WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Derap langkah sepatu hitam berkilat terdengar serempak, memecah keheningan Aula Alfa Omega Waibakul, Kabupaten Sumba Tengah, Jumat (15/8/2025). Lampu sorot menelusuri deretan seragam putih yang berdiri tegak, dada membusung, mata menatap lurus ke depan. Di hadapan mereka, Wakil Bupati Sumba Tengah, Marthinus Umbu Djoka, berdiri dengan pandangan mantap, siap mengukuhkan putra-putri terbaik daerah ini sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) tahun 2025.
Di tengah aroma kayu tua dan kain bendera yang terlipat rapi, suasana ruangan berubah hening ketika prosesi dimulai. Satu per satu nama dipanggil, langkah kaki bergema di lantai aula, dan 70 anak muda itu menerima sumpah pengabdian untuk tugas yang hanya dipercayakan kepada mereka sekali seumur hidup: mengibarkan Merah Putih di puncak peringatan HUT ke-80 RI.
Bagi Umbu Djoka, momen ini bukan sekadar tradisi tahunan. Ia menatap para anggota Paskibraka seperti melihat masa depan Sumba Tengah, generasi yang akan memikul beban sejarah dan menjaga persatuan di tanah kelahiran. “Merah Putih yang kalian kibarkan adalah harga diri bangsa. Laksanakan tugas dengan kehormatan,” ujarnya, suaranya bergaung di antara dinding aula, menyapu wajah-wajah muda yang tak berkedip.
Hadir dalam upacara itu jajaran pimpinan DPRD, Sekretaris Daerah, Danramil, Kapolsek, tokoh agama, pelatih, dan orang tua anggota Paskibraka. Mereka menjadi saksi lahirnya simbol kebanggaan daerah, sekaligus momentum politik kebangsaan di level lokal.
Pada 17 Agustus nanti, di bawah langit Waibakul, 70 anggota ini akan memegang tali bendera dan menariknya hingga berkibar di puncak tiang, sebuah momen yang akan mengikat nama mereka dalam sejarah Sumba Tengah. Dan seperti yang diyakini Umbu Djoka, detik itu nanti bukan hanya perayaan kemerdekaan, tapi juga janji diam-diam dari generasi muda untuk menjaga merahnya darah dan putihnya tulang bangsa.
Kelak, ketika pagi 17 Agustus menjelang dan matahari perlahan naik dari ufuk timur Sumba, langkah kaki mereka akan kembali berpadu di tengah lapangan. Di ujung tali, Merah Putih akan bergerak naik, merebut angin, lalu berkibar gagah di langit Waibakul. Saat itu, tak hanya bendera yang terangkat, tetapi juga harapan sebuah daerah, doa para orang tua, dan janji sunyi 70 jiwa muda bahwa cinta kepada tanah air akan selalu mereka jaga. Dalam kibaran itu, Sumba Tengah akan melihat dirinya sendiri: tegak, setia, dan tak pernah lelah mencintai Indonesia.*/ProkopimSTeng/Laurens Leba Tukan
Komentar