TAMBOLAKA,SELATANINDONESIA.COM – Malam Festival Budaya dalam rangkaian Tour de EnTeTe di Lapangan Galatama, Kabupaten Sumba Barat Daya, Senin (15/9/2025) berubah khidmat ketika Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena, mengajak masyarakat mendoakan para korban banjir bandang Nagekeo dan mengulurkan tangan lewat donasi.
Doa dipanjatkan untuk para korban bencana Nagekeo. Kotak donasi diedarkan dari barisan depan hingga belakang lapangan. Tidak sedikit warga memasukkan lembaran uang kertas, bahkan hasil jualan kecil mereka malam itu.
“Inilah wajah sejati NTT, solidaritas yang hidup dan tidak pernah pudar. Kita boleh ada di sini, tetapi hati kita tetap bersama saudara-saudara kita di Nagekeo. Inilah kekuatan NTT, semangat gotong royong dan solidaritas yang menyatukan kita,” ujar Gubernur Melki.
Suasana hening sejenak, sebelum kembali pecah oleh penampilan spesial grup musik Silet Open Up. Sorak penonton menggema, mengiringi alunan lagu yang memadukan pop modern dengan nuansa etnik. Teriakan dan tepuk tangan penonton menjadi tanda semangat kebersamaan warga dalam merayakan momentum yang tak hanya untuk hiburan, tapi juga kepedulian sosial.
Gubernur Melki menegaskan bahwa Tour de EnTeTe telah menjadi magnet baru pariwisata NTT. “Balap sepeda ini disambut luar biasa oleh masyarakat. Di sepanjang lintasan, orang berjubel di kiri kanan jalan untuk menyaksikan langsung para pembalap internasional. Tahun depan, Tour de EnTeTe akan menjadi agenda tahunan NTT,” katanya.
Tak berhenti di situ, Gubernur Melki juga memastikan pemerintah provinsi tengah menyiapkan agenda olahraga internasional lain mulai dari lomba lari hingga kompetisi memancing sebagai bagian dari strategi memperluas promosi wisata daerah ke dunia.
“Kalau untuk balap sepeda, kita sudah menemukan polanya. Tinggal diperbaiki persiapan agar lebih baik lagi. Tahun ini hanya disiapkan dua setengah bulan, tapi hasilnya masyarakat sudah sangat menikmati,” tambahnya.
Gubernur Melki pun menyampaikan terima kasih kepada para bupati, panitia provinsi, penyelenggara, serta masyarakat dari Timor hingga Sumba dan dilanjutkan di Flores yang telah bekerja keras menyukseskan acara perdana ini. Ia berharap dukungan pemerintah kabupaten/kota terus ditingkatkan, terutama perbaikan infrastruktur jalan agar ajang berikutnya semakin aman dan nyaman.
Untuk diketahui, pada awal September 2025, hujan deras mengguyur wilayah Flores bagian tengah. Sungai-sungai yang berhulu di lereng Gunung Ebulobo meluap. Air bercampur lumpur dan batu menghantam permukiman di Kabupaten Nagekeo. Sedikitnya puluhan rumah hanyut, ratusan keluarga harus mengungsi, dan sejumlah korban jiwa tercatat. Lahan pertanian rusak, jalan nasional sempat terputus, dan listrik padam berhari-hari.
Bagi masyarakat Nagekeo, banjir itu bukan yang pertama. Namun, kali ini dampaknya jauh lebih besar. Banyak warga kehilangan mata pencaharian. Anak-anak sekolah harus belajar di tenda darurat, sementara warga lain bertahan dengan persediaan makanan seadanya.
Malam festival pun ditutup dengan cahaya lampu yang menari di langit Tambolaka. Di antara doa, tawa, dan denting musik, terselip harapan besar: NTT bukan hanya panggung budaya dan sport tourism, tetapi juga rumah bagi semangat kebersamaan yang terus menyala.*/Igo/Laurens Leba Tukan
Komentar