WAINGAPU,SELATANINDONESIA.COM – Angin sabana menyapu perbukitan Tanarara, Minggu (14/9/2025). Di tikungan jalan berbatas tebing curam, Bupati Sumba Timur Umbu Lili Pekuwali mengibaskan bendera start. Dari sampingnya, Gubernur Nusa Tenggara Timur Emanuel Melkiades Laka Lena berdiri menyaksikan puluhan raiders melesat menembus jalur 105,3 kilometer menuju Waingapu.
Etape keempat Tour de EnTeTe ini bukan etape biasa. Inilah panggung perdana Pulau Sumba setelah tiga etape sebelumnya berlangsung di Timor. Jalurnya menantang: sabana luas, bukit menghijau, tikungan tajam di tebing, hingga jalanan berkelok yang seolah menguji ketahanan fisik dan mental para pembalap.
“Etape ini spesial, bukan hanya untuk para raiders, tapi juga untuk memperlihatkan keindahan Sumba Timur ke mata dunia,” kata Gubernur Melki.
Selepas seremoni di Matawai Lapawu, rombongan tak langsung bubar. Mereka bergeser ke Desa Laindeha, Kecamatan Pandawai. Di sana, terbentang Bukit Sepeda, karya kolektif anak-anak muda desa. Dari tangan mereka, lahan biasa menjelma ruang wisata dan kreasi komunitas.
“Saya bangga melihat semangat gotong royong ini. Anak-anak muda Sumba punya energi besar untuk memajukan daerah. Pemerintah akan selalu hadir memberi ruang dan dorongan,” ujar Gubernur Melki.
Umbu Lili pun mengamini. Menurutnya, Bukit Sepeda menjadi bukti bahwa kreativitas bisa tumbuh dari desa. “Kami di pemerintah kabupaten akan terus mendukung gerakan-gerakan positif anak muda, apalagi yang memberi dampak bagi pariwisata lokal,” katanya.
Hari itu, Sumba Timur tampil dengan wajah ganda: tebing Tanarara yang keras sekaligus memesona, dan Bukit Sepeda yang lahir dari imajinasi generasi mudanya. Dari jalur balap internasional hingga bukit sederhana di desa, Sumba sedang menulis kisah baru: tentang daya tahan, keindahan, dan kreativitas.
Di antara riuh sorak penonton dan deru roda sepeda, tersimpan harapan lebih jauh: sport tourism bukan sekadar tontonan, melainkan pintu yang membuka jalan bagi ekonomi desa. Dari warung kecil di pinggir jalur balap hingga homestay sederhana di Laindeha, denyut pariwisata mulai mengalir. Seperti kayuhan para raiders di tanjakan Tanarara, semangat pemuda desa menanjak bersama menyusuri jalan panjang menuju kebangkitan ekonomi dari akar rumput.*/ProtokolST/Laurens Leba Tukan
Komentar