WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Di aula utama Sekretariat Daerah Sumba Tengah, Jumat pagi (1/8/2025), Bupati Drs. Paulus S. K. Limu tampak serius didampingi Wakil Bupati Martinus umbu Djoka. Tak ada basa-basi dalam arahannya. “Kalau kita sungguh cinta anak-anak kita, mari buktikan dengan aksi nyata. Lawan stunting bukan sekadar program, tapi bela rasa,” ujarnya lantang, disambut anggukan puluhan kepala perangkat daerah, kepala puskesmas, ahli gizi, dan kader posyandu yang hadir dalam rapat evaluasi.
Bupati Paulus tidak sedang bicara angka semata. Ia bicara masa depan. Dalam evaluasi program gizi balita itu, ia kembali menegaskan pentingnya keberlanjutan aksi kemanusiaan untuk mengatasi gizi buruk dan stunting yang masih menghantui ribuan anak Sumba Tengah. Sebanyak 4.415 balita terdata dalam sistem gizi daerah, dan mayoritas terkoneksi dengan kelompok keluarga miskin pada desil 1 dan 2.
“Aksi bela rasa ini bukan boleh, tapi wajib dilanjutkan. Kita sedang menyiapkan generasi menuju Indonesia Emas 2045,” katanya serius.
Ia mengusulkan penciptaan desa role model, yang bisa jadi contoh nasional soal penyusunan menu makan Beragam, Bergizi, dan Berimbang (BBB). Menu yang bukan saja menyehatkan, tapi juga terjangkau dan berbasis potensi lokal.
Tidak hanya itu, Bupati meminta adanya alokasi anggaran khusus untuk bayi 2T (berat badan turun dan tetap) serta underweight. Ia menekankan pentingnya intervensi menyeluruh, termasuk memastikan kondisi rumah dan sumber penghidupan keluarga balita tidak menjadi penghambat perbaikan gizi.
“Kalau tak ada lahan atau penghasilan, kita harus turun tangan. Jangan biarkan anak-anak gagal tumbuh hanya karena sistem gagal peduli,” tegasnya.
Wakil Bupati, Sekretaris Daerah, para staf ahli, asisten, serta pimpinan OPD mencatat serius arahannya. Evaluasi pagi itu lebih mirip panggilan moral ketimbang rapat biasa. Sebuah ajakan untuk menjadikan kerja menurunkan stunting sebagai gerakan kolektif yang berdampak langsung ke dapur dan piring makan balita di seluruh pelosok Sumba Tengah.*/ProkopimSTeng/Laurens Leba Tukan



Komentar