Nol Stunting Bukan Mimpi: Gebrakan Bupati Sumba Tengah dari Desa Matawoga

77
Bupati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu ketika melakukan kunjungan di Desa Matawoga, Kecamatan Katiku Tana, Kabupaten Sumba Tengah, Selasa (23/6/2025). Foto: ProkopimSTeng

WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Suasana Desa Matawoga, Kecamatan Katiku Tana, Kabupaten Sumba Tengah, berubah sejak pagi. Warga berkumpul di balai desa, para kader Posyandu bersiap dengan catatan data gizi, dan para ibu membawa anak-anak mereka menunggu giliran timbang berat badan. Hari itu, Senin (23/6/2025), Bupati Sumba Tengah, Drs. Paulus S. K. Limu, hadir langsung di tengah warga. Bukan untuk acara seremoni, tetapi meninjau langsung kondisi gizi balita yang menjadi prioritas penanganan di daerahnya.

Kunjungan itu bukan sekadar rutinitas birokrasi. Dengan ditemani Kepala Bappelitbangda Melki Umbu Ngailu, Kepala Dinas Kesehatan Ridho Dj. Samani, dan Plt. Kepala Satpol PP dan Kebakaran Paulus P. Berawoli, Bupati Paulus datang membawa misi penting, memerangi stunting dan segala bentuk kekurangan gizi akut di desa yang masuk dalam daftar merah kabupaten. Kepala Bappelitbangda :

“Saya datang ke sini sebagai bentuk kepedulian dan komitmen untuk bersama-sama menangani permasalahan stunting. Kita harus berkolaborasi dan bergotong royong,” ujar Bupati Paulus di hadapan warga, petugas kesehatan, dan para pemangku kepentingan desa.

Data dari Kepala Desa Matawoga menjadi sorotan. Tahun lalu, kasus stunting di desa ini tercatat 31 anak. Namun hasil penimbangan Februari 2025 menunjukkan lonjakan menjadi 37 anak. Setelah dilakukan intervensi awal, angka itu berhasil ditekan menjadi 30. Belum berhenti di situ, desa ini juga mencatat 33 kasus bayi dengan berat badan sangat kurang (2T) dan 22 balita underweight. Totalnya, 85 anak di Matawoga masih bergulat dengan persoalan gizi.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah telah menetapkan langkah konkret. Salah satunya melalui Surat Keputusan Bupati tentang penunjukan Orang Tua Asuh Stunting di 65 desa prioritas dari enam kecamatan. Inisiatif ini dirancang untuk memperkuat jaringan dukungan lokal dan memastikan pemantauan kasus berjalan intensif.

“Stunting ini masalah serius yang harus kita hadapi dengan kepedulian dan kepekaan tinggi. Target saya, 85 kasus di Desa Matawoga ini harus bisa dituntaskan dalam tiga bulan ke depan. Minimal ditekan hingga di bawah lima persen, syukur-syukur bisa sampai nol persen,” tegas Paulus, dengan suara lantang.

Intervensi yang dilakukan antara lain pemberian makanan tambahan (PMT) dari ahli gizi Puskesmas Umbu Riri dan kader Posyandu desa, serta pelatihan dan penguatan kapasitas ibu-ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK). “Kami bergerak setiap hari,” ujar seorang kader Posyandu. “Kalau tidak rutin, kasus bisa naik lagi.”

Di akhir kunjungannya, Bupati Paulus Limu menyampaikan komitmen untuk memantau perkembangan harian secara langsung. Ia juga menekankan pentingnya peran semua pihak, mulai dari kepala desa, perangkat desa, tenaga kesehatan, hingga kader PKK. “Jangan tunggu perintah. Kita semua punya tanggung jawab moral terhadap masa depan anak-anak kita,” katanya.

Kunjungan ke Matawoga itu menjadi simbol bahwa perang terhadap stunting dan gizi buruk di Sumba Tengah tak lagi ditangani setengah hati. Di mata Bupati Paulus Limu, kesehatan anak-anak bukan hanya angka dalam laporan, tapi nyawa yang harus diselamatkan, satu per satu.*/ProkopimSTeng/Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap