SOLOR,SELATANINDONESIA.COM – Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) di Desa Watohari, Kecamatan Solor Timur, Kabupaten Flores Timur dialokasikan sebanyak 15 unit. Namun, berkat semangat swadaya yang tinggi para warga Watohari, rumah yang berhasil dibangun mencapai 22 Unit. Tambahan pembangunan rumah layak huni itu tetap berpatokan pada type rumah serta mempertahankan kualitas bangunan.
Tepat jam sembilan pagi ini (Sabtu, 29/10/22), mobil dinas Camat Solor Timur yang membawa Penjabat Bupati Flores Timur, Drs. Doris Alexander Rihi, M.Si dan Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPKPP) Kabupaten Flores Timur, Eduard Johanes Fernandez, S.Sos. M.Si bersama rombongan sudah memasuki desa Watohari. Sebuah desa pesisir pantai di kecamatan Solor Timur yang tenang dan hening.
Hujan yang nampak baru turun membuat suasana pagi di desa ini menjadi lebih adem. Di gerbang penyambutan yang sederhana, belum banyak warga yang berkumpul. Hanya anak-anak SD yang berjajar di pinggir jalan yang dihiasi janur di sepanjang jalan. Mereka bersiap menyambut rombongan Penjabat Bupati Flotim Doris Alexander Rihi. Melihat rombongan Penjabat Bupati sudah tiba di desa mereka, warga mulai sibuk berkumpul.
Tetuah-tetuah kampung lalu berdatangan menuju gerbang penjemputan. Kepala desa pun sibuk memanggil warganya untuk berkumpul. “Di rundown, pak penjabat datang jam sepuluh,” sebut seorang warga sembari berjalan cepat menuju gerbang penjemputan. Rupanya, rombongan Penjabat Bupati datang terlalu cepat.
Setelah acara penyambutan secara sederhana, rombongan lalu berjalan kaki menuju Balai Rakyat, sebuah gedung yang cukup besar yang baru saja selesai dibangun. Penjabat Bupati kemudian secara simbolis membuka pintu gedung dan masuk ke dalamnya, diikuti rombongan dan warga desa lainnya.
Di dalam ruangan, acara Peresmian Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) dan Balai Rakyat Desa Watohari, pun dimulai. Di depan Penjabat Bupati, Kepala Desa Watohari, Sadri Kamarudin S.Kom, mengapresiasi kehadiran Penjabat Bupati yang telah bersedia hadir dan meresmikan BSPS dan juga Balai Rakyat Desa Watohari.
Dijelaskannya bahwa di desa ini, terdapat kuota 15 rumah yang mendapat bantuan, namun melalui kesepatan bersama, jumlahnya ditambah menjadi 22 rumah. ”Puji Tuhan bahwa dari 22 unit itu, semua memenuhi standar, kalo tipe 36 rata-rata swadaya. Ini juga menjadi kebangaan kami masyarakat Watohari bahwa ketika pemerintah memberikan stimulan, masyarakat juga menyambut baik, mendorong mensukseskan kegiatan di lingkup OPD maupun instansi terkait, sehingga ini menjadi suatu kebangaan besar buat kami masyarakat Watohari,” ungkap Kades Sadri.
Ruas jalan Watohari – Menanga dan jaringan internet pun menjadi catatan tersendiri bagi kepala desa kepada Penjabat Bupati untuk dapat diperhatikan.
Penjabat Bupati Flotim Doris Rihi, menyebut, kehadirannya di Watohari adalah sebuah kewajiban pemerintah daerah untuk melihat dan mendengar langsung kebutuhan masyarakat. Namun, ia menkankan bahwa semua kebutuhan masyarakat tidak dapat dipenuhi secara cepat dan segera, Paslanya, semua membutuhkan proses serta kenyataan bahwa dukungan dana yang dimiliki Pemda terbatas.
Di Solor sendiri, Doris Rihi menambahkan bahwa pembangunan jalan yang dilaksanakan adalah ruas jalan Ritaebang-Tanalein lewat Tanaole, selain bantuan dari propinsi sepanjang 19 kilometer, dengan demikian ruas jalan lain di Solor akan diperhatikan pada tahun-tahun mendatang.
Secara khusus, Doris Rihi pun memuji kinerja Kepala Desa, Tenaga Fasilator Lapangan serta warga desa Watohari yang telah memungkinkan program ini berjalan baik dan sempurna hingga mampu menambah jumlah rumah yang turut dibangun secara swadaya. “Ini merupakan partisipasi aktif, dan ini memberikan gambaran bahwa kita adalah keluarga besar, kalau ada yang bisa bersama yang lain, membantu yang lain, itu lebih bagus,” sebutnya sambil terus mengapresiasi hasil yang telah dicapai di desa Watohari ini.
Kesempatan tersebut Doris Rihi juga menjelaskan tentang rencana pembangunan RS Pratama Solor yang tidak dapat direalisasikan tahun ini. Ia menjelaskan, penundaan pembangunan rumah sakit ini semata-mata karena belum tersedianya semua data yang dibutuhkan oleh Pemerintah Pusat. Data tersebut semisal studi kelayakan yang harus juga melibatkan pihak Perguruan Tinggi dan membutuhkan waktu selama beberapa bulan. “Kemarin suratnya itu diundur ke 2024, bukan ditolak, oleh karena lampiran-lampiran yang dibutuhkan belum sepenuhnya disiapkan,” tegasnya.
Yovita Dahlia Letor, SE, Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) yang mendampingi masyarakat penerima BSPS di desa Watohari ini memberikan kredit point tersendiri bagi masyarakat Watohari karena tingkat swadaya masyarakat yang begitu tinggi. “Sesuai rencana, awalnya kita akan bangun 15 unit rumah stimulan, namun dalam perjalanan, sesuai dengan kesepakatan masyarakat, dana itu kemudian dimanfaatkan untuk membangun tujuh rumah tambahan lagi secara swakelola, sehingga totalnya menjadi 22 rumah,” sebutnya.
Yovita mengatakan, dengan tingkat partisipasi melalui swadaya yang begitu tinggi, akhirnya semua rumah dapat dibangun. Anggaran yang ada hanya dipakai untuk membeli bahan material dari toko, sementara bahan lainnya yang dapat diusahakan secara swadaya, diusahakan sendiri oleh masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan kualitas bangunan bahkan melebihi standar rumah Tipe 36 sesuai yang diisyaratkan. “Semua proses itu sudah disetujui, ditandatangi dan dipertanggungjawabkan ke pusat sehingga hari ini rumah bantuan ini dapat diresmikan,” jelasnya.
Awal Usman, seorang guru honorer pada MIS Kukuerang yang juga menjadi bagian dari penerima bantuan ini mengaku senang dan gembira atas bantuan ini. Menurut pria 32 tahun ini, pengerjaan rumah ini diselesaikan kurang lebih selama empat bulan. “Sebelumnya saya tinggal dengan orang tua, sehingga saya termasuk dalam syarat penerima bantuan ini. Saya berterima kasih kepada pemerintah dan pendamping yang telah membantu saya memiliki rumah sendiri,” jelas ayah dari satu anak ini.
Kepala DPKPP melalui Kepala Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman Philipus Atajawa Balun menjelaskan bahwa program ini dianggarkan karena melihat masih banyak warga masyarakat Flores Timur yang kurang mampu dengan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), yang berjumlah 29.000 rumah. Menurutnya, sejauh ini, rumah yang sudah ditangani sejumlah 1650 rumah, sehingga tersisa 27.350 rumah yang harus diperhatikan.
“Tujuan BSPS ini sendiri adalah membeikan rumah layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta untuk pengentasan kemiskinan. Program kegiatan ini dialokasikan pada APBD tahun 2022 dengan sumber dana DAK Bidang Perumahan,” sebutnya.
Program BSPS ini dilaksanakan di 4 desa, yakni Adabang (Kec. Titehena), Lamabayung (Kec. Ile Boleng), Lewatanaole (Kec. Solor Barat), dan Watohari (Kec. Solor Barat), masing-masing berjumlah 15 unit rumah. Adapun besaran BSPS per unitnya adalah Rp. 20.000.000,00 dari sumber dana DAK serta Rp. 15.000.000,00 dari sumber dana sharing APBD II sehingga total bantuan sejumlah Rp. 35.000.000,00 yang terdiri dari bahan bagnunan dan upah pekerja, dan dikerjakan secara swakelola oleh masyarakat. Untuk menjadi penerima BSPS ini, DPKPP melakukan seleksi untuk memastikan terpenuhinya kriteria penerima BSPS.
Setelah meresmikan BSPS dan Balai Rakyat yang ditandai dengan pemukulan gong, penyerahan kunci rumah secara simbolis dan penandatanganan prasasti, di tengah rintik hujan, Doris Rihi menapaki beberapa sudut desa Watohari untuk meninjau rumah yang dbangun melalui stimulan dari BSPS ini. Di salah satu rumah itu, Daud Doni, seorang pria tua menunggu Doris Rihi dengan begitu antusias di depan rumahnya. Dia pula menemani Doris Rihi ketika memasuki rumah dan meninjau beberapa sudut rumah sambil mengucapkan terima kasih kepada Penjabat Bupati.
Waktu belum terlalu sore ketika lantunan kasidah dari kelompok ibu-ibu desa Watohari ini menghibur Penjabat Bupati bersama rombongan yang kemudian meninggalkan Watohari, kala gerimis turun malu-malu menuju pelabuhan Podor, berlayar kembali ke Larantuka. Semangat gotong royong yang terus membudaya berhasil membantu banyak warga yang kurang mampu. Hal ini mesti menjadi model pembangunan di Kabupaten Flores Timur. */)ProkopimFlotim
Editor: Laurens Leba Tukan