Drama di Etape Pertama Tour de EnTeTe: dari Jatuh, Diskualifikasi, hingga Penobatan Ulang
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Suasana di garis finis etape pertama Tour de EnTeTe 2025 di Kefamenanu, Rabu siang (10/9/2025), mendadak riuh penuh ketegangan. Axel Habert, pembalap asal Prancis yang membela Paris Cycling Team, sempat dinyatakan kalah dan didiskualifikasi usai terjatuh di jalur turunan tajam. Namun, protesnya mengubah segalanya. Setelah tim juri memutar ulang rekaman dan mengukur selisih roda depan di garis finis, Axel dikukuhkan sebagai juara sejati dengan catatan waktu 4 jam 16 menit 56 detik, hanya seujung rambut lebih cepat dari lawannya, Matej Drinovec dari tim Nex Velofit, Australia.
“Memang tipis sekali, tetapi itu balapan. Posisi roda depan menentukan,” ujar Ketua Juri, Budi, usai mengumumkan hasil akhir. Drama itu sekaligus menegaskan betapa kerasnya persaingan pada ajang internasional ini.
Sempat menerima trofi di atas panggung sebagai pemenang, Matej justru tampil sportif. “Perasaan saya sejak awal bukan saya yang juara. Saya senang keputusan akhirnya benar,” katanya, disambut tepuk tangan penonton.
Dengan hasil ini, Axel berhak mengenakan Yellow Jersey untuk klasemen umum sekaligus Green Jersey sebagai raja sprint. Sementara Polkadot Jersey atau Raja Tanjakan direbut Muhamad Herlangga dari tim Nusantara BYC. Untuk kategori pembalap muda, White Jersey jatuh ke tangan Muhammad Raihan Maulidan dari Pontianak Wijaya Racing.
Jalan Panas Menuju Kemenangan
Etape pertama ini menempuh rute 200 kilometer dari Kupang menuju Kefamenanu, melewati tanjakan Camplong, tikungan tajam di Takari, hingga jalan bergelombang di Soe. Di banyak titik, ribuan pelajar dan warga membentuk pagar betis, bersorak sambil melambaikan bendera merah putih.
Axel mengaku rute itu berat namun indah. “Saya sempat jatuh di turunan, mungkin karena masih lelah dari perjalanan panjang dari Prancis. Untung saya tidak cedera,” ujarnya melalui penerjemah. Meski tubuhnya belum pulih penuh, determinasi membawanya melesat ke garis finis. “Ini kehormatan besar bagi saya. Saya ingin terus berjuang sampai Labuan Bajo.”
Proficiat dari Gubernur
Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, yang melepas bendera start di halaman Gedung Sasando pagi itu, menyambut kemenangan dramatis Axel sebagai bagian dari sejarah baru olahraga di provinsinya.
“Selamat kepada para juara etape pertama. Semoga ini menjadi pemacu semangat pembalap lain dan menghadirkan tontonan berkelas bagi masyarakat NTT,” kata Gubernur Melki.
Ia juga berterima kasih kepada Kemenpora, Kementerian PUPR, dan seluruh aparat keamanan serta masyarakat yang ikut menjaga jalannya lomba. “Tour de EnTeTe adalah pesta kita semua. Mari kita jaga agar tetap aman, meriah, dan memberi kesan indah bagi tamu dari 14 negara,” tambahnya.
Kota Sari yang Ramah
Sesampainya di Kefamenanu, para pembalap disambut dengan upacara adat natoni, iringan gong dan tarian, serta kehangatan masyarakat Timor Tengah Utara. Wakil Bupati TTU, Kamilus Elu, menyebut ajang ini sebagai etalase wajah daerahnya. “Kami ingin para pembalap pulang membawa cerita indah tentang TTU, dan kembali suatu hari nanti sebagai wisatawan,” ujarnya.
Bagi Axel, kenangan pertama di tanah Timor sudah begitu melekat. “Lintasan memang keras, tapi sorakan masyarakat membuat saya kuat. Rasanya seperti bersepeda di tengah pesta rakyat,” katanya.
Hari ini, tantangan akan berlanjut di etape kedua dari Kefamenanu menuju Atambua, melewati Wini, jalur ekstrem dengan tikungan tajam dan turunan curam. Di sanalah, Tour de EnTeTe akan kembali menguji stamina, nyali, dan mungkin keberuntungan para pedalist dunia.*/Gem/Meldo/Baldus/Laurens Leba Tukan
Komentar