito, dan Kingstone Menggeliatkan Indonesia di Arena Drift Dunia

Agenda strategis lain pun ikut diurai: rencana pembangunan embung, batalyon di atas lahan Kementerian Hukum dan HAM RI, dan perluasan pengolahan lahan untuk ketahanan pangan nasional. Program Rumah Mandiri juga menjadi sorotan, karena sering terhambat status lahan. “Jangan sampai rumah sudah berdiri, dihuni, tapi lahannya masih dipersoalkan,” kata Bupati Paulus.

Abel mengangguk. Ia berjanji akan memperkuat koordinasi lintas sektor. “Kita selesaikan secara menyeluruh, supaya tidak muncul polemik di kemudian hari,” ujarnya.

Di luar gedung, langit Waibakul biru tanpa noda. Di tanah yang terbentang hingga horizon, tersimpan potensi sekaligus persoalan. Pertemuan pagi itu mungkin hanyalah satu bab dari perjalanan panjang menata tanah Sumba Tengah. Tapi dari meja kerja Bupati, setidaknya peta jalan menuju kepastian itu mulai tergambar garis demi garis, menuju tanah yang tak lagi diperdebatkan.*/ParokopimSTeng/Laurens Leba Tukan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement