
ENDE,SELATANINDONESIA.COM – Minggu pagi yang biasanya tenang di Ndona Timur mendadak ramai. Aula Gereja Wolotolo, yang berdiri gagah di perbukitan Ende, dipenuhi warga. Mereka datang tidak hanya untuk misa, tapi untuk ikut bakti sosial kesehatan yang digelar Universitas Atmajaya dan Puskesmas Paga. Di tengah keramaian itu, satu sosok mencuri perhatian yaitu Gubernur Nusa Tenggara Timur, Melki Laka Lena.
Alih-alih hanya memberi sambutan atau berfoto seremonial, Melki memilih antre bersama warga. Ia duduk tenang saat petugas kesehatan dari Puskesmas Saga memasang alat pengukur tekanan darah di lengannya. Hasilnya: 127/81 mmHg, detak jantung 87 bpm. “Normal dan sehat,” kata petugas, sambil tersenyum. Sang gubernur pun mengangguk puas.
Langkah Melki yang turun langsung mengikuti pemeriksaan bukan sekadar simbolik. Di hadapan tenaga medis dan warga, ia bicara soal pentingnya data kesehatan. “Kalau kita tahu angka stunting dan kematian ibu-anak di sini, intervensinya bisa lebih tepat,” ujarnya. Ucapan itu disambut anggukan para nakes, sebagian lain mencatat.
Bakti sosial ini bukan hanya soal tensi dan gula darah. Warga diberi penyuluhan tentang hipertensi dan diabetes. Dua penyakit yang perlahan, tapi pasti, menggerogoti banyak rumah tangga di NTT. Antusiasme warga tinggi, menandakan dahaga mereka akan layanan kesehatan yang mudah diakses dan menyentuh akar rumput.
Di sela kegiatan, para ibu-ibu tampak lega bisa berkonsultasi langsung dengan tenaga medis. “Biasanya jauh ke puskesmas. Sekarang dekat dan gratis,” kata seorang warga.
Melki tampaknya paham, membangun NTT tak hanya soal infrastruktur dan angka makro. Tapi juga urusan tekanan darah dan detak jantung.*/)js/llt