Dari RSU Hobakalla ke Gong Belajar: Safari Bupati di Lamboya Barat

33
Bupati Sumba Barat, Yohanis Dade, SH ketika melakukan safatri ke Kecamatan Lamboya Barat, Kabupaetn Sumba Barat, Jumat (20/6/2025). Foto: ProkopimSB

WAIKABUBAK,SELATANINDONESIA.COM – Angin kering musim kemarau berhembus pelan di pelataran Rumah Sakit Umum (RSU) Hobakalla pagi itu, Jumat (20/6/2025). Bupati Sumba Barat, Yohanis Dade, SH., mengenakan kemeja putih lengan panjang, berjalan perlahan menyusuri halaman rumah sakit, sesekali menunjuk tumpukan sampah kering di sudut taman dan menegur petugas kebersihan dengan nada santun. “Rumah sakit ini harus jadi tempat yang bersih dan manusiawi. Jangan sampai pasien datang berobat, malah stres lihat halamannya,” ujarnya, separuh bercanda.

Kunjungan kerja Bupati ke Kecamatan Lamboya Barat hari itu tak sekadar memenuhi agenda rutin. Ia ingin memastikan bahwa pelayanan dasar dari kesehatan hingga pendidikan dan keamanan, betul-betul berjalan. RSU Hobakalla menjadi titik awal safari pemerintahan yang menelusuri denyut kehidupan warga di wilayah barat Sumba itu.

Dari RSU, Bupati melanjutkan perjalanan ke kantor Kecamatan Lamboya Barat. Di sana, ia disambut Camat Charles Y. Suluh, S.STP., bersama para kepala desa dan perangkat kecamatan. Ruangan aula sederhana itu berubah menjadi forum curhat terbuka. Satu per satu persoalan disampaikan, dari lemahnya pemahaman perangkat desa soal tugas pokok, maraknya pencurian ternak, hingga ketimpangan guru dan harga komoditas hortikultura.

“Masih banyak perangkat desa kita yang bingung mana tugas wajib dan mana yang inisiatif,” kata Camat Charles, membuka laporan. Ia juga menyoroti problem keamanan, pencurian kendaraan, ternak, hingga sengketa tanah yang masih rutin mengganggu ketenteraman warga.

Namun di balik sederet masalah, juga muncul inisiatif segar, program “Gong Belajar” akan diluncurkan, mendampingi gerakan literasi 15 menit membaca sebelum pelajaran. Di bidang pertanian, minat warga terhadap hortikultura meningkat meski masih gamang menghadapi pasar yang tak pasti. Koperasi Merah Putih yang sedang disiapkan diharapkan menjadi penyangga ekonomi desa.

Mendengar itu semua, Bupati Dade tak sekadar mengangguk. Ia menanggapi satu per satu, menekankan pentingnya sinergi antar-tingkatan pemerintahan. “Bupati tak bisa kerja sendiri. Camat, kepala desa, guru, penyuluh pertanian, semua harus jalan bersama. Disiplin harus jadi budaya. Guru harus rajin, petani pun harus disiplin menanam dan panen,” tegasnya.

Ia juga menekankan pentingnya keberpihakan pada kualitas pendidikan. “Literasi itu fondasi. Anak-anak kita harus dibiasakan membaca, karena dari situ akan lahir daya kritis dan kreativitas,” katanya. Program Gong Belajar, menurutnya, harus menjadi gerakan kolektif, bukan hanya acara seremonial sekolah.

Kunjungan kerja itu berakhir menjelang sore. Sebelum meninggalkan kantor camat, Bupati sempat duduk sejenak di bawah pohon rindang, menyeruput kopi lokal yang disuguhkan warga. Matanya menatap jauh ke arah ladang kering di kaki bukit.

“Sumba Barat ini luas. Tapi dengan kerja keras dan kekompakan, kita bisa benahi dari pinggiran,” katanya pelan.

Hari itu, Lamboya Barat tak hanya kedatangan pejabat. Ia disambangi harapan, disusuri komitmen, dan disapa semangat kerja bersama. Dari rumah sakit yang ingin bersih, hingga sekolah yang siap menggema lewat Gong Belajar, langkah-langkah kecil menuju Sumba Barat yang lebih tertata dan manusiawi.*/ProkopimSB/Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap