ADONARA,SELATANINDONESIA.COM – Langit Apebuan mendung sejak pagi, tapi tensi di Stadion Apebuan justru memanas sejak sehari sebelumnya. Senin sore ini, pukul 15.45 WITA, dua kekuatan besar di Grup B Apebuan Cup 2025, Sipo dan Muhammadiya akan saling jegal dalam laga yang lebih dari sekadar soal tiga poin. Di pinggir lapangan, tim Arsenal Terong hanya bisa menggantungkan nasibnya pada hasil duel panas ini.
Di atas kertas, Sipo sudah lolos ke babak 32 besar bersama Ikan Tongkol. Tapi apakah itu cukup untuk meredam semangat tempur Laskar Mirek yang telah memboyong 14 pemain baru musim ini? Pelatih Sipo, Rudallo, menegaskan bahwa anak asuhnya tetap akan bermain ngotot. “Sepak bola bukan tentang statistik, selalu ada kejutan di setiap menit dan detiknya,” ujar pelatih yang disebut-sebut telah memetakan ulang DNA permainan Sipo sejak awal tahun ini.
Di sisi lain, Muhammadiya datang dengan skuat bintang, sebuah kolektif talenta jebolan SKO Flobamorata Kupang yang kini menyatu dalam formasi Bung Idris. Nama-nama seperti Pican Wuwur, Asten Wetu, Adepa, hingga Cesar Making yang pernah membela Sipo membuat pertandingan ini beraroma sentimental.
Kekalahan akan menyingkirkan Muhammadiya secara prematur. Sementara hasil imbang membuka celah sempit bagi Arsenal Terong, yang dua kali kalah dan kini menghuni dasar klasemen. Skenarionya: jika Sipo tak kalah, maka Arsenal punya kesempatan terakhir menang atas Muhammadiya di laga pamungkas.
Ironis, nasib Meriam Terong kini di tangan rival yang telah dua kali memukul mereka: Sipo dan Ikan Tongkol. Di tribun, Ultras The Gunners pendukung fanatik Arsenal Terong mendadak jadi simpatisan dadakan Sipo, mengirim doa dari tribun dan kolom komentar media sosial. Mereka berharap Laskar Mirek tetap bermain dengan api dan menyingkirkan Muhammadiya dari jalur.
Di pinggir lapangan, perang urat saraf sudah dimulai. Muhammadiya percaya dengan chemistry alami skuad mereka. “Sebagian besar pemain kami tidak butuh waktu untuk menyatu. Kami sudah tumbuh bersama sejak SKO,” kata Bung Idris.
Namun sepak bola bukan sains pasti. Seperti cuaca di atas Stadion Apebuan: mendung bisa berubah jadi badai kapan saja.
Pertandingan ini bukan hanya soal gengsi atau kelolosan. Ia menjadi panggung adu strategi antara Rudallo dan Bung Idris, dua juru taktik dengan pendekatan berbeda. Juga, ajang pembuktian bahwa di turnamen lokal seperti Apebuan Cup, semangat dan kebanggaan bisa mengubah peta klasemen, bahkan nasib sebuah klub.
Sore ini, mata Nusa Tenggara Timur tertuju ke Apebuan. Dan pertanyaan utamanya: apakah Meriam Terong akan meledak kembali atau terkubur di dasar klasemen selamanya?*AFN/Ipul/Laurens Leba Tukan
Komentar