Berjuang untuk Prajurit dari Tanah Sendiri

835
Anggota Komisi XIII DPR RI Fraksi Golkar, Dr. Umbu Rudi Kabunang bersama Asisten Operasional Panglima TNI, Mayjen TNI Gabriel Lema, Gubernur NTT Melki Laka Lena dan tokoh Agama, Rm. Leo Mali dalam sebuah kesempatan diskusi di Kupang awal Mei 2025 lalu. Foto: selatanIndonesia.com/Laurens Leba Tukan

Anggota DPR RI, Dr. Umbu Rudi Kabunang, dan Mayjen TNI Gabriel Lema mendorong rekrutmen TNI yang berpihak pada putra-putri asli NTT. Bukan sekadar kuota, ini soal pengabdian.

Pagi yang cerah di Posal, Kecamatan Kanatang, Kabupaten Sumba Timur, Sabtu (7/6/2025) terjadi perbincangan dua orang anak Nusa Tenggara Timur mengalir hangat tapi serius lewat jaringan telpon. Dr. Umbu Rudi Kabunang, anggota Komisi XIII DPR RI dari Fraksi Golkar, tampak serius berbincang dengan Mayjen TNI Gabriel Lema, perwira tinggi TNI dengan jabatan saat ini Asisten Operasional Panglima TNI. Ia salah satu sosok senior NTT yang telah malang melintang di institusi pertahanan negara.

Bukan nostalgia yang jadi pokok perbincangan keduanya. Umbu Rudi datang dengan sebuah kegelisahan lama yang ia rasakan setiap kali mendengar nama putra-putri NTT gagal lolos seleksi rekrutmen TNI. “Saya usulkan agar ada prioritas khusus bagi anak-anak kandung NTT yang lahir dan besar di sini,” kata Umbu Rudi usai pertemuan. “Mereka punya semangat pengabdian dan akan bertahan mengabdi di tanah sendiri.”

Rekrutmen prajurit TNI, khususnya untuk jenjang Tamtama dan Bintara, menurut Umbu Rudi, kerap menyisakan tanda tanya. Ia menyebut, tak sedikit peserta dari luar daerah yang mendaftar melalui jalur rekrutmen di NTT. Setelah dinyatakan lolos, mereka memilih untuk tidak kembali atau bahkan enggan bertugas di NTT. “Sementara anak-anak kita di NTT, yang justru tahu medan dan adat budaya lokal, malah kalah bersaing karena berbagai keterbatasan,” katanya.

Umbu Rudi bukan sekadar menyampaikan keresahan. Ia sedang berupaya menyalurkan aspirasi dari bawah, dari para orang tua di pedalaman Sumba hingga guru-guru di Lembata yang ingin anak-anak mereka bisa menjadi bagian dari institusi negara yang paling dihormati ini. Dan Gabriel Lema, dengan pangkat bintang dua di pundak dan rekam jejak sebagai prajurit lapangan, memahami betul pesan itu.

“Mayjen Gabriel bukan hanya senior kami, beliau juga simbol keberhasilan anak NTT di tubuh TNI,” kata Umbu Rudi. “Beliau menyambut baik gagasan ini karena tahu persis perjuangan anak-anak kita dari pelosok.”

Apalagi, dalam waktu dekat, rencana pembentukan satu batalion baru di Sumba Timur akan membutuhkan sekitar 1.500 personel TNI. Bagi Umbu Rudi, ini peluang langka. “Kalau bisa, 1.500 itu adalah anak-anak asli NTT. Ini bukan semata urusan pekerjaan. Ini soal keberpihakan.”

Tak berhenti di soal rekrutmen, Umbu Rudi juga menautkan inisiatif ini dengan kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang mendorong keterlibatan TNI dalam sektor-sektor produktif seperti pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan. “Kalau prajuritnya anak NTT, dia tahu betul lahan mana yang cocok ditanami jagung dan kampung mana yang masih kekurangan air. Mereka tidak asing dengan karakter masyarakatnya.”

Gagasan ini, menurutnya, adalah bentuk penguatan pertahanan berbasis lokal sekaligus intervensi sosial yang menyentuh masalah riil: pengangguran, kemiskinan, dan migrasi tenaga kerja.

Kepada Presiden Prabowo dan Panglima TNI, Umbu Rudi menyampaikan permohonan dengan nada tegas tapi penuh hormat. “Ini bukan hanya aspirasi politik. Ini adalah kerinduan kolektif kami di NTT, agar anak-anak kami punya tempat dalam membela negara dari tanah kelahirannya sendiri.”. */laurens leba tukan

Center Align Buttons in Bootstrap