Membangun Relasi yang Baik dalam Keluarga

503
Anjelina Blandina Malo

Oleh: Anjelina Blandina Malo

Keluarga adalah sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran adopsi dan lain sebagainya.

Menurut Siti Partini keluarga adalah sekelompok manusia yang terdiri atas suami, istri, anak-anak yang terikat atau didahului dengan perkawinan. Menurut St. Vembriarto keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawianan atau adopsi. Sedangkan menurut fan lay Tjhian menulis bahwa keluarga adalah kesatuan sosial yang meliputi dua orang dewasa yang berlawan jenis serta ada anak-anak mereka.

Dari beberapa pengertian keluarga menurut para ahli diatas, maka dapat saya kemukakan bahwa pengertian keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atau dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian atau tanpa anak-anak. Dalam keluarga akan membangun yang namanya relasi yang baik dalam rumah tangga.

Dalam konteks kristiani keluarga dapat diartikan sebagai persekutuan antar pribadi yang intens, antar pasangan, antar orang tua dan antar generasi, karena itu keluarga merupakan suatu komunitas yang harus dijaga kelangsungan hidupnya. Paus Yohanes Paulus 11 mengatakan bahwa keluarga merupakan yang paling pertama dan paling penting diantara banyak kehidupan. Keluarga merupakan jalan biasa bagi semua orang, suatu jalan yang khusus dan unik dan dirinya dalam setiap individu dilahirkan.

Secara sosiologis maupun psikologis suatu keluarga bagaimanapun bentuk dan jenisnya secara implisit mengandung arti ikatan. Kelahiran suatu keluarga, biasanya diawali perjumpaan antara seorang pria dan wanita yang dilanjutkan dengan proses pacaran, tunangan kemudian menikah dan membentuk satu keluarga.

Permasalahan dalam keluarga. Permasalahan dalam keluarga sangatlah beragam. Setiap keluarga pasti pernah mengalami saat-saat krisis yang menyebabkan munculnya permasalahan dalam keluarga. Permasalahan-permasalahan yang sering terjadi dalam keluarga yaitu ketidakmampuan orang tua dalam menyikapi permasalahan yang berakibat dan memunculkan masalah dalam diri anak.

Weakeland yang dikutip dari Hasnida telah membuat hipotesis bahwa anak yang mengalami gangguan perilaku berat adalah hasil ketidak rukunan atau tidak membangunkan relasi yang baik dalam rumah tangga atau dalam keluarga. Ketidak rukunan ini dapat berupa bentuk pertentangan, permusuhan dan ketidak harmonisan orang tua dalam keluarga. Contohnya orang tua sering bertengkar karena hal-hal yang sepele sampai mereka bermusuhan. Melihat kejadian tersebut anak akan belajar dinamika keluarga secara terus menerus sehingga menimbulkan perilaku negatif dalam dirinya sendiri. Perilaku orang tua yang sering bertengkar atau bermusuhan anak akan tetap merekam dan ia akan mengikuti perilaku orang tuanya sampai ia dewasa.

Hubungan atau relasi antar anggota keluarga yang tidak akrab. Hubungan yang kurang akrab dalam keluarga itu disebabkan oleh keluarga yang memiliki kesibukan masing-masing diluar sehingga jarang meluangkan waktu untuk bersama dan mengakibatkan tidak ada relasi yang baik dan tidak akan ada kerukunan dalam keluarga karena sudah didahului dengan kesibukan masing-masing sampai tidak ada waktu untuk bersama. Selain itu tidak ada saling percaya,dan menghormati, jarang berbagi masalah. Saling percaya dan saling menghormati itu sangat penting dalam keluarga tetapi dalam lingkup keluarga sering terjadi tidak saling percaya dan tidak saling menghormati antara suami dan istri dan antara orang tua dan anak. Permasalahan tersebut dapat mengakibatkan keluarga tidak memperoleh kebahagiaan dalam rumah tangga.

Kurangnya komitmen dalam keluarga. Komitmen merupakan sebuah janji untuk membentuk keluarga bahagia. Dalam hal ini masing-masing anggota keluarga tidak memiliki komitmen yang kuat untuk membentuk keluarga yang saling mendukung dan harmonis. Keluarga yang tidak memiliki komitmen akan mengalami kesulitan untuk membangun kebersamaan dan menangani masalah yang muncul dan hal inilah yang seringkali muncul menyulitkan konselor dalam menjalani proses konseling.

Kurangnya kestabilan lingkungan. Menurut kurt Lewin masalah dalam keluarga dapat terjadi karena adanya dinding pemisah antar anggota keluarga yang berupa perasaan saling enggan,saling gengsi. Munculnya saling enggan dan saling gengsi dalam dalam keluarga itu dapat mengakibatkan ketidak harmonisan dan tidak rukun antar sesama. Ketika perilaku tersebut tidak dihindari maka keluarga akan tetap begitu-begitu saja atau tidak ada kemajuan kedepannya.

Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga keluarga dapat diselesaikan dengan cara menciptakan rasa perdamaian kasih sayang dalam keluarga, tidak boleh mementingkan diri sendiri antar keluarga,  lebih saling percaya, mempunyai komitmen yang kuat, dan tetap jaga keharmonisan dalam keluarga. Sehingga, rumah tangga keluarga dapat membangun relasi yang lebih baik dan kuat.

Jika permasalahan- permasalahan tersebut tidak bisa diselesaikan oleh keluarga maka keluarga meminta bantuan kepada konselor untuk menyelesaikan masalah tersebut. Peran konselor dalam konseling keluarga adalah membantu anggota keluarga memperoleh pemahaman dan pemecahan konflik serta mengonstruksi hubungan yang terdapat dalam keluarga dan mendukung  pertumbuhan setiap individu dalam keluarga. Dalam melaksanakan konseling seorang konselor memberikan teori-teori baik dari dalam diri konselor maupun dari ayat-ayat kitab suci untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga konseli. Konselor memberikan nasehat atau motivasi kepada keluarga dengan sabar, rendah hati dan tidak marah-marah sehingga permasalahan tersebut bisa kelar dan relasi antar keluarga makin baik,erat dan rukun.*/)Mahasiswa Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik, Universitas Katolik Weetabula

 

Center Align Buttons in Bootstrap