
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Senin pagi (23/6/2025), suasana di Asrama Mahasiswa Pada Njara Hamu di Liliba, Kupang, berubah hangat. Di bawah langit mendung sisa embun semalam, Bupati Sumba Timur, Umbu Lili Pekuwali, menjejakkan kaki di pelataran asrama yang menjadi rumah sementara para anak rantau dari Bumi Matawai Amahu.
Kunjungan ini bukan sekadar seremonial. Di sela agenda padat di ibu kota provinsi, Umbu Lili meluangkan waktu khusus untuk melihat langsung kondisi asrama yang dihuni puluhan mahasiswa asal Sumba Timur. Ia menyimak dengan seksama keluhan para penghuni, atap yang bocor sejak badai terakhir, pompa sumur bor yang mati, serta minimnya fasilitas dasar seperti tempat tidur dan meja belajar.
“Kalau pompa air masih rusak, berarti kalian masih beli air tangki?” tanya Umbu Lili. Para mahasiswa mengangguk. Sehari-hari mereka harus iuran untuk keperluan air bersih demi masak, mandi, dan mencuci.
Bupati Umbu Lili tampak menghela napas. Ia kemudian menyampaikan kondisi fiskal daerah yang sedang diketatkan seiring kebijakan efisiensi nasional. Namun, ia berjanji kebutuhan-kebutuhan dasar mahasiswa akan masuk dalam prioritas anggaran daerah tahun 2026.
“Ada hal-hal yang tidak bisa ditunda,” katanya, sambil menunjuk ke arah sumur bor. Untuk pompa air, ia berjanji akan menyelesaikannya secara pribadi, tanpa menunggu APBD.
Langkah kecil yang membesarkan hati para penghuni asrama. Seorang mahasiswa tingkat akhir berbisik, “Sudah lama tidak ada pemimpin datang dan duduk bersama kami seperti ini.”
Di ruang sempit itu, antara deretan kasur susun dan lemari tua, Bupati Umbu Lili tak hanya membawa kabar dari Lewa, Kanatang, atau Pandawai. Ia membawa harapan bahwa perjuangan para mahasiswa rantau ini tak akan dibiarkan sunyi.*/ProtokolST/Laurens Leba Tukan