Renungan Malam Natal, Hari Ini Telah Lahir Bagimu Juruselamat

1328
Kandang Natal

Bapak, ibu, saudara, saudari yang terkasih,

Tidak terasa Perayaan Natal telah tiba, walau kita masih terus berjuang berhadapan dengan Pandemi Covid-19. Sementara itu juga sesama yang lain masih didera rasa ketakutan dan kecemasan oleh karena erupsi gunung berapi yang belum juga berhenti. Situasi seperti inilah akhirnya menjadi alasan untuk kita merayakan Malam Natal dalam kesahajaan. Ada paroki yang merayakan Natal dengan menyanyikan koor yang begitu meriah, sedangkan yang lain merayakannya tanpa koor. Sungguh, natal tahun ini terasa lain daripada yang lain.

Ketika kita merayakan malam natal, saya mengajak kita sekalian untuk ingat bacaan injil pada Minggu Adven ketiga. Penginjil Yohanes menulis demikian:” Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes;  ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian   tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya.Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. (Yoh.1:6-8)” Seorang yang diutus itu adalah Yohanes Pembaptis, Bentara Allah, yang menyiapkan jalan bagi Tuhan.

Tentang Yohanes Pembaptis, Origenes, guru teologi abad III, telah mengungkapkan suatu misteri besar: bahwa kapan pun Yesus datang, Dia didahului kedatangan-Nya oleh Yohanes Pembaptis. Maka sudah sejak dalam rahim ibunya, Yohanes melonjak untuk mewartakan kehadiran Tuhan. Di padang gurun dan sungai Yordan, Yohanes berkhotbah mewartakan DIA yang akan datang sesudah dia.

DIA yang disiapkan jalan-Nya oleh Yohanes Pembaptis, malam ini kita rayakan kelahiran-Nya. Kelahiran-Nya sungguh membawa sukacita mendalam oleh bangsa manusia, sebagaimana yang dilukiskan oleh nabi Yesaya:” Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar;   mereka telah bersukacita di hadapan-Mu.” Seorang anak telah lahir itulah sebagai alasan untuk bersukacita. Seorang putera telah diberikan  untuk kita yang menimbulkan sukacita besar; Anak yang telah lahir itu adalah lambang pemerintahan  ada di atas bahunya,  dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib,  Allah yang Perkasa,   Bapa  yang Kekal,  Raja Damai. 

Seorang Anak yang telah lahir dan disebut Penasihat Ajaib,  Allah yang Perkasa,   Bapa  yang Kekal,  Raja Damai, telah hadir dalam Sosok Mungil yang lahir di palungan hina, sebagaimana Warta Bahagia yang dibawa malaekat kepada para gembala, “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat,  yaitu Kristus,  Tuhan , di kota Daud.  Dan inilah tandanya   bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan. Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.”

Jadi, Penasihat Ajaib,  Allah yang Perkasa,   Bapa  yang Kekal,  Raja Damai itu tidak lain adalah Kristus, Juruselamat. Kedatangan-Nya ke bumi, melalui rahim Maria, perempuan desa, dan dibaringkan dalam palungan hina berbalutkan sehelai kain lampin, yang warta kelahiran-Nya justru terlebih dahulu disampaikan kepada gembala, bukanlah tanpa pesan. Pesan kuat yang dibawa oleh Kristus, Allah yang Perkasa adalah model kepedulian. Wujud keberpihakan Tuhan Yang Maha Tinggi rela mengambil rupa sebagai manusia kemudian peduli terhadap mereka yang terpinggirkan, yang hina dan malang, yang papa dan miskin, yang menderita dan tidak diperhitungkan, yang diwakilkan oleh Maria dan para gembala. Jadi Bayi Natal adalah tanda rasa setiakawan, bentuk solidaritas Tuhan kepada orang-orang hina, miskin dan papa, orang-orang yang terpinggirkan dan dianggap sebagai sampah masyarakat, orang-orang yang tidak direken dalam pergaulan dan strata sosial.

Ini semua dilakukan hanya karena kekuatan kasih Allah sebagaimana surat Paulus kepada Titus,” Saudaraku terkasih, sudah nyatalah kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia.” (Tit 2:11). Pada zaman dahulu Tuhan berbicara melalui para nabi namun pada saat ini Tuhan berbicara melalui Yesus Kristus Putera-Nya. Dialah yang menunjukkan secara nyata kasih karunia Allah yang dapat menyelamatkan manusia. Kasih karunia atau rahmat adalah anugerah gratis dari Tuhan.

Bapa, ibu, saudara, saudari yng terkasih,

Bila Bayi Yesus adalah wujud solidaritas dan keberpihakan Allah kepada orang-orang “kecil,” miskin, hina, papa dan sederhana, maka sadarlah kita bahwa orang-orang miskin dalam pemberitaan seluruh injil, teristimewa injil Lukas, memiliki tempat sentral dalam Kabar Gembira itu. Tentang hal ini, Paus Fransiskus dalam Surat Apostoliknya yang berjudul Miseridordia et Misera mengatakan:” Orang miskin adalah inti dari injil. Jangan lupa, orang miskin berada di Pusat Injil. Injil tidak dapat dipahami tanpa orang miskin. Orang miskin menjamin kita mendapat anugerah kehidupan kekal. Mereka membantu kita untuk menjadi kaya dalam cinta. Kemiskinan yang terburuk yang harus diberantas adalah kemiskinan cinta.”

Pernyataan Paus Fransiskus mustinya menggugat kepedulian kita untuk menaruh keberpihakan kepada orang-orang miskin, karena mereka adalah jembatan menuju surga.

Karena itu maka Natal Yesus sebagai bentuk kepedulian kepada orang-orag miskin dan hina harus menggerakan juga keberpihakan kita kepada orang-orang miskin yang ada di sekitar kita. Pertanyaannya adalah, siapakah orang-orang “miskin” yang berada di sekitar kita? Mereka itu adalah korban letusan gunung berapi, yang terpaksa harus menjadi pengungsi, mereka adalah penderita corona virus. Selain itu, orang-orang miskin di sekitar kita adalah orang yang miskin spiritualitasnya, yang sering masa bodoh, malastahu terhadap hari Minggu. Dia baru ke gereja kalau ada Natal dan Paskah, alias katolik “napas”.

Ada juga di antara kita adalah orang yang miskin cintanya pada sesama. Dia hanya ingat diri. Dia lebih mengutamakan kepentingan keluarga sendiri, daripada penderitaan sesamanya. Orang miskin di sekitar kita adalah termasuk juga orang kaya harta dan materi tapi miskin keberpihakannya kepada orang-orang yang melarat dan menderita. Dengan demikian maka pilihan kita untuk mendahulukan orang-orang miskin dan yang terlantar, orang-orang yang dikucilkan dan yang malang, sejatinya adalah wujud pengakuan kita bahwa Kita Semua adalah Saudara dalam Kristus.

Bila keberpihakan dan pilihan untuk mendahulukan orang-orang miskin sudah kita lakukan maka makna pernyataan malaekat Tuhan Hari ini telah lahir Bagimu seorang Juruselamat, telah terwujud dalam hatimu.

Bila ini sudah terwujud maka bolehlah kita bersukacita bersama para malaekat di surga dengan ikut memadakan suara:” Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera   di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” **)Germanus Attawuwur

Center Align Buttons in Bootstrap